fbpx
Connect with us

Budaya

Mbah Baut, Pelawak Campursari Dengan Dandanan Unik

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Gunungkidul memang gudangnya budaya campursari. Di mana pertama kali dipopulerkan oleh Manthous dengan memasukkan keyboard ke dalam orkestrasi gamelan pada sekitar akhir dekade 1980-an melalui kelompok gamelan Maju Lancar. Kemudian secara pesat masuk unsur-unsur baru seperti langgam Jawa (keroncong) serta akhirnya dangdut. Pada dekade 2000-an telah dikenal bentuk-bentuk campursari yang merupakan campuran gamelan dan campuran gamelan dan dangdut, serta campuran keroncong dan dangdut. Meskipun perkembangan campursari banyak dikritik oleh para pendukung kemurnian aliran-aliran musik ini, semua pihak sepakat bahwa campursari merevitalisasi musik-musik tradisional di wilayah tanah Jawa.

Adapun dagelan campursari. Aliran ini menggabungkan musik campursari yang diselingi lirik-lirik lucu di dalamnya. Pertunjukan dagelan campursari memang cukup membudaya di Gunungkidul. Salah satu seniman yang memakai sarana budaya ini ialah Mbah Baut.

Berita Lainnya  Peran Keluarga Disebut Penting Hadapi Penggunaan Bahasa Daerah yang Mulai Memudar

Nama Mbah Baut belakangan ini santer terdengan di jagat campur sari Gunungkidul. Dandanan yang khas serta lawakan yang lucu membuatnya laris dipesan masyarakat baik dalam acara hajatan ataupun acara lain yang menyuguhkan pentas hiburan Gunungkidul.

Mbah Baut dengan nama asli Dhanu Muryono merupakan warga Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari. Saat ini Mbah Baut menjadi sosok yang saat ini digandrungi masyarakat. Mengawali karir sebagai pelaku campursari jathilan pada 2007, Baut mulai unjuk gigi sebagai seorang pelawak. Suaranya yang khas saat menyanyikan lagu campursari membuatnya menjadi idola baru dalam panggung hiburan Gunugkidul.

Selain itu, dandanan khas dengan memodifikasi pakaian jawa seperti surjan dan blangkon beserta penggunaan aksesoris tambahan dengan kesan “makin norak makin keren”, membuat dirinya mudah dikenali. Guyonannya pun tidak membosankan. Ada saja lontaran Mbah Baut membuat penonton terpingkal. Menjadi sosok yang "disakiti" saat lelucon bersama rekan satu panggungnya tidak membuatnya sakit hati, justru menjadi kunci dalam lawakan.

Berita Lainnya  Perayaan Satu Suro, Tradisi Malam Sakral Masyarakat Jawa

"Karena itu kan untuk menghibur, kadang di bedaki diberi lipstik dipakaikan yang aneh-aneh itu biasa bersama rekan-rekan. Karena semua profesional untuk menghibur," kata Baut kepada Pidjar.com, Minggu (02/09/3018).

Surjan yang dikenakan Mbah Baut pun selalu membuat orang terpingkal. Bagaimana tidak, surjan biasanya bermotif lurik atau batik ia ganti dengan motif tokoh kartun anak-anak. Doraemon, misalnya.

"Kalau Punokawan mudah di KW. Wajah saya masih asli, ciri khas saya di kostum,"kelakarnya.

Baut yang merupakan pengusaha mebel itu tidak menyangka akan kebanjiran job seperti saat ini. Ia pun mengaku jika darah seni yang mengalir dari kedua orang tuanya.

"Bapak saya wiyaga, ibu saya pemain kethoprak mungkin juga karena itu saya bisa seperti ini," ucap dia.

Berita Lainnya  Proyek Revitalisasi Bangsal Sewokoprojo Dicek, Tim Peroleh Temuan Negatif

Pria berusia 52 tahun tersebut pernah dalam satu hari mampu 3 kali berpindah lokasi hiburan. Namun tak jarang juga ia pernah sampai menerima 6 job di lokasi berbeda.

"Saya batasi, karena cukup lelah juga. Maksimal 6 lokasi saja," imbuh dia.

Baut mengaku, dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi puncak karirnya. Namun ia sedikit menyayangkan minimnya regenerasi pelawak dagelan di Gunungkidul ini.

"Kita butuh regenerasi agar pelawak nantinya tidak hilang dari Gunungkidul ini," pungkas Baut.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler