Pemerintahan
Pro Kontra Pembangunan Patung Tobong, Dari Rencana Pemanggilan Hingga Tekad Bupati Lanjutkan Proyek


Playen,(pidjar.com)–Pemerintah Kabupaten Gunungkidul berencana melakukan pembangunan atau penataan wajah kota di sepanjang jalur Playen hingga Wonosari. Untuk tahap pertama ini, kawasan Bundaran Siyono ke timur sampai dengan Simpang Empat Kranon menjadi target penataan dengan anggaran 9 miliar lebih. Saat ini, rencana perombakan patung pengendang yang akan diganti dengan menara Tobong Gamping menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Sejumlah tokoh menyatakan penolakannya atas rencana perombakan ini.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Gunungkidul, Dhemas Kursiswanto menyatakan, rencana pembangunan patung Tobong Gamping di Bundaran Siyono yang diwacanakan sebagai icon Gunungkidul ini telah menjadi sorotan berbagai pihak. Dari elit politik hingga masyarakat umum sejak rencana pembangunan ini mencuat membicarakan rencana bupati tersebut.
Dalam waktu dekat ini, Komisi C akan memanggil Bappeda dan DPUPRKP untuk memaparkan rencana penataan wajah kota beserta pembangunan tobong gamping tersebut. Pengecekan masterplan dan keterkaitan dengan visi misi bupati Sunaryanta akan dicek kembali kemudian menjadi bahan pertimbangan bersama.
“Pembangunan Tobong Gamping ini dari segi nilai filosofi dan sosiologinya apa? Apakah ada kaitanya dengan pembangunan di Gunungkidul ke depan atau berhubungan dengan progran investasi yang masuk dalam visi dan misi Bupati,” ucap Demas Kursiswanto yang dulu pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Gunungkidul tersebut.
Di sisi lain, perlu adanya kajian yang matang untuk mengganti pantung pengendang menjadi menara tobong gamping yang direncanakan setinggi 9 meter itu. Lalu lintas di jalur tersebut cukup padat keamanan dan kenyamanan pengguna jalan juga harus diperhatikan. Jangan sampai adanya menara setinggi itu justru mengganggu pemandangan dan berdampak fatal bagi mereka yang melintas di jalur tersebut.
“Dulu pas mau membangun patung pengendang itu saja diingatkan oleh Kapolres agar supaya tidak mengganggu pemandangan arus lalu lintas. Perlu ada AMDAL Lalu Lintas, nah itu yang harus dipikirkan apakah diizinkan atau tidak,” jelas dia.
Pantung pengendang saat ini sudah dirasa sangat pas, sebab ada nilai budaya seperti yang dimiliki Gunungkidul. Seniman-seniman dan budayawan juga banyak yang berasal dari Gunungkidul.
Sementara itu, mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Gunungkidul, Budi Martono juga mengungkapkan hal yang sama. Icon Tobong Gamping setinggi 9 meter dan lebar 4 meter tidak tepat jika dibangun di Bundaran Siyono. Hal ini karena simpang empat Siyono merupakan jalur ramai dari Timur (Wonosari) dan Barat (Yogyakarta). Keselamatan pengguna jalan juga harus diperhatikan terkait dengan perubahan wajah kota serta pembangunan patung tersebut.
“Sebelum ada patung pengendang, di Bundaran Siyono itu sudah ada patung Karst. Saat itu saya sempat diingatkan Polres Gunungkidul karena posisinya sangat mengganggu pandangan lalu lintas dari arah timur dan barat. Ini menjadi hal yang utama harus dipikirkan kembali,” tutur Budi Martono.
“Saya secara pribadi bukan mempermasalahkan icon tobongnya, karena tobong memiliki hubungan terkait dengan sejarah perekonomian warga Gunubgkidul. Yang menjadi masalah adalah rencana penempatannya dan ukurannya,” jelas pria yang saat ini menjabat sebagai General Manager Geopark Gunungsewu ini.
Menurut Budi, digantinya patung pengendang dengan menara tobong gamping dirasa kurang etis dan kurang menghargai Bupati periode sebelumnya serta Bank BPD DIY cabang Gunungkidul yang memberikan CSR. Patung pengendang yang.sekarang berdiri di Bundaran Siyono dianggapnya pantung terbaik dan full filosofi.
Jikapun patung tobong gamping tetap akan dibangun, pemerintah seharusnya memiliki lokasi alternatif lainnya. Budi mencontohkan beberapa kawasan yang cocok untuk dibangun tobong diantaranya di JJLS yang saat ini belum tersentuh pemerintah kabupaten. JJLS sendiri nantinya akan menjadi jalur yang cukup ramai dilalui oleh wisatawan serta pelaku perjalanan antar kota atau antar provinsi.
“Rasanya eman-eman kalau patung dengan banyak filosofi akan diganti. Ya kalau mau mematungkan tobong gamping karena memiliki nilai sejarah perekonomian Gunungkidul juga bisa, mending dibangun di JJLS atau di Taman Batu Ngingrong yang lebih luas dan bisa untuk menambah edukasi tentang mata pencaharian penduduk kawasan karst tempo dulu,” tutup Budi Martono.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul, Sunaryanta mengungkapkan pro dan kontra atas rencana program pembangunan pemerintah merupakan hal yang biasa. Ia merasa senang dengan banyaknya masyarakat yang memberikan masukan terkait dengan pergantian pantung pengendang dengan tobong gamping tersebut.
Kendati demikian, ia menegaskan patung tobong akan tetap dibangun oleh pemerintah dengan pertimbangan beberapa hal.
“Tetap dibangun. Gunungkidul itukan awal-awal dulu masyarakatnya bekerja sebagai penobong dan bahan-bahannya luarbiasa. Saya pengen mengabadikan itu. Kalau bentuk lain seperti orang atau hewan kan sudah banyak,” Sunaryanta.

-
Sosial4 minggu yang lalu
SMP Swasta Ini Borong Juara di LBB Gunungkidul 2023
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Tragis, Warga Prigi Tewas Usai Terlindas Bus Pariwisata di Jalan Jogja-Wonosari
-
Sosial4 minggu yang lalu
Asa Warga Karangnongko Miliki Jalan Layak Akhirnya Terwujud, Pria Ini Berjalan Merangkak
-
Hukum4 minggu yang lalu
Komplotan Pencuri Baterai Tower Telekomunikasi Diringkus Petugas
-
Politik4 minggu yang lalu
Empat Program Kunci Untuk Kemajuan Gunungkidul
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Selingkuhi Warganya, Oknum Dukuh Dituntut Mundur
-
Hukum4 minggu yang lalu
Kasus Naik Penyidikan, Korban Bullying di SD Elite Ternyata Sempat Opname di RS
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Disapu Angin Kencang, Sejumlah Rumah di Semin Rusak
-
Pemerintahan6 hari yang lalu
Besaran UMK 2024 Telah Disepakati, Gunungkidul Menjadi Yang Terendah se-DIY
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Kemarau Panjang, BPBD Gunungkidul Terus Layani Permintaan Droping Air
-
Politik4 minggu yang lalu
Gelontoran Anggaran Rp 48 Miliar Untuk Pilkada Gunungkidul 2024
-
Sosial1 minggu yang lalu
Sekian Lama Tak Disentuh Pemerintah, Pengusaha Muda Bangun 2 Ruas Jalan