Connect with us

Sosial

Sempat Jadi OB, Wisnu Kini Sukses Menjadi Eksportir Kerajinan Gedebok Pisang

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Gedebok pisang oleh masyarakat diangga
p sebagai sampah dan tidak ada yang memanfaatkannya. Akan tetapi ditangan Wisnu Widodo warga Padukuhan Mendang, Kalurahan Ngestirejo, Kapanewon Tanjungsari pohon pisang itu ia ubah menjadi barang yang memiliki nilai jual tinggi. Bahkan tidak hanya diminati pasar lokal namun juha sampai ke mancanegara. Hasil produksi dengan memberdayakan ibu-ibu sekitarnya telah merambah hingga ke benua Eropa dan Amerika.

Wisnu Widodo sedikit mengulas tentang masa lalunya. Sekitar tahun 2003 ia lulus SMA, kemudian ia bekerja di salah satu perusahaan ekspor kerajinan sebagai Office Boy (OB) selama 2 tahun. Kemudian ia bekerja di sebuah industri kerajinan keranjang gedebok pisang di Bantul.

Ia belajar beragam cara dalam pembuatan kerajinan tersebut. Selama beberapa tahun ia bekerja disana, gahun 2016 lalu ia memutuskan kembali ke Gunungkidul dna mencoba membuat kerajinan gedebok pisang di rumahnya selanjutnya dipasarkan. Ternyata sambutan pasar dangat baik, ia mendapatkan pesanan dari luar kota hanya beberapa biji saja, sekitar 20 sampai dengan 100.

Berita Lainnya  Konvoi Ratusan Pelajar Dicegat, Polisi Temukan Miras Hingga Tongkat Besi

Dari situ usahanya mulai berkembang, berbagai pesanab dari daerah lain terus masuk. Ia kemudian meminta bantuan beberapa warga sekitar rumahnya untuk membantu produksi keranjang gedebok pisang itu. Semakin kesini, usahanya kian mocer pesanan terus ada bahkan hasil produksinya telah sampai ke beberapa negara besar di benua lain.

“Bersyukur produk kami dari gedebok pisang yang dipoles dengan ornamen rotan sangat diminati pasar nasional bahkan laris di Amerika serikat dan sebagian Eropa,” kata Wisnu, Selasa (05/01/2021).

Produksinya ini memang tidak ia ekspor secara langsung. Akan tetapi ia setorkan ke perusahaan yang dulu ia bekerja kemudian baru di ekspor ke negara-negara yang telah menjadi langganan.

“Saya setorkan ke perusahaan ekspor dulu,” paparnya.

Dalam sebulan, ia dapat menyetorkan keranjang gedebog sekitar 1.000 sampai 2.000 unit untuk memenuhi permintaan pasar di Amerika Serikat dan Eropa. Untuk memenuhi permintaan ini, dirinya harus membeli bahan gedebog ke wilayah Bojonegoro, Jawa Timur. Masing-masing keranjang harganya sangat bervariasi sekitar 50 ribu rupiah sampai dengan 100 ribu rupiah, itupun juga tergantung dengan ukurannya.

Berita Lainnya  Antisipasi Kericuhan dan Isu People Power, Kapolda DIY Minta Masyarakat Percaya Sepenuhnya Hasil KPU

Banyaknya permintaan ini tidak dapat ia kerjakan sendiri. Ia kemudian mengajak ibu-ibu sekitar rumahnya untuk bergabung dalam produksi. Diawal usaha ini dirintis hanya 5 ibu-ibu yang bergabung, lambat laun seiring dengan semakin majunya usaha dan permintaan yang semakin banyak ia berhasil memberdayakan 300 ibu rumah tangga.

“Sistemnya setor. Jadi ibu-ibu setiap harinya produksi di rumah masing-masing baru disetorkan ke saya, di rumah juga ada yang produksi. Ya sekitar 300 ibu-bu dari 10 padukuhan sini yang bergambung,” tambah dia.

Selama ini menurutnya tidak ada kendala besar yang dihadapi dalam proses produksi. Hanya saja jika musim hujan seperti sekarang, untuk pengeringan keranjang memerlukan bantuan oven tidak bisa mengandalkan panasnya matahari.

Berita Lainnya  Cerita Kesibukan Baru Para Pamong Kalurahan, Stand By 24 Jam Jadi Relawan Pemakaman

Di rumahnya, terdapat tumpukan keranjang dan bahan baku yang siap dipasarkan maupun dibuat beragam bentuk. Setiap harinya ia selalu mengecek kualitas produksi ibu-ibu tersebut. Paling tidak 1 orang bisa menyetorkan 3 sampai 5 keranjang.

Salah satu perempuan yang ikut memproduksi kerangang gedebog adalah Lina Supriyani. Setiap hari dirinya bisa membuat 5 sampai 6 keranjang. Tangannya dangat terampil menganyam gedebog pisang menjadi sebuah keranjang. Menurutnya jika sudah terbiasa, 1 buah keranjang bisa dibuat dalam waktu 1 jam.

“Waktu pembuatan tergantung dengan besar kecilnya permintaan keranjang. Kalau yang besar ya paling 2 jam,” ucap Lina.

Ia sudah beberapa waktu inu bergabung dalam usaha kerajinan gedebok pisang. Dengan pebdapatan yang diperoleh menurutnya bisa membantu perekonomian keluarga. Terlebih dalam situasi semacam ini.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

bisnis2 bulan yang lalu

Tegaskan Komitmen di Hari Bumi, KAI Bandara Wujudkan Langkah Menuju Masa Depan Berkelanjutan

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka memperingati Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April, PT Railink sebagai operator KAI...

Pariwisata3 bulan yang lalu

Masa Angkutan Lebaran 2025, Penumpang KA Bandara Capai 390 Ribu

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – PT Railink KA Bandara Medan dan Yogyakarta mencatat sebanyak 390.475 ribu masyarakat menggunakan layanan Kereta Api...

bisnis3 bulan yang lalu

Libur Lebaran, Stasiun Yogyakarta Optimalkan Peran Sebagai Stasiun Integrasi Antarmoda

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja,(pidjar.com) – Stasiun Yogyakarta memiliki keunggulan sebagai stasiun integrasi antar moda yang mampu melayani pemudik dan masyarakat untuk berwisata...

bisnis3 bulan yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis5 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

Berita Terpopuler