Pendidikan
Susah Sinyal, Guru Tidak Tetap ini Rela Kunjungi Siswanya Saat Belajar di Rumah










Semin,(pidjar.com)–Menjadi seorang Guru Tidak Tetap (GTT) di masa pandemi Corona ini memberikan suasana berbeda bagi Pramesti Utami, warga Desa Semin, Kecamatan Semin. Sebab dirinya harus mengunjungi seorang murid karena adanya sarana media pembelajaran.
“Ada beberapa keterbatasan menyebabkan saya harus mengunjungi salah satu dari dua orang murid saya,” kata Pramesti saat dihubungi melalui telepon beberapa waktu lalu.
Guru Kelas I SD Candirejo II, Kecamatan Semin tersebut mengaku bahwa dirinya harus menyempatkan diri berkunjung ke rumah salah seorang muridnya karena tidak adanya sinyal ponsel serta keterbatasan pendidikan rendah sehingga menyulitkan untuk mengirim tugas. Selain itu, orang tua jarang mengirim tugas anaknya karena berbagai alasan mulai pulsa tidak ada hingga gawai sering rusak.
Ia memang tidak bisa setiap hari mengunjungi muridnya, sebab saat ini desa di Gunungkidul termasuk rumah muridnya di Dusun Blembem, Desa Candirejo membatasi aktivitas warga dari luar daerahnya karena pandemi Corona dan juga keamanan.

“Tidak bisa setiap hari, selain masuk (desa) ditutup, juga kadang anaknya pergi bersama orang tuanya mungkin ikut ke sawah. Mau janjian juga susah mas, nomor telepon (orang tua murid) juga tidak pasti,” ucap Pramesti.
Dia mengaku tetap bersemangat mengajar meski kondisi saat ini membatasi guru yang menjadi GTT sudah 10 tahun terakhir ini.
“Murid saya cuma dua, sekolah kami memang kekurang murid. Yang satu lancar, orang tuanya mengirimkan tugas tetapi yang satu saya harus berkunjung ke rumahnya,” ucap Pramesti.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul, Bahron Rasyid mengatakan, dari laporan yang masuk, beberapa wilayah memang masih ditemukan blank spot. Seperti di wilayah Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Semin dan Ngawen. Untuk wilayah Semin dan Nawen ada lima orang guru mendatangi murid dengan berbagai alasan.
Pertama karena wilayah itu merupakan blank spot, kedua karena siswa tidak memiliki perangkat gawai yang bisa untuk mengakses pembelajaran daring.
“Laporan yang masuk lima guru setiap hari memantau keseharian siswa selain mengecek terkait sekolah, tetapi terkait kesehatan para siswa,” kata Bahron saat dihubungi melalui telepon.
Dijelaskan misi utama belajar dirumah adalah memutus rantai pandemi corona, pemerintah membuat kebijakan physical distanting, di antaranya kebijakan belajar dari rumah. Pendidik dan siswa serta orang tua, berinteraksi melalui teknologi misi utamanya kendala nomor dua.
“Namun di Gunungkidul belum semua bisa memanfaatkan teknologi. Tidak hanya kendala jaringan, namun juga kendala ketersediaan perangkat seperti telepon genggam, laptop dan lain sebagainya. Belajar di rumah bisa menggunakan media apa saja. Daring maupun non daring tidak harus daring silakan,” ucap Bahron.













-
Info Ringan3 minggu ago
Enam Manfaat Rebusan Bunga Kantil untuk Kesehatan
-
Info Ringan4 minggu ago
Lima Kelebihan Memakai Granit sebagai Lantai Ruangan
-
Info Ringan4 minggu ago
Tujuh Macam Kue Sedehana untuk Malam Natal
-
Info Ringan5 hari ago
Tips Menghalau Ular Masuk Rumah
-
Info Ringan4 minggu ago
Tujuh Tips Menata Taman Halaman Rumah
-
Sosial4 minggu ago
Kisah Joko, Kerja Keras dan Yakinkan Istri Untuk Bisa Rakit Sepeda Seharga 75 Juta
-
Info Ringan2 minggu ago
Tujuh Hewan dengan Umur yang Sangat Panjang
-
Peristiwa2 minggu ago
Ditabrak Pemotor Ugal-ugalan, Devina Meninggal Dunia
-
Peristiwa2 minggu ago
Terpental Hingga Pekarangan Warga, Korban Laka Maut di Jalan Jogja-Wonosari Akhirnya Meninggal Dunia
-
Info Ringan2 minggu ago
Lima Bahan Alami Pencerah Kuku
-
Info Ringan3 minggu ago
Enam Buah dan Sayur Tinggi Protein
-
Sosial2 minggu ago
Sempat Jadi OB, Wisnu Kini Sukses Menjadi Eksportir Kerajinan Gedebok Pisang