Sosial
Usaha Ekstra Dinas Kebudayaan di Tengah Rendahnya Minat Anak-anak Mainkan Permainan Tradisional






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Perkembangan teknologi mampu menggeser kelestarian budaya di Gunungkidul. Salah satunya adalah kelestarian permainan tradisional yang sangat jarang dimainkan oleh anak-anak milenial. Dewasa ini memang, permainan tradisional dan interaksi antar anak-anak tergeser dengan adanya smartphone yang menyediakan fitur-fitur permainan menarik. Sehingga sangat jarang anak-anak mengenal atau bahkan memainkan permainan tradisional. Mengantisipasi hal ini terus terjadi dan berdampak buruk untuk kelestarian budaya khususnya permainan tradisional, baru-baru ini Dinas Kebudayaan Gunungkidul terjun ke lapangan untuk mengenalkan budaya Jawa kepada anak-anak.
Kepala Bidang Pelestarian dan Nilai Budaya, Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Agus Mantara mengatakan, baru-baru ini jajaran dari Dinas Kebudayaan melakukan pendampingan kepada anak-anak di Gunungkidul agar lebih mengenal permainan tradisional. Berbagai kegiatan dilakukan supaya permainan ini tetap dikenal bahkan dilestarikan oleh generasi milenial.
“Setiap minggu ada pendampingan di beberapa titik, kita kenalkan permainan anak jaman dulu yang sering kita mainkan biar anak-anak paham kalau dari benda sederhana saja bisa dijadikan mainan yang mengasyikan,” jelas Agus Mantara, (28/02/2019).
Belajar di alam terbuka dengan memanfaatkan benda-benda sederhana dan tak terbatas dalam berinteraksi juga disisipkan melalui diperkenalkannya budaya dan tradisi khas Jawa. Misalnya dikenalkan dengan pengetahuan tradisional atau aspek-aspek yang mengarah pada kekayaan budaya Jawa yang dimiliki Gunungkidul. Sehingga anak-anak tidak hanya mengetahui budaya luar atau hanya memanfaatkan gawai untuk mendapatkan hiburan.
“Yang ditekankan itu adalah bagaimana bersosialisasi, kemudian keperdulian anak pada alam dan pelestarian budaya yang dimiliki. Jadi mereka paham lah apa itu mainan-mainan tradisional terdahulu,” imbuh dia.







Berkembangnya teknologi memang membuat sejumlah pelestari budaya khawatir. Pasalnya sudah jarang ditemukan kembali anak yang memilih bermain bersama. Mereka justru lebih memilih di dalam rumah sembari memainkan gawai yang dimiliki. Misalnya saja jika di era 90-an, banyak anak-anak yang bermain gobak sodor, petak umpet, egrang, bakiak atau permainan lain. Akan tetapi sekarang ini justru sudah tidak ditemukan.
“Ini adalah upaya dari pemerintah untuk mengangkat lagi budaya atau permainan anak yang mulai tergeser. Dari lintas sektoral dan masyarakat pun juga harus memiliki kesadaran yang tinggi dalam mengembangkan dan melestarikan,” imbuh dia.

Foto ilustrasi by google
Dari jajaran pemerintah sendiri ada kesulitan dalam menerapkan program ini terhadap anak-anak. Ia mengakui bahwa tingkat kefokusan dan ketertarikan anak-anak terhadap permainan tradisional masih sangat rendah. Untuk mengatasi kejenuhan atau kebosanan maka, dari pendamping harus berusaha mengemasnya lebih menarik lagi.
“Ya biar betah harus dikemas seasyik mungkin. Jadi mereka juga bisa lupa dengan permainan yang lebih menarik lainnya, misalnya tembak-tembakan di handphone atau permainan lainnya,” tambah dia.
Sementara itu Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB Supriyanto mengatakan ada nilai plus jika anak-anak kembali menerapkan dan memainkan permainan tradisional. Diantaranya yakni interaksi dan sosialisasi yang dijalin. Sehingga ada keakraban tersendiri, tidak merasa sendiri, dan anak-anak tidak kehilangan masa-masa kekanakan. Selain itu, permainan tradisional juga banyak menggerakan badan sehingga juga akan erat kaitannya dengan kesehatan anak. Meski begitu, dengan kendala yang ada saat ini, memang harus ada dukungan dari semua kalangan untuk membangkitkan kembali budaya atau permainan tradisional yang mulai tergerus modernisasi.
“Semua harus terlibat dalam hal ini (pelestarian) ada banyak nilai positif yang didapat. Perlu ada penekanan agar semua berjalan sebagaimana mestinya,” tambah dia.
Ia berharap ke depan desa-desa di Gunungkidul mampu menjadi sebuah pelopor atau benteng kebudayaan di DIY dan dapat lebih meningkatkan kepedulian berbudaya yang baik.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
Sosial4 minggu yang lalu
Istri Wakil Bupati Gunungkidul Dilantik Jadi Ketua Tim Penggerak PKK, Ini Hal yang Akan Dilakukan
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis4 minggu yang lalu
PT Railink Raih Penghargaan 7th Top Digital Corporate Brand Award 2025
-
Uncategorized3 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
bisnis3 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks