Sosial
Terjunkan Pasukan Terlatih Berperalatan Lengkap, Personel Pengamanan Pertontonkan Kesigapan Tangani Massa Pembuat Onar Pemilu






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Sebulan lagi pesta demokrasi untuk memilih wakil dan pemimpin rakyat akan memasuki fase paling menentukan. Prosesi pencoblosan akan untuk memilih anggota DPRD, DPR RI, hingga DPD maupun Presiden dan Wakil Presiden akan digelar secara serentak pada tanggal 17 April 2019 mendatang. Tidak menutup kemungkinan hajatan seluruh rakyat ini dapat berpotensi menimbulkan kericuhan lantaran berbagai hal. Guna menyikapi maupun mengantisipasi hal itu, pemerintah melalui lembaga penegak hukum dan instansi terkait menggelar simulasi pengamanan di masing-masing tempat pemungutan suara.
Jumat (22/03/2019) pagi tadi, sejumlah intansi menggelar simulasi kericuhan pencoblosan Pemilu di Alun-alun Wonosari. Ratusan petugas pengamanan baik berseragam maupun berpakaian preman mempertontonkan kemampuan mereka dalam mengatasi sebuah kericuhan di TPS 21 Kecamatan Wonosari. Di lokasi tersebut, semula proses pemungutan suara berjalan lancar. Namun kemudian terjadi kericuhan yang dipicu lantaran kesalnya salah seorang pemilih akibat kesal menunggu giliran. Cek cok pun saat itu sempat terjadi antara pemilih dengan petugas KPPS namun hal itu berhasil dikondisikan oleh petugas kepolisian.
Tak berselang lama, sejumlah warga kembali melakukan orasi di depan sebuah gedung untuk menuntut proses pemungutan suara ulang. Massa yang kalap kemudian berusaha menyerang petugas yang tengah melakukan penjagaan. Berulang kali pihak kepolisian memberikan himbauan namun ternyata tidak membuahkan hasil. Massa yang ada justru semakin kalap dan menyerang petugas dengan beberapa benda keras dan barang bawaan.

Suasana simulasi kericuhan massa
Personil dari kepolisian dan TNI terus diperketat untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Massa yang datang dengan kendaraan dan membawa berbagai benda pun justru semakin banyak dan anarkis. Ratusan petugas terlatih yang ditugaskan terus berusaha menenangkan massa yang menggebu-gebu itu. Namun kemudian massa semakin beringas dan memukuli petugas.
Diceritakan kemudian, polisi yang merasa massa semakin beringas kemudian menerjunkan sebuah mobil water canon untuk melumpuhkan puluhan massa yang tak terkendali tersebut. Namun massa tetap saja memprovokasi dan menyerang petugas. Beberapa kali tembakan peringatan maupun tembakan gas air mata akhirnya dilepaskan untuk membubarkan kerumunan. Serangan fisik pun juga terus terjadi, dan petugas berhasil mengamankan beberapa orang yang dianggap sebagai provokator dalam kericuhan pemilu 2019.







Simulasi penanganan kericuhan pemilu 2019 berjalan sekitar 1 jam lamanya. Disaksikan oleh masing-masing petinggi partai, instansi terkait dan pejabat dilingkup pemkab Gunungkidul.
Kapolres Gunungkidul, AKBP Ahmad Fuady mengatakan jika simulasi ini dilakukan sebagai pemantapan dan kesiapan jajarannya dalam menyambut pesta demokrasi yang semakin dekat. Ribuan personil telah dipersiapkan untuk melakukan pengamanan di 2718 TPS yang tersebar di Gunungkidul. Pola pengamanan untuk mengantisipasi keributan juga telah dipersiapkan. Dalam Pemilu 2019 khususnya di Gunungkidul ia mengklaim akan berjalan sesuai aturan dan tidak ada keributan.
“Kultur dan wawasan yang dimiliki sudah luas. Kami selalu berikan himbauan dan pemahaman pada masyarakat, mudah-mudahan semua berjalan lancar, baik dan kondusif,” terang AKBP Ahmad Fuady usai digelarnya simulasi.
Lebih lanjut ia memaparkan, masyarakat harus menggunakan hak pilih mereka sebagai warga negara yang baik. Tidak perlu takut akan desakan atau hal yang dapat terjadi lainnya. Ia menjamin bahwa petugas akan semaksimal mungkin memberikan rasa aman pada masyarakat. Anggota polisi dan TNI yang disiagakan itu tidak hanya berjaga khusus di wilayah Gunungkidul saja akan tetapi di titik perbatasan pun juga diperketat. Hal ini sebagai antisipasi jika kemungkinan ada kericuhan-kericuhan yang terjadi di luar Gunungkidul yang berpotensi ikut menyebar ke wilayah Gunungkidul.
“Kami siagakan di daerah perbatasan pula. Untuk jumlah kekuatan personil dimasing-masing TPS itu tergantung dari tingkat kerawanan baik wilayah, pemilih dan lainnya,” imbuh dia.

Immawan bersama Dandim dan Kapolres
Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi menyatakan apresiasinya atas kesiapan dan sinergitas seluruh lapisan penegak hukum dalam memberikan rasa aman dan nyaman dalam gelaran pesta demokrasi 2019. Ia menghimbau pada masyarakat nantinya untuk tidak terpancing suasana. Dari para calon legislatif pun juga harus lewogo dan dapat memberikan pengertian bagi massa masing-masing.
“Kami sangatlah mengapresiasi atas kesiapan dan simulasi yang luar biasa ini. Perlu diketahui untuk Gunungkidul saya kira kerawanannya tidaklah seperti yang kita bayangkan. Mudah-mudahan berjalan aman dan damai,” ucapnya.
Tak hanya gelar pasukan dan simulasi penanganan pada situlasi ricuh saat pemilu, akan tetapi kegiatan pagi tadi juga untuk kembali mendeklarasikan pemilu damai. Dari pemerintah bersikap netral, TNI dan Polri siap menjaga keamanan dan dari para caleg maupun partai siap menjunjung peraturan yang telah ditetapkan.
Semakin mendekati tanggal pencoblosan, deklarasi pemilu sangatlah diperlukan sebagai bentuk sinergitas semua instansi dalam menjaga kondisi yang stabil dan memberikan rasa aman ada masyarakat yang ada.