Sosial
Kekeringan Semakin Parah, Instansi Swasta dan Komunitas Ramai-ramai Salurkan Bantuan


Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Musim kemarau yang melanda Gunungkidul sejak beberapa bulan lalu berdampak pada kekeringan yang terjadi. Kekeringan sendiri saat ini terus meluas. Data yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, sebanyak 16 kecamatan di Gunungkidul telah terdampak kekeringan. Selain pemerintah yang melakukan program bantuan dropping air untuk mengatasi permasalahan yang setiap tahun pasti terjadi. Selain dari pemerintah, bantuan dropping air juga mulai diberikan oleh instansi swasta, komunitas hingga beberapa kelompok lainnya.
Seperti halnya yang dilakukan oleh alumni SMA Negeri 1 Wonosari tahun 1981. Para alumni sekolah favorit di Gunungkidul tersebut memberikan bantuan berupa air bersih ke 5 kecamatan yang sekiranya membutuhkan bantuan air bersih. Sekitar 49 tanki air bersih didisribusikan kepada masyarakat di 5 kecamatan yang dampak kekeringan cukup dirasakan oleh warga setempat.
“Kami pilih di Kecamatan Paliyan, Panggang, Purwosari, Rongkop, dan Girisubo,” kata Subardi Hari Santoso, salah satu anggota Alumni SMA Negeri 1 Wonosari, Kamis (18/07/2019).
Menurutnya, 5 kecamatan ini dipilih lantaran dampak kekeringan sendiri sudah beberapa waktu belakngan dirasakan oleh masyarakat. Sumber-sumber air bersih yang ada di kawasan tersebut sudah mengering dan tidak lagi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Ada beberapa padukuhan yang sengaja kami sasar. Dalam pemberiannya sendiri ndak ngawur, kita pastikan betul bagaimana kebutuhan masyarakat,” imbuh dia.
Ide memberikan bantuan berupa air bersih kepada masyarakat terdampak kekeringan menurut Subardi, hanyalah spontanitas. Melihat kondisi di lapangan dan beberapa kabar mengenai dampak kekeringan yang semakin meluas dan memprihatinkan membuat alumni ini tergerak hati untuk memberikan bantuan. Dengan dana seadanya hasil dari saweran antar anggota angkatan 1981, terkumpul dana yang kemudian digunakan untuk membeli air bersih.
“Mudah-mudahan bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan. Meskipun tidaklah seberapa, tapi niatan kami tulus untuk membantu sesama terlebih yang saat ini tengah terdampak kekeringan,” ujarnya.
Tak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh alumni sekolah. Organisasi Ikatan Anak Rantau Gunungkidul (Ikaragil) dalam waktu dekat ini juga akan memberikan bantuan droping air di sejumlah titik daerah yang sekiranya memang terdampak kekeringan. Selain dilihat dari sejauh mana dampak yang dialami kepadatan penduduk pun nampaknya juga menjadi acuan droping air.
Wakil Ketua Ikaragil, Nanang Setiyadi mengatakan sebenarnya Ikaragil sendiri tengah menggagas terobosan baru untuk penanggulangan kekeringan di Gunungkidul. Hal ini didasari oleh keprihatinan mereka lantaran setiap tahun masyarakat Gunungkidul masih merasakan kekeringan. Padahal diketahui, sumber air bawah tanah yang dimiliki bumi handayani cukuplah melimpah.
“Ini PR pemerintah yang harus diselesaikan. Karena apa? Setiap tahun pasti selalu kejadian seperti ini (kekeringan),” kata Nanang.
Gagasan demi gagasan untuk lepas dari kondisi ini tengah dibahas oleh organisasi ini menggandeng universitas-universitas di Jogja yang tergerak untuk membebaskan Gunungkidul dari fenomena kekeringan. Selain itu juga mendorong pemerintah untuk lebih sigap kembali dalam menangani kondisi seperti ini.
“Untuk tahun ini disiapkan dana sekitar 10 juta untuk program droping air, kalau dana sudah oke nanti tinggal gerak ke lapangan. Nantinya kami berkeinginan untuk mempunyai solusi tersendiri dalam mengatasi kekeringan,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki menjelaskan, sejak awal hingga pertengahan Juli tercatat 127.977 jiwa terdampak kekeringan. Ia memaparkan, jumlah tersebut tersebar di 16 kecamatan yang ada di Gunungkidul. Pihaknya mencatat, dari jumlah tersebut, 4 diantaranya mengalami dampak kekeringan cukup parah.
“Untuk status sendiri sudah kami naikkan menjadi darurat atau awas kekeringan,” ucap Edy.
Ia menyampaikan untuk rinciannya yakni Kecamatan Giriaubo sendiri terdapat 8 desa dengan 21.718 jiwa, Kecamatan Paliyan terdapat 6 desa dengan 16.978 jiwa, Kecamatan Rongkop ada 8 Desa dengan 9.922 jiwa, Kecamatan Tepus ada 5 desa dengan 12.441 jiwa dan Kecamatan Panggang ada 6 desa dengan jumlah jiwa terdampak sebanyak 8.310 jiwa. Belum lagi di kawasan Ponjong, Semanu, Ngawen, Nglipar, Patuk, Wonosari, Gedangsari dan beberapa kawasan lainnya.
“Kita berterima kasih jika ada instansi swasta atau komunitas yang ikut memberikan bantuan air. Namun kita sangat berharap dalam distribusinya bisa berkoordinasi dengan kami agar bantuan tidak tumpang tindih dan bisa menyasar lebih banyak masyarakat,” urai Edy.
-
Uncategorized4 hari yang lalu
Perebutan Gelar Triple Crown 2025 di Indonesia Indonesia Derby 2025
-
event4 hari yang lalu
Gunungkidul Geopark Night Specta Kembali Digelar, Simak Jadwal dan Bintang Tamunya
-
Sosial3 hari yang lalu
Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Tingkatkan Kapasitas Petani di Sumatera Utara
-
musik4 hari yang lalu
Tahun ke-11, Prambanan Jazz Festival Gaet Kenny G dan EAJ
-
Budaya4 hari yang lalu
Yogyakarta International Dance Festival Digelar di Jogja, Diikuti 8 Negara
-
Info Ringan1 hari yang lalu
Semarak Ulang Tahun Perak Tunas Mulia, Gelar Sarasehan Pendidikan Tamasya