fbpx
Connect with us

Sosial

Sukses Kembangkan Kampung Lidah Buaya, Warga Jeruk Legi Kini Punya Puluhan Ribu Tanaman

Diterbitkan

pada

BDG

Nglipar,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Ada hal yang unik ketika berkunjung ke wilayah Padukuhan Jeruk Legi, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar. Puluhan hingga ratusan tanaman lidah buaya nampak berjejer di halaman rumah hampir setiap warganya. Bukan tanpa alasan, di wilayah tersebut memang saat ini menjelma sebagai sentra olahan lidah buaya.

Kondisi yang ada saat ini tidak lepas dari peran seorang warga pemuda bernama Alan Efendi (30). Bermula ketika dirinya mencari referensi usaha rumahan, sebab ia sendiri saat itu menjadi perantau di Jakarta. Ia kemudian melihat sebuah industri rumahan dari internet.

“Tahun 2014 lalu saya lihat di internet, ada budidaya lidah buaya di Pontianak. Saya pikir, kondisi yang tak jauh berbeda dengan Gunungkidul. Sangat memungkinkan untuk itu,” ungkap Alan, Sabtu (16/02/2019).

Tanpa rencana matang, Alan kemudian berusaha mencari bibit jenis Aloe Chinensis Baker. Saat itu ia berfikir hendak mengambil bibit dari pontianak, namun berbagai pertimbangan membuat dirinya mengurungkan niatnya itu.

“Awalnya sempat berpikir beli dari Pontianak, tetapi lidah buaya kan mudah busuk. Ternyata di Sidoarjo ada, lalu saya membeli dari sana 500 batang, dipaketkan naik kreta api. Sampai disini tinggal 350 an batang yang masih hidup,” ucapnya.

Saat bibit datang, ia sempat kebingungan untuk mencari lahan, pasalnya tanah di sekitar rumahnya banyak ditanami kacang tanah. Kemudian ia berinisiatif untuk mengganti kacang tanah itu dengan kebun lidah buaya.

Berita Lainnya  Kasus Melandai Buat Relawan Banyak "Nganggur", PMI Fokuskan Pelatihan ke Kalurahan

“Ibu saya Sumarni lalu membantu mencabuti kacang itu. Karena pengetahuan yang minim dari 350 bibit itu hanya bertahan hidup sekitar 150 saja,” kata dia.

Dengan sisa tumbuhan yang ada, ibunya lalu memaksimalkan tumbuhan tersebut sampai akhirnya tumbuh dengan baik. Namun saat itu belum banyak warga yang tertarik akan usahanya tersebut.

“Waktu pulang saya mengajak ibu-ibu di sini menanam, tetapi belum mau. Ingin melihat dulu hasilnya. Setelah berhasil cukup baik, lalu mereka mau menanam. Ada 100 an orang yang dibagikan masing-masing 50 batang. Sekarang ini sudah berkembang menjadi puluhan ribu batang di dusun sini dan desa pendamping sekitar sini,” ujarnya.

Alan mengatakan, dirinya lalu belajar membuat olahan dari tumbuhan lidah buaya. Dengan kegigihan yang dimiliki meski tak memiliki kemampuan bertani maupun memasak karena dirinya lulusan jurusan sistem informasi di salah satu universitas di Jakarta. Namun dengan pengetahuan yang diperoleh dari internet akhirnya memberanikan diri membuat minuman dan makanan yang berbahan dasar lidah buaya. Pengolahan bahan makanan ini sudah ia lakukan sejak dua tahun terakhir.

Berita Lainnya  RSUD Wonosari Telah Rawat Belasan Pasien Suspect Anthraks Dari 2 Kecamatan

“Saat ini ada dua jenis yang diproduksi di sini yakni minuman dengan nama nata de aloevera, dan kripik,” ujar dia.

Untuk pemasaran sendiri, produk teraebut masih beredar di wilayah Gunungkidul saja. Sebab, olahan tersebut hanya bertahan beberapa hari dan sangat sensitif.

“Memang untuk saat ini kita belum bisa mengirim ke luar daerah, karena memang produk minuman kita belum bisa bertahan lama. Hanya 3 sampai 4 hari. Hanya dikonsumsi lokal Gunungkidul,” kata dia.

Setiap hari, ia mengaku mampu memproduksi sekitar 300 sampai 500 cup. Setiap cup yabg dihasilkan ia jual dengan harga Rp 2.000.

“Maret kita didampingi dari LIPI, dibuat riset untuk bisa bertahan sampai 7 bulan,” ucapnya.

Untuk kripik yang dibuat dari daging dan kulit lidah buaya, pemasarannya dibantu dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas Pertanian dan Pangan; Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Perdagangan. Dinas sendiri selama ini diakuinya sering menggandeng dirinya dalam mengikuti berbagai pameran.

“Kita diajak untuk pameran-pameran. Ke depan akan dikembangkan permen jeli, Wingko dan Teh Celup. Sampai lendirnya untuk dibuat sabun. Kalau untuk promosi karena keterbatasan dana, kita masih sebatas media sosial instagram dan facebook,” ucapnya.

Berkembangnya usaha ini membuat Alan akhirnya berani membuat keputusan besar. Ia memutuskan untuk keluar dari tempatnya kerja tahun 2017 lalu. Bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) dusun Jeruk Legi yang berjumlah 100 orang, ia akhirnya memilih fokus untuk mengembangkan lidah buaya.

Berita Lainnya  Mencicipi Hasil Produksi Awal Kopi Gunung Gambar, Cikal Bakal Sentra Kopi Asli Gunungkidul

“Seluruh produksi dipusatkan disini, bahan bakunya berasal dari masyarakat sekitar. Sehingga memang kemudian sangat berdaya guna,”katanya.

Alan mengakui saat ini ada kendala penanaman lidah buaya di Gunungkidul, yakni minimnya air untuk penyiraman. Bahkan kemarau panjang beberapa waktu lalu menyebabkan sebagian diantaranya harus gagal panen.

“Sudah ada lembaga yang membuat sumur bor untuk menyiram lidah buaya,”katanya.

Dengan pendampingan yang dilakukan oleh lembaga dan pemerintah dia yakin penghasilan yang diperoleh bersama masyarakat akan meningkat. Saat ini hasil kotor yang diperoleh per bulannya Rp 18 juta.

Sementara itu, Kepala Desa Katongan, Jumawan menambahkan, pihaknya mengapresiasi apa yang dilakukan masyarakat Jeruk Legi. Ke depan pihaknya akan mengembangkan tanaman lidah buaya di seluruh desa.

“Tahun ini belum bisa dianggarkan, tahun depan mungkin akan bisa memberikan bantuan dari desa. Seperti pupuk dan tanaman. Kita akan memaksimalkan potensi yang ada di masyarakat,” tutup dia.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Pariwisata2 minggu yang lalu

Okupansi Hotel di Gunungkidul Hampir 100 Persen 

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4Wonosari,(pidjar.com)– Momen libur natal dan tahun baru 2025 menjadi hal positif bagi Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) okupansi hotel sangat...

Pariwisata2 minggu yang lalu

10 Ribu Wisatawan Kunjungi Gunungkidul Dimalam Pergantian Tahun 

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4Wonosari,(pidjar.com)– Dinas Pariwisata Gunungkidul mencatat sebanyak 10 ribu wisatawan mengunjungi destinasi wisata di Gunungkidul saat perayaan malam tahun baru 2025....

Pariwisata2 bulan yang lalu

Miliki Daya Tarik Tersendiri, Wota-wati Bersolek Jadi Kawasan Green Tourism

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4Girisubo,(pidjar.com)– Padukuhan Wota-wati yang berada di Kalurahan Pucung, Kapanewon Girisubo merupakan daerah yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan padukuhan lain...

Pariwisata4 bulan yang lalu

Daop 6 Yogyakarta Bersama Korlantas Polri Gelar Sosialisasi Keselamatan, Pelanggaran Lalu Lintas Ditindak

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4  Jogja, (pidjar.com) — Daop 6 Yogyakarta bersama Korlantas POLRI melakukan sosialisasi keselamatan dan penindakan pelanggaran lalu lintas di area...

Pariwisata4 bulan yang lalu

Gelaran Gunungkidul Tourism Festival Untuk Tarik Wisatawan Saat Low Season

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4Wonosari,(pidjar.com)– Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terus berupaya memperkenalkan obyek wisata yang dimiliki kepada khalayak ramai. Salah satu kegiatan Dinas Pariwisata Gunungkidul...

Berita Terpopuler