fbpx
Connect with us

Sosial

Demi Kirim Tugas Sekolah, Siswa SMK Ini Harus Pinjam HP Tetangga

Diterbitkan

pada

BDG

Semanu,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Namanya Azzahra Reira Salsabila (17). Warga Padukuhan Wareng,  Kalurahan Semanu,  Kapanewon Semanu ini memiliki semangat yang kuat dalam mengenyam pendidikan. Di tengah kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil ia masih terus berupaya untuk terus bersekolah. Saat ini pemerintah tengah menerapkan program belajar dari rumah (BDR) karena adanya pandemic covid yang masih terjadi. Dengan sistem yang diterapkan ini membuat remaja perempuan dan keluarganya harus berputar otak agar tetap dapat mengikuti pembelajaran secara online.

Zahra sendiri merupakan pelajar kelas 10 di SMK Kesehatan Wonosari. Ya, dengan segala keterbatasan keluarga ini ada banyak kesulitan yang dihadapi. Terlebih dalam sistem belajar sekarang, bagaimana tidak, alat komunikasi berupa handphone yang dimiliki tergolong tidak mensupport untuk kegiatan belajar online. Keluarga ini hanya memiliki 1 smartphone namun kondisinya juga tidak mendukung. Sehingga untuk mengikuti kegiatan belajar online harus meminjam ke tetangga.

“Sebenarnya punya HP yang bisa digunakan untuk whatsapp dan aplikasi lainnya. Tapi ini kameranya rusak. Jadi kalau misalnya mau kirim tugas yang harus difoto atau lainnya ya terpaksa pinjam ke tetangga,” kata Zahra, Jumat (21/08/2020).

Zahra sendiri merasa malu dan tidak enak hati ke teman dan tetangganya karena setiap kali ada tugas dan pembelajaran online ia harus mencari pinjaman. Namun rasa tidak enak hati itu demi pendidikan yang ia tempuh.

Berita Lainnya  Tanaman Kacang Tanah Diserang Tikus, Petani dan Pemerintah Lakukan Gerakan Pengendalian Hama

Kedua orang tua Zahra masih lengkap. Ia merupakan putri dari pasangan Mariyam dan Sadiman (48) tahu, hanya saja keterbatasan ekonomi dialami oleh keluarga ini. Sadiman selama ini bekerja serabutan asal ada kerjaan ia dengan lapang hati menerima pekerjaan itu. Hanya saja selama pandemic berlangsung, aktifitasnya tidak seperti biasa, tidak ada tawaran pekerjaan yang datang kepada dirinya. Semnetara Mariyam, ibu rumah tangga yang terkadang menerima jasa jahit dan membantu di pabrik bakpia.

Semua itu dilakukan Mariyam untuk menyambung hidup dan pemenuhan kebutuhan lainnya. Pasangan ini sangat bersyukur memiliki anak seperti Zahra, pasalnya remaja perempuan ini tidak banyak tuntutan dan mengetahui dengan pasti bagaimana kemampuan ekonomi keluarganya.

Berita Lainnya  Pelaksanaan TMMD Tak Hanya Sasar Fisik, Persit Latih Ibu-ibu Rajut Tas dari Tali Kur

“Kegiatan sehari-hari biasanya kalau pagi ya beres-beres rumah. Terus kalau ada tugas ya dikerjain, belajar gitu. Kalau sore saya isi dengan mengaji di masjid lumayan dapat uang saku untuk jajan atau saya tabung,” tambahnya saat ditemui di rumah.

Sementara itu, Mariyam pun menceritakan besarnya tekad anaknya tersebut. Sebenarnya, orangtua menginginkan agar anaknya sekolah di SMK Ma’arif yang jaraknya hanya 500 meter dari rumahnya. Tapi karena Zahra memiliki cita-cita ingin menjadi seorang perawat kemudian ia izinkan untuk memilih sekolah sesuai dengan keinginannya.

“Tekat anaknya sangat kuat. Jadi saya berusaha nuruti dengan segala keterbatasan yang ada,” ucapnya.

Lebih lanjut Mariyam mengatakan Zahra sejak kecil sudah prihatin dengan selalu mengumpulkan uang jajannya yang ia dapat dari orang tuanya maupun dari hasil yang ia dapat sendiri. Masuk jenjang SMK ini, keluarga ini memang terdesak dan dibuat dilema. Jarak tempuh yang jauh dan tidak adanya angkutan umum membuat celengan Zahra harus dibuka untuk membeli kendaraan.

Berita Lainnya  Disambut dengan Antusias, Pedagang Pasar Asik Berselfie Saat Divaksin

“Uang tabungannya digunakan untuk beli sepeda motor, walaupun hanya bekas yang penting katanya bisa jalan buat sekolah. Awalnya saja dan bapak dibuat bimbang, mau untuk beli handphone atau kendaraan, karena semua dibutuhkan untuk sekolah,” paparnya.

Keputusan untuk membeli sepeda motor seharga 3 juta dengan uang tabungan kala itu dianggap cukup tepat. Pasalnya BDR kala itu sifatnya hanya sementara, namun ternyata seiring dengan kondisi yang belum stabil menjadikan sistem pembelajaran BDR terus diperpanjang.

“Setiap hari kalau Zahra dan adiknya ada tugas saya harus cari pinjaman HP yang sekiranya bisa buat foto tugas itu. Rasa tidak enak hati ke tetangga itu pasti, tapi ya mau gimana kondisinya seperti ini. Jadi setiap hari beda-beda orang biar ndak ngebot-boti (menyusahkan).” tutupnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler