fbpx
Connect with us

Sosial

Prihatin Sudah 200 Hari Tanpa Hujan, Warga Ngeposari Gelar Sholat Istisqo

Diterbitkan

pada

BDG

Semanu,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kemarau panjang terjadi pada tahun ini di Gunungkidul. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh BMKG, lebih dari 197 hari terakhir ini Bumi Handayani tanpa diwarnai turunnya hujan. Ketiadaan hujan dalam jangka waktu yang lama ini membuat dampak yang dirasakan warga sangat luar biasa. Ratusan ribu warga Gunungkidul harus merasakan sulitnya mendapatkan air bersih untuk sektor pertanian. Bahkan, hanya untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga pun, warga kesulitan lantaran sumber air yang ada mulai mengering.

Sejumlah upaya dilakukan oleh sejumlah lembaga maupun elemen masyarakat dalam menyikapi kekeringan ini, mulai dari tindakan teknis seperti droping air maupun pembangunan sumur bor hingga tindakan lainnya. Seperti pada Senin (11/11/2019) pagi tadi, masyarakat Desa Ngeposari menggelar sholat istisqo atau meminta hujan.

Berita Lainnya  Penanganan Zona Merah Anthraks Hingga 10 Tahun dan Wacana Pembelian Hewan Ternak Yang Sakit

Kepala Desa Ngeposari, Ciptadi mengatakan kegiatan sholat meminta hujan kali ini disambut warga masyarakat secara antusias. Ratusan warga masyarakat berduyun-duyun mendatangi lapangan Desa Ngeposari yang digunakan sebagai lokasi sholat istiqso ini. Hal ini menurut kepala desa, menunjukkan bahwa dampak bencana kekeringan saat ini memang benar-benar dirasakan oleh masyarakat.

Ia mengungkapkan, tujuan dari dilakukannya sholat ini adalah agar hujan segera turun. Para petani terpaksa tak bisa bekerja lantaran sulitnya mendapatkan pasokan air. Di sejumlah titik juga warga kesulitan mengakses air karena sumber air yang mengering.

“Untuk pemenuhan kebutuhan seperti mandi dan mencuci sebagian masyarakat memang masih ada aliran PDAM, tapi pasokan juga tidak terlalu banyak. Sementara untuk pertanian warga sangat kesulitan mendapatkan air,” terang Ciptadi, Senin (11/11/2019) saat dikonfirmasi.

Pada musim kemarau tahun ini, ribuan hektar lahan pertanian mengering. Menurutnya, hal ini cukup mengejutkan lantaran biasanya, meski musim kemarau tiba, sejumlah lahan masih bisa berproduksi karena masih mendapatkan pasokan air. Ini disebutnya menjadi penderitaan masyarakat Ngeposari yang sebagian besar masih menggantungkan diri di sektor pertanian.

Berita Lainnya  Tempe Benguk, Alternatif Tempe Murah di Tengah Melambungnya Harga Kedelai

“Mudah-mudahan doa kami ini segera dikabulkan, karena memang kami prihatin dengan kondisi yang sekarang ini terjadi (kekeringan). Di daerah lain pun untuk pemenuhan kebutuhan air minum dan lainnya susah,” tambah dia.

Sementara itu beberapa waktu lalu, Kepala BPBD Gunungkidul, Edy Basuki mengungkapkan sampai dengan saat ini droping air masih terus dilakukan. Ribuan warga terdampak kekeringan belum semua dapat mengatasi permasalahan ketersediaan air bersih

Ia menjelaskan, sampai saat ini dari anggaran sekitar Rp 530 juta hampir semua telah digunakan baik untuk pembelian air, biaya perawatan armada maupun BBMnya. Kendati demikian, pihaknya memutuskan untuk belum meningkatkan status menjadi darurat kekeringan.

“Anggaran kita masih sekitar puluhan juta. Kalau status belum dinaikan menjadi darurat,” ujar Edy.

Menurutnya, adanya hujan yang turun kali ini belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang memiliki Penampungan Air Hujan (PAH). Kebanyakan dari masyarakat masih memggunakan air hujan yang turun untuk membersihkan saluran air menuju PAH.

Berita Lainnya  Curhat Pengusaha Kecil di Era Pandemi, Mati-matian Bertahan di Tengah Abainya Pemerintah

“Air hujan belum bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat,” terangnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler