Connect with us

Sosial

Tinggal di Rumah Bertambal Terpal, Janda 90 tahun Tetap Tidak Ingin Meninggalkan Rumahnya

Diterbitkan

pada

BDG

Karangmojo,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Wanita renta ini telah menjanda puluhan tahun akibat kematian suaminya.  Hidup di rumah yang tak layak tinggal, ia menjalani kehidupan. Kaminem. Usianya lebih dari 90 tahun, namun semangat untuk hidup cukup menampung banyak keprihatinan. Ia tinggal di Padukuhan Karangwetan 1, Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo. Meski hidup serba terbatas Kaminem tidak memiliki keinginan yang muluk. Sekedar hidup sehat.

Cucunya yang tinggal di desa lain, pernah mencoba merawat Kaminem di desa tetangga. Sayangnya, sekitar 8 bulan lamanya tinggal bersama, Kaminem justru tidak betah dan kembali ke gubuk di Padukuhan Karangwetan 1. Tak lama kemudian, karena kondisi semakin tua penglihatan yang berkurang jauh akhirnya Wasiyem (80) adik Kaminem memilih tinggal bersamanya. Wasiyem pun juga janda sejak belasan tahun lalu, setiap harinya ia habiskan untuk berladang. Dari pagi hingga maghrib ia baru pulang.

Kaminem Dan Wasiyem menempati rumah yang hanya terbuat dari anyaman bambu. Untuk menutup ayaman bambu yang telah bolong, dilapisi dengan terpal atau kantong bagor yang melintang di setiap sudutnya. Dua janda tua ini menghabiskan waktunya di rumah yang tidak selayaknya dihuni oleh lansia.

Berita Lainnya  Antrean Panjang di SPBU Pasca BBM Naik, Ini Penyebabnya

 “Yen pengen sik aneh-aneh niku mboten. Naming pengen urip sehat, ngeten niki mawon syukur Alhamdulilah. (Kalau ingin yang aneh-aneh tidak. Hanya ingin hidup sehat, seperti ini saja sudah Alhamdulillah),” ucap Kaminem, Sabtu (15/09/2018).

Meski sudah lebih dari 90 tahun ini, Kaminem masih memiliki pendengaran yang cukup baik. Hanya saja penglihatannya sudah tidak begitu jelas. Untuk berjalan juga sudah agak tertatih. Kayu bambu kecil, sering kali ia bawa kemana-mana sebagai penopang berjalan. Sering kali Kaminem merasa kakinya sulit untuk berjalan, lemas dan seperti digigit kalajengking.

Kulit keriput, rambut memutih begitu nampak di wajah dan badannya. Sehari-harinya ia habiskan untuk tiduran dan sekedar leyeh-leyeh di teras depan rumah. Untuk makan sehari-hari, Kaminem mengandalkan adiknya yang memasak. Menikmati sayur apa adanya ditambah tahu dan tempe goreng. Kadang juga telur goreng, jika ada rejeki lebih.

Namun meski penglihatannya sudah tidak begitu jelas, Kaminem mencuci jarik dan pakaiannya sendiri di bagian barat rumahnya. Bantuan rastra dan jambanisasi beberapa waktu lalu ia dapatkan. Karena kekolotannya, ia tidak pernah mau mandi atau buang air besar di kamar mandi bantuan pemerintah itu.

Berita Lainnya  Februari Sudah Panen, Uji Coba Penanaman Jagung Hibrida di 2 Kapanewon

“Wedi yen kepleset. Pilih siram ten njobo lan WC cemplung. Kamar mandi sik enggal Wasiyem sik nganggoni (Takut terpeleset. Memilih WC di luar. Kamar mandi yang baru yang memakai Wasiyem) ,” tutur nenek renta itu.

Seolah telah menyatu dengan tanah kelahirannya, dari dulu hingga sekarang ia tetap memilih tinggal di Padukuhan Karangwetan 1. Masih teringat betul cerita masa lalunya, waktu dia masih muda diajak ke Jakarta oleh saudaranya. Sekitar satu minggu lamanya di Jakarta hanya untuk menghadiri kondangan. Selepas itu hingga sekarang ia tak pernah pergi jauh. Bahkan diajak ke rumah cucunya menggunakan motor atau mobil pun ia begitu enggan. Menurutnya ia takut kalau terjadi sesuatu saat perjalanan. Sehingga ia memilih untuk tidak pergi ke mana-mana. Saat dirinya masih sehat, beberapa petak sawah pun ia garap sendiri. Namun sekarang tenaganya tidak lah kuat seperti dulu.

“Nggih di reh-reh putu lan buyut yen ajeng diopeni ten Jogja, nanging kulo sik mboten purun. Urip mati tetep ten mriki mawon. Piye-piye o tetep penak ning ngomah e dhewe (Ya dirayu-rayu cucu dan buyut kalau akan dirawat di Jogja, tapi saya yang tidak mau. Hidup mati tetap d sini saja. Bagaimana pun juga tetap enak di rumah sendiri),” imbuhnya.

Kaminem dan adiknya pun hingga saat ini melelapkan dirinya pada tempat tidur lapuk dan kasur tipis. Kondisi seperti ini lah yang membuat warga setempat tergerak, seringkali warga mengantar makanan atau lainnya pada dua janda tua ini. Warga setempat yang tergerak hatinya pun pernah berupaya melakukan pembedahan. (arista)

Berita Lainnya  Derita Petani Cabai, Dihargai Tak Layak Serta Harus Berpacu Dengan Waktu

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Pariwisata2 minggu yang lalu

Masa Angkutan Lebaran 2025, Penumpang KA Bandara Capai 390 Ribu

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – PT Railink KA Bandara Medan dan Yogyakarta mencatat sebanyak 390.475 ribu masyarakat menggunakan layanan Kereta Api...

bisnis2 minggu yang lalu

Libur Lebaran, Stasiun Yogyakarta Optimalkan Peran Sebagai Stasiun Integrasi Antarmoda

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja,(pidjar.com) – Stasiun Yogyakarta memiliki keunggulan sebagai stasiun integrasi antar moda yang mampu melayani pemudik dan masyarakat untuk berwisata...

bisnis4 minggu yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis3 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

bisnis3 bulan yang lalu

Demi Lancarnya Perjalanan KA, Pusdalopka Rela Tak Ada Libur

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Salah satu elemen penting yang memainkan peran strategis dalam menjaga kelancaran operasional kereta api adalah Pusat...

Berita Terpopuler