fbpx
Connect with us

Pemerintahan

Ribuan Hektar Lahan di Kawasan Utara Berstatus Lahan Kritis

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Keberadaan lahan kritis di daerah menjadi perhatian khusus bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Sejumlah penanganan pun kemudian dilakukan untuk mengurangi adanya lahan yang masuk dalam kategori kritis ini. Pemerintah sendiri mendorong masyarakat unutk lebih aktif dan peduli dalam melakukan penanganan lahan kritis maupun mengantisipasi kerusakan lahan. Di Gunungkidul, ada ribuan hektare lahan yang saat ini masuk dalam kategori Lahan Kritis.

Analisis yang dilakukan oleh pemerintah dan pengujian yang dilakukan, lahan kritis ini timbul lantaran dalam pemanfaatkan lahan menggunakan bahan kimia, pemanfataan yang sembarangan, bahkan akibat terbakarnya lahan. Dinas Lingkungan Hidup kemudian mengambil langkah dalam menangani lahan kritis yang mayoritas berada di kawasan utara.

Kepala Bidang Konservasi dan Kerusakan Lahan, Dinas Lingkungan Hidup Gunungkidul, Luh Gde Suastini menjelaskan, berdasarkan investigasi dan inventarisir petugas di lapangan, ada 1.544,63 hektare lahan kritis yang berada di kawasan utara. Jumlah ini berdasarkan pantauan dan penelitian yang dilakukan menggunakan satelit beberapa waktu lalu.

Berita Lainnya  PAW Lurah di Dua Kalurahan, Pemerintah : Pemilihan Hanya Diwakili Beberapa Warga

“Ada 1.544,63 hektare lahan yang masuk dalam kategori kritis. Jumlah dengan tahun lalu masih sama, dari petugas sendiri nantinya akan melakukan penelitian kembali untuk mengetahui luasan lahan kritis ini menurun atau justru bertambah,” kata Luh Gde Suastini, Kamis (20/02/2020).

Luasan lahan kritis di Gunungkidul diklaim telah jauh berkurang banyak. Sejumlah faktor yang menyebabkan lahan tersebut rusak, gundul atau tidak dapat dimanfaatkan bagi kegiatan pertanian. Beberapa aktifitas manusia yang dapat menyebabkan lahan rusak dan masuk kategori kritis yaknin penebangan hutan secara liar, perburuan liar, alih fungsi lahan, pembuangan sambah secara sembarangan dan berkaitan dengan pembangunan atau perusakan pada daerah aliran sungai.

Berita Lainnya  Animo Tinggi Warga Gunungkidul Akses Bantuan Melalui Program Kartu Pra Kerja

“Penanganan terus diupayakan, kami menggandeng pemerintah desa untuk melakukan penanganan lahan. Misalnya dengan melakukan penanaman tumbuhan di lahan kritis ataupun daerah aliran sungai,” imbuhnya.

Berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh dinas, lahan kritis sendiri terluas berada di Desa Candirejo, Kecamatan Semin yang mencapai 220 hektare lahan. Beberapa desa lainnya masih tergolong ringan, terhitung dari 60 hektare hingga ratusan hektare yang ada di kawasan tersebut.

Adapun lahan kritis ini tersebar di, Desa Ngalang, Hargomulyo, Mertelu, Sampang, Serut, Tegalrejo, Watugajah di Kecamatan Gedangsari; Desa Tancep, Jurangjero, Sambirejo, Kampung, Beji, Watusigar di Kecamatan Ngawen; hampir semua des di Kecamatan Semin,; dan Desa Sawahan, Tambakromo, dan Kenteng di Kecamatan Ponjong.

Berita Lainnya  Penguasaan Sastra dan Bahasa Jawa Masih Minim, Pemerintah Akan Bangun Bengkel Bahasa di Taman Budaya

Setelah dilakukan inventarisir, nantinya akan dilakukan penghijauan. Sehingga nantinya dapat meningkatkan produktifitas. Adapun fungsi konservasi ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Kemudian untuk di sekitar sungai Oya, pihaknya juga meminta masyarakat untuk menanam tumbuhan misalnya seperti sengon laut dan tumbuhan lain agar tidak terjadi erosi dan meluasnya lahan kritis.

Sementara itu, Sekretaris Dinas lingkungan Hidup, Aris Suryanto menambahkan, keberadaan lahan kritis menjadi perhatian bersama. Dari pemerintah sendiri berupaya setiap ada kegiatan di alam selalu melakukan penanaman tumbuhan. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan lahan kritis terus berkurang. Belum lagi juga sejumlah program tanam pohon dan pembangunan taman.

“Untuk jumlahnya masih 1.544,63 hektare. Kendalanya kami tidak bisa melakukan inventarisir sendiri karena ini merupakan kewenangan dari provinsi,” tutupnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler