fbpx
Connect with us

Sosial

Setahun Mangkrak, Bantuan Sarana Air Ratusan Juta Hanya Mengalir Saat Peresmian

Diterbitkan

pada

BDG

Gedangsari, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Warga Padukuhan Mongkrong, Kalurahan Sampang, Kapanewon Gedangsari dibuat kecewa berat. Pasalnya, harapan warga setempat untuk terbebas dari kekeringan justru sirna. Sebelumnya, harapan warga setempat yang memang selalu menjadi korban bencaba kekeringan sempat terpupuk setelah adanya rencana pembangunan water torrent besar juga pengeboran sumber air di wilayahnya. Pembangunan sendiri diinisiasi oleh Corporate Social Responsibility (CSR) dari sejumlah BUMN.

Sebuah water torrent penampung air berkapasitas 8200 liter saat ini telah berdiri megah tepat di tepi jalan Padukuhan Mongkrong. Tulisan BUMN Hadir Untuk Negeri terpampang besar di reservoir yang sedianya menampung air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Panel pompa hingga kelistrikan untuk mengangkat air dari dalam bumi untuk ditampung dalam tourn juga sudah terpasang. Namun sayangnya, fasilitas ini sama sekali tidak berfungsi. Tak setetes pun air mengalir dari dalam bak reservoir tersebut lantaran memang tak ada air. Pipa pralon penghubung ke reservoir sendiri dalam kondisi terpotong.

“Pembangunan itu dibiayai menggunakan anggaran CSR (Corporate Social Responsibility) dari sinergi 7 BUMN sebagai bantuan sarana air bersih untuk seluruh warga Sampang. Nominalnya Rp 350 juta. Proyek ratusan ini hingga sekarang mangkrak dan tak dapat dimanfaatkan masyarakat,” terang AK salah seorang warga Kalurahan Sampang.

Lebih lanjut AK menduga, mangkraknya program ini ia duga lantatan ada akal-akalan antara Pemerintah Kalurahan Sampang dengan rekanan yang ditunjuk melaksanakan pembangunan sarana air bersih dan jaringannya tersebut. Di lokasi ini, air hanya mengalir pada saat peresmian saja. Setelah diresmikan, hingga saat ini sama sekali tidak berfungsi.

Berita Lainnya  Obyek Wisata Yang Ditutup Terus Bertambah

“Saat diresmikan dahulu memang iya, air mengucur deras. Bahkan untuk peresmiannya pun sampai digelar wayang kulit. Tapi setelah itu bisa dilihat sendiri, air tak keluar setetes pun. Warga sudah protes ke Pemerintah Kalurahan Sampang, tetapi tidak ada jawaban pasti hingga saat ini. Air tak mangalir dan ini menjadi bangunan mangkrak, duit ratusan juta rupiah jadi mubadzir,” lanjut AK.

Ketika dikonfirmasi, Lurah Sampang, Suharman menerangkankan bahwa proses pembangunan bantuan sarana air bersih itu di wilayahnya ini merupakan sinergi dari 7 BUMN yakni Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, PNM Madani, Perumnas, Indonesia Re, PT KAI, PLN, dan Angkasa Pura Airports.

“Namun untuk pembangunan dilaksanakan fihak vendor yang ditunjuk langsung dari sana (red-7 BUMN) itu. Pengajuan saya dulu itu di belakang SD Sampang sini, tapi dari vendor dan dari geo listrik mengatakan di Mongkrong sana itu sumbernya paling bagus. Ya sudah, saya nggak bisa ngomong apa-apa. Wong kita tinggal terima jadi kok,” jelas Suharman.

Di sisi lain Lurah Sampang membantah jika CSR bantuan sarana air bersih tersebut mangkrak. Sebab pihak vendor masih bertanggung jawab jika ada sesuatu. Pihak Pemerintah Kalurahan Sampang hanya menuntut pertanggung jawaban kepada vendor dan tidak kepada 7 BUMN yang telah membantu pendanaan dalam bentuk CSR. Terkait tidak mengalirnya air dan diputusnya sambungan pipa, Suharman menuding lantaran kapasitornya lemah sehingga perlu diganti.

Berita Lainnya  Vaksin 70% Ditarget Rampung September, Upaya Buka Pariwisata dan Pendidikan

“Ya memang dari fihak kami yang sengaja memutus aliran air itu, sebab kapasitornya lemah. Dan itu baru mau kami belikan 7 kapasitor. Berhubung dananya terserap untuk Covid 19, maka belum jadi kami anggarkan, itu akan kami anggarkan dari dana desa,” kelit Suharman.

Terpisah, rekanan yang ditunjuk mengerjakan pembangunan pengeboran sumber air di Padukuhan Mongkrong, Sugiyanti justru mengaku siap buka-bukaan terkait persoalan bantuan sarana air bersih dari 7 BUMN yang mangkrak tersebut.

“Itu yang menunjuk saya untuk mengerjakan CSR itu langsung dari Direktur Taman Wisata Candi Borobudur. Nominalnya benar Rp 350 juta, tapi saya hanya kebagian pengeboran air hingga keluar. Dan itu sudah saya lakukan sesuai dengan RAB dalam kontrak yang saya tanda tangani,” beber Sugiyanto.

Sugiyanto membantah tegas pernyataan Lurah Sampang yang menuding semua merupakan tanggung jawab vendor. Sebab dari dana Rp 350 juta, fihaknya hanya menggunakan anggaran Rp 172,607,500,- dipotong pajak hingga total hanya mendapatkan anggaran Rp 154,749,685,-.

“Untuk jaringan perpipaan dan lain-lain semua dilaksanakan oleh Pemerintah Kalurahan Sampang sendiri. Jadi tugas saya hanya ngebor di Mongkrong itu selama sebulan antara Oktober hingga November 2019. Dan setelah terbukti air mengalir, ya sudah tugas saya selesai dong. Untuk jaringan perpipaan dan lain-lain, silahkan cek lapangan saja bagaimana pengerjaannya. Itu semua yang mengerjakan Pemerintah Kalurahan Sampang,” tegas Sugiyanto.

Terkait sumber air di belakang SD Sampang, Sugiyanto juga membantah statement Lurah Sampang. Sebab Sugiyanto mengaku titik yang paling tepat untuk dilakukan pengeboran adalah di belakang SD Sampang tersebut. Jika air sudah berhasil diangkat, maka disambungkan secara relay hingga ke Padukuhan Mongkrong.

Berita Lainnya  Janji Yusuf Mansur Yang Tak Pernah Terwujud, Motivasi Pelajar Tuna Netra Ini Hafalkan Al Quran

“Sumber belakang SD Sampang itu debitnya besar, dan saya tahu pasti karena sudah 3 kali melakukan pengeboran di sana. Tetapi Lurahnya ngeyel, minta yang dibor lokasi Mongkrong itu dengan alasan kepentingan politik di desa tersebut,” beber Sugiyanto.

Penyebab air tidak mengalir, sambung Sugiyanto, adalah sumber daya listrik yang ada di desa tersebut. PLN sebagai salah satu BUMN yang terlibat dalam CSR Bantuan Sarana Air Bersih tidak mampu mensuplay daya ke mesin pompa air tersebut.

“Sudah didatangkan teknisi PLN dari Wonosari, Yogyakarta bahkan PLN Jateng. Tetap saja tidak bisa, itu bisanya ngangkat air hanya menggunakan genset. Nah kalau urusan genset itu bukan ranah saya, sebab dalam kontrak tidak ada itu dicantumkan pengadaan genset,” tandasnya.

Dalam hal ini Sugiyanto mengaku sudah tidak bertanggung jawab lagi, sebab saat ini sudah lewat 6 bulan masa pemeliharaan. Dirinya bahkan mengaku siap buka-bukaan jika persoalan bantuan sarana air bersih di Kalurahan Sampang ini sampai diusut pihak berwenang. (Gaib Wisnu Prasetyo)

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler