fbpx
Connect with us

Sosial

Upaya Membangkitkan Seni Batik Tulis di Tengah Gempuran Batik Printing

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari, (pidjar.com)–Saat ini batik telah diakui Unseco sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Namun seiring perkembangan zaman, seni batik tulis terus kalah bersaing dengan keberadaan batik printing. Harga yang jauh lebih murah membuat banyak dari konsumen yang memilih untuk membeli batik printing.

Sejumlah upaya terus dilakukan untuk membuat batik tulis berkembang. Seperti yang dilakukan oleh Guntur Susilo warga Padukuhan Kepek I, Desa Kepek Kecamatan Wonosari menggunakan teknologi sebagai acuan membatik. Dengan pemberdayaan ibu-ibu sekitar tempat tinggalnya, ia menciptakan Kampung Batik Siberkreasi.

Guntur awalnya berniat memberi kegiatan ibu-ibu di kampungnya dengan mengangkat tema Batik Sebagai Bekal Kearfian Lokal di Era Digital. Menurutnya, batik dan internet memang sama-sama media. Jika zaman dahulu nenek moyang membuat batik sebagai media penyampaian pesan-pesan moral kearifan lokal dengan filosofi harapan positif, namun akhir-akhir ini batik mengalami krisis. Krisis yang ia maksud ialah, banyak orang melihat batik hanya berdasarkan warnanya yang cerah dan harganya yang murah. Hal ini membuat pasaran batik tulis anjlok, sedangkan batik printing terangkat.

Berita Lainnya  Gerhana Matahari Cincin Terlihat di Gunungkidul, Umat Muslim Diminta Lakukan Sholat Gerhana

“Batik printing yang kini menggeliat di pasaran sebetulnya bukan batik. Namun hanya kain bermotif hasil cetakan dan bermotif batik, bukan handmade juga tanpa perintangan malam,” ucap Guntur kepada pidjar.com, Selasa (24/09/2019).

Menurutnya, internet sebagai media pun ia nilai tengah memasuki masa krisis. Ketika tidak bijak menggunakannya akan terjebak dengan berita hoax juga ujaran kebencian.

“Oleh karenanya dari Kampung Batik Manding, kami ingin mencoba berusaha merevitalisasi batik dan internet agar kembali kepada makna dan fungsinya,” ujar Guntur.

Dengan harapan, di era kemajuan seperti saat ini, masyarakat khususnya kaum milenial mampu berpegang teguh dan mempelajari nilai-nilai kearifan lokal melalui motif batik. Dari sinilah kemudian menurut Guntur, Kampung Batik Siberkreasi tercipta.

Berita Lainnya  Siaga Bencana Jelang Musim Penghujan, Puluhan Peralatan EWS Dicek Petugas

Bahkan pada 2 Oktober 2018 lalu, Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) Republik Indonesia meresmikan Kampung Batik Siberkreasi di Kampung Batik Manding. Perpaduan batik di era digital menjadi suatu yang khas di Kampung Batik Manding. Teknologi digital dimanfaatkan untuk mendesain, sementara keahlian membatik oleh manusia terus dikembangkan.

“Kampung Siberkreasi merupakan wujud pemikiran lama masyarakat sekitar. Saat ini ada 15 rumah yang menyediakan batik yang dikelola oleh koperasi,” bebernya.

Ia sendiri menggunakan koperasi dengan harapan tidak ada persaingan yang tidak sehat antara pembatik satu dan yang lainnya. Setiap akhir tahun ia Sisa Hasil Usaha (SHU) dibagikan kepada ibu-ibu yang merupakan pembatik.

“Masing-masing rumah memilki desain batik yang berbeda tergantung pemiliknya, namun yang khas di Kampung Baik manding ini ialah motif Manding dan Wonopawiro,” beber Guntur.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Koperasi dan UMKM, Sih Supriyana mengatakan, ke depan masyarakat pengrajin batik akan mendapatkan pembinaan. Pembinaan tersebut di antaranya bertujuan untuk meningkatkan kualitas batik dan bagaimana memasarkan batik.

Berita Lainnya  Polemik Warga Tuntut Pembangunan Selokan di Jalur Anyar Makin Panas, Pendamping Dari DPU Mengaku Lupa Pernah Janji

“Termasuk saat pembinaan kami akan bekerjasama dengan asosiasi batik ASPETIG,” tandasnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler