fbpx
Connect with us

Pemerintahan

Sering Celakakan Wisatawan, Tim Gabungan Teliti Rip Curent di Kawasan Pantai Drini

Diterbitkan

pada

BDG

Tanjungsari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Pantai selatan dengan segala pesonanya juga menyimpan bahaya. Gelombang besar dan tinggi dari Samudera Hindia membuat perairan pantai selatan cukup berbahaya jika digunakan untuk berenang menikmati suasana pantai. Tak heran jika cukup banyak terjadi kecelakaan laut di kawasan wisata paling popular di Gunungkidul ini.

Selama ini, masyarakat serta wisatawan banyak menganggap gelombang laut yang tinggi dan besar menjadi satu-satunya bahaya yang mengancam. Namun anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya benar. Gelombang ombak yang tenang dianggap sebagai zona aman rupanya juga berbahaya lantaran adanya arus bawah ganas yang bisa menyeret korban ke tengah laut.

Mengantisipasi dan meminimalisir terus terjadinya laka laut tersebut, Sarlinmas Korwil 2 Baron yang bekerja sama dengan Fakultas Geografi UGM, Mitra Geotama serta Save and Rescue mengembangkan analisa rip curent yaitu arus balik gelombang laut. Riset sendiri telah dilakukan di Pantai Drini, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari sejak beberapa waktu lalu. Dengan analisa rip curent ini nantinya bisa dikembangkan pula teknik tracing dan aerial videography yang bisa mempermudah proses evakuasi maupun proses pencarian korban ketika terjadi laka laut.

Berita Lainnya  Antisipasi Macet Libur Akhir Tahun, Pemerintah Wacanakan Pelarangan Kendaraan Berat Beroperasi

Koordinator penelitian rip curent, Edi Dwi Atmaja dari Fakultas Geografi UGM mengatakan, penelitian mengenai rip curent ini telah dilakukan pada Sabtu (10/02/2018) silam. Pihaknya melakukan uji coba teknik analisa arus dengan gelombang tracing. Metode ini biasanya digunakan untuk melacak sungai bawah tanah.

Cara kerja deteksi rip curent sendiri yakni menggunakan uranin yang berupa serbuk berwarna merah bata. Jika bereaksi dengan air, uranin tersebut akan berwarna hijau.

"Dengan berubah menjadi warna hijau nantinya arus menjadi mudah diidentifikasi. Uranin juga tidak berbahaya bagi alam karena itu (uranin) merupakan senyawa garam," kata Edi Dwi ketika dihubungi pidjar-com-525357.hostingersite.com, Selasa (13/02/2018) siang.

Ditambahkan Dwi, uji coba yang baru dilakukan di Pantai Drini tersebut dilakukan untuk melacak rip current di Pantai Drini. Rip current sendiri merupakan arus balik yang biasanya menyeret wisatawan yang tengah berenang di laut.

Berita Lainnya  15 Kapanewon di Gunungkidul Nol Kasus Covid19

Dalam analisa ini digunakan dua teknik kombinasi. Yaitu tracing menggunakan uranin dan foto udara (aerial) dengan menggunakan drone untuk merekam pergerakan rip current.

Sementara itu, Sekretaris Tim SAR Korwil 2 Pantai Baron Surisdiyanto mengatakan bahwa penelitian ini ia yakini ke depan akan sangat berguna bagi jajarannya dalam pengamanan laut. Selama ini ia melihat, ancaman rip curent di pantai selatan cukup tinggi. Adapun ciri-ciri khusus dari rip curent yang sangat berbahaya adalah arus terlihat tenang sehingga membuat wisatawan merasa aman. Padahal air di kanan kirinya berombak kencang. Di Gunungkidul rip curent disebut menjadi ancaman dan perlu diwaspadai.

"Banyak kecelakaan laut disebabkan oleh kelengahan wisatawan yang menganggap arus tenang merupakan zona aman. Kita selalu melakukan himbauan tapi kadang diabaikan," terang Suris.

Berita Lainnya  Kebijakan Pembelian Minyak Goreng Gunakan Aplikasi dan NIK, Gunungkidul Tunggu Instruksi

Dia berharap, adanya riset ini akan disusul dengan pengadaan peralatan canggih sebagai pendukung. Pemasangan CCTV dan sensor gerak di lokasi yg terdapat rip current merupakan 2 alat yang menurutnya sangat penting dalam mengantisipasi laka laut. Lebih jauh lagi, untuk keselamatan rescuer dalam pertolongan dan keselamatan pengunjung bila hasil rip curent telah diketahui.

“Pada intinya ini merupakan langkah antisipasi saja agar nantinya wisatawan serta pengunjung pantai selatan bisa merasa aman dan nyaman berwisata di sini,” pungkasnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler