Budaya
Peringati 1 Suro, Warga Pengkol Arak dan Jamas Pusaka
Nglipar,(pidjar.com)–Tradisi Kejawen masih sangat melekat erat di kehidupan warga Gunungkidul. Seperti rangkaian acara dalam menyambut tahun baru islam 1440 atau 1 Suro. Di pesisir selatan, masyarakat menggelar sedekah laut atau labuhan untuk mengungkapkan wujud syukur mereka kepada Tuhan atas berkah yang selama ini didapatkan. Kini di bagian utara, tepatnya di Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar, masyarakat berbondong-bondong melaksanakan kirab pusaka serta jamasan.
Ketua penyelenggara kirab dan jamasan pusaka Desa Pengkol, Puryanto mengatakan, kirab serta jamasan pusaka telah menjadi agenda rutin selama enam tahun terakhir ini pada setiap peringatan 1 Suro. Ia mengatakan, ada empat pusaka milik warga serta satu pusaka milik Desa Pengkol yang diarak dan dijamas dalam upacara tersebut.
“Pusaka tersebut berupa dua Tumbak Roro Welang, Tumbak Kyai Umbul Katon, Payung Agung dan Cemethi Pamuk yang diambil dari rumah budaya kemudian dipegang oleh Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta dan dikirab ke sebuah tempat bernama Plipah Ki Damar Jati,” kata Puryanto, Selasa (11/09/2018) siang.
Ia mengatakan, sesampainya di lokasi, sesepuh desa lalu menggelar doa bersama masyarakat. Setelah pusaka didoakan, kemudian dilakukan prosesi jamasan yang dilakukan oleh sesepuh desa serta masyarakat umum yang menyukai benda-benda pusaka.
“Tujuan dari jamasan sendiri sebenarnya untuk menjaga kesucian pusaka serta penghormatan kepada leluhur. Selain itu jamasan juga untuk menjaga kebersihan pusaka dari kotoran,” imbuh dia.
Adapun dalam rangkaian acara, turut dipertontonkan sejumlah kesenian tradisional diantaranya gejog lesung, jathilan, reog, serta atraksi silat. Panitia berharap dengan adanya tontonan atau hiburan tersebut dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menerukan atau melestarikan budaya dari nenek moyang.
“Kalau ada hiburannya masyarakat juga senang, banyak yang datang dan menyaksikan setiap prosesi. Sehingga mereka paham dan harapannya nanti kita punya generasi penerus yang akan melanjutkan tradisi ini,” pungkas dia.
Sementara itu, anggota DPRD Provinsi DIY, Slamet Spd mengatakan, tradisi semacam ini adalah budaya yang harus terus dilestarikan oleh masyarakat. Masyarakat juga percaya bahwa dengan melaksanakan prosesi semacam ini, akan mendatangkan berkah sekaligus juga menjauhkan dari bala.
Slamet yang juga merupakan warga Kecamatan Nglipar menambahkan, di sisi lain, pemerintah juga punya kewajiban untuk memperhatikan pembinaan berbagai jenis budaya yang dimiliki masyarakat salah satu contohnya Kirab Pusaka Desa Pengkol. Peran budaya menurut Slamet juga sangat penting dalam membangun daerah.
“Budaya merupakan sesuatu yang sangat mendasar karena menyangkut nilai-nilai kehidupan yang melandasi sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat,” kata Slamet.
Slamet mengambil contoh, kemajuan Korea Selatan adalah merupakan contoh nyata bagaimana kebudayaan mereka berhasil dikapitalisasi menjadi produk-produk industri kreatif. Hal ini hanya dimungkinkan jika nilai-nilai budaya mereka telah mengakar kuat sebagai sendi masyarakat.
“Kegiatan semacam ini harus bisa didorong lebih ke arah satu kegiatan yang memiliki fungsi budaya, memiliki fungsi pendidikan dan fungsi menggerakkan ekonomi masyarakat, utamanya rakyat Pengkol,” urai dia.
Slamet mengatakan, adanya Danais sendiri bisa dimanfaakan untuk membiayai kegiatan kebudayaan. Sehingga nantinya, kegiatan kebudayaan bisa semakin sering digelar dan secara langsung bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Ia menambahkan, pentingnya pendidikan kebudayaan adalah pembangunan karakter suatu masyarakat. Hal itu disebut menjadi sesuatu yang mendasar dalam pendidikan kebudayaan dalam keseluruhan program pembangunan yang harus dicanangkan pemerintah daerah.
Saat ini, ada indikasi terjadinya krisis karakter di masyarakat yang telah kehilangan rasa kebudayaan. Terutama krisis karakter semacam ini terjadi pada kalangan generasi muda. Ini harus diantisipasi oleh semua pihak dengan menggencarkan kegiatan budaya yang bisa dijadikan pegangan identitas bagi para kawula muda.
“Peran budaya dalam membangun dan memajukan daerah adalah membentuk karakter dan moral generasi muda. Krisis karakter, generasi muda yang tidak punya prinsip dan integritas adalah indikasi kegagalan pembangunan kebudayaan,” tutupnya.
-
Politik3 minggu yang lalu
Suara Jeblok, PDIP Akui Kalah Rekruitmen dan Salah Tunjuk Ketua Bapilu
-
Politik4 minggu yang lalu
Hampir Separuh Incumbent Tumbang, Termasuk Ketua DPRD
-
Politik3 minggu yang lalu
21 Caleg Baru Akan Duduki Kursi DPRD Gunungkidul
-
Sosial3 minggu yang lalu
Beda Hitungan, Jamaah Aolia Gunungkidul Mulai Sholat Tarawih Malam Ini
-
Pendidikan3 minggu yang lalu
Capaian Prestasi SMA Mubammadiyah Al Mujahidin di Olympicad Nasional
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Gunungkidul Dilanda Hujan dan Angin Kencang, Sejumlah Titik Porak Poranda
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Peternak Telur Gelar Rembuk Nasional Demi Menyongsong Panen Jagung 1,9 Ton
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Waspada, 2 Bulan Terakhir Kasus DBD di Gunungkidul Tembus 280 Penderita, 2 Meninggal Dunia
-
Pariwisata6 hari yang lalu
Menjelajahi Sejumlah Wisata Ekstrem di Kabupaten Gunungkidul yang Patut Dicoba
-
Sosial4 minggu yang lalu
Perduli Layanan Masyarakat, Pengusaha Ini Salurkan 6 Unit Ambulans Untuk Warga Gunungkidul
-
Olahraga4 minggu yang lalu
Targetkan 25 Medali Emas, Pemerintah Janjikan Bonus Untuk Kontingen Popda Gunungkidul
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Mega Proyek Pembangunan Gedung DPRD Gunungkidul Dilanjutkan Tahun Ini