Sosial
Bangkit Usai Kena PHK, Sugeng Sukses Lewat Budidaya Madu Lanceng Hingga Dipanggil Presiden ke Istana Negara






Nglipar, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Pulang tinggal selembar pakaian menempel di badan lantaran kena PHK dari pekerjaannya di sebuah perusahaan kontraktor di Jakarta, Sugeng Apriyanto membawa nestapa ke kampung halaman di Padukuhan Ngrandu, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar. Namun siapa sangka di balik pengalaman pahit tersebut, justru menjadi awal kesuksesannya. Sugeng menjelma menjadi pelestari hutan sekaligus peternak madu lanceng (Apis Trigona) atau klanceng yang sudah terkenal se-Nusantara. Keberhasilannya tersebut tentunya juga berdampak pada kesejahteraannya.
Di areal lahan pekarangan seluas 2000 meter yang ada di samping kanan kiri rumahnya, sejauh mata memandang nampak berjejer ratusan kendil (red-gerabah) di atas rak dan bertumpuk-tumpuk. Di situlah tempat lanceng berkembang biak dan menghasilkan madu. Tanaman menghijau seperti kaliandra, kelor, air mata pengantin, hingga buah-buahan yang membuat rumahnya nampak menghijau asri dan itu menjadi sumber pakan alami lanceng.
“Berawal tahun 2004 saya kena PHK di Jakarta, pulang ke sini dengan tangis nelangsa dan habis-habisan. Sebagai bapak saya merasa gagal bahkan bingung hendak berbuat apa. Modal ijazah SMEA saya kalah dalam kerasnya persaingan kerja di ibukota,” kata Sugeng mengawali ceritanya.
Pria kelahiran 7 Maret 1968 ini lantas mencoba bangkit dari keterpurukan. Bersama Tumiyem, istrinya, Sugeng mencoba memproduksi tempe untuk dijual secara keliling. Usaha itu dilakukan untuk sekedar menyambung hidup dan membiayai ketiga anaknya yang kala itu masih kecil-kecil.
“Nah di dinding triplex samping rumah ternyata menjadi sarang lebah lanceng. Awalnya saya belum kepikiran untuk membudi dayakannya, namun setelah keliling tempe kok melihat banyak warga di desa tetangga yang memiliki bumbung-bumbung bambu tempat koloni lanceng berkembang biak dan menghasilkan madu, insting bisnis saya kemudian tumbuh dan tergerak untuk mencoba ternak lanceng,” lanjutnya.







Sugeng lantas bergerilya membeli bumbung bambu berisi lanceng tersebut untuk dibawa ke rumah. Secara otodidak dia mempelajari siklus hidup lanceng hingga menghasilkan madu. Jika dikembangbiakkan, lanceng dijamin tidak menyengat seperti lebah sehingga dijamin tidak akan membuat resah para tetangga.

Sugeng memamerkan produk madu lanceng miliknya
Dari setiap koloni lanceng, dia bisa menghasilkan ratusan mililiter madu yang memiliki citarasa khas. Sebab madu lanceng memang memiliki gabungan 3 rasa, manis, asam dan pahit menjadi satu. Botol demi botol madu lanceng dihasilkan dan mulai dipasarkan kepada khalayak sembari berkeliling menjajakan tempe hasil produksinya. Awalnya bukan hal yang mudah menjajakan madu lanceng, sebab belum banyak yang mengetahui khasiatnya. Namun setelah satu dua konsumen merasakan khasiat dan manfaat madu lanceng, mulailah produknya diminati pasar.
“Secara tidak sengaja pula di belakang rumah ada bekas padasan (red-gerabah untuk tempat berwudhu) tidak terpakai. Ternyata itu juga menjadi tempat berkembang biak lanceng dan menghasilkan madu lebih banyak ketimbang kalau ada dalam bumbung bambu. Beralihlah saya dari ternak dalam bumbung ke padasan. Sepanjang halaman ini saya penuhi padasan waktu itu,” papar Sugeng.
Berhubung padasan terlalu besar untuk dijadikan rumah koloni lanceng, maka secara khusus dia memesan kendil dari Bayat, Klaten untuk dijadikan pengganti padasan. Dan ternyata ide itulah yang bisa membuat usahanya berkembang pesat hingga saat ini. Sebab tak hanya madu yang dihasilkan lanceng, namun propolis serta koloni yang bisa diperjualbelikan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Foto Sugeng ketika bertemu Presiden Jokowi
Sebagai aktivis Pemuda Tani Gunungkidul, Sugeng Apriyanto pada tahun 2007 mendapatkan pelatihan bersama 40 pemuda tani DIY dari Kementerian Pertanian. Hal itu dimanfaatkannya untuk memperluas jaringan usaha. Dia lantas bergerak untuk menghijaukan lereng-lereng perbukitan di seputar Desa Katongan dengan bermacam tanaman yang kemudian menjadi sumber pakan bagi lanceng-lanceng yang dibudidayakannya. Tak kurang 250 hektar lahan yang awalnya kurang terawat saat ini jadi subur menghijau dengan bermacam tanaman. Sugeng pulalah yang menjadi pimpinan Kelompok Tani Hutan Madusari Desa Katongan yang intens membudidayakan lanceng sebagai penghasil madu bagi warga sekitar.
“Hasil dari hutan, jika musim buah-buahan sedang panen, saya bersama Kelompok Madusari mampu menghasilkan ratusan liter madu lanceng dan propolis. Madu lanceng menjadi cairan emas berharga mahal dan menjadi primadona baru di bidang nutrisi kesehatan. Tak tanggung tanggung, Polda DIY, Polres Gunungkidul, Universitas Gajah Mada, hingga komunitas Tionghoa di Jakarta menjadi langganan tetap yang memesan ratusan liter madu lanceng itu,” terangnya.
Buah ketekunan dan kerja kerasnya ternyata dilirik pula oleh Kementerian Lingkungan Hidup RI. Pada tahun 2016 Sugeng Apriyanto bahkan mendapat kehormatan mengikuti upacara detik-detik Proklamasi di Istana Negara dan mendapatkan Apresiasi Wana Lestari dari Presiden Jokowi. Tahun 2017 kemarin, dia juga meraih Kehati Awards dari Kementerian Lingkungan Hidup atas prakarsanya melestarikan keaneka ragaman hayati di lingkungannya.
Banyak kelompok petani dari Salatiga, Lebak, Banten, Sulawesi, Kalimantan, Banten, Sumatera, Ambon hingga Papua yang lantas berdatangan ke rumahnya untuk berguru seluk beluk budidaya madu lanceng. Sugeng ditunjuk oleh Kementerian Lingkungan Hidup untuk menjadi mentor dalam hal ini. Selain itu, dia pun masih terus mendapatkan pendampingan dari Fakultas Peternakan UGM dalam mengolah hasil produksinya.
“Dari menjadi mentor itulah saya bisa menjaring mitra-mitra usaha baru se Indonesia. Hasil madu mereka itu saya beli dan pasarkan kembali. Itupun saya masih kewalahan memenuhi pesanan madu lanceng yang terus menerus datang,” tambahnya.
Hingga saat ini, setiap bulan Sugeng masih mengalami kekurangan 300-an liter madu lanceng. Maka dia mengembangkan usahanya dengan membina kelompok-kelompok pembudi daya madu lanceng dari lokal seputaran Gunungkidul, Mangunan Bantul bahkan dari seluruh penjuru Indonesia.
Madu lanceng bisa begitu terkenal lantaran memiliki khasiat alami yang dinilai lebih unggul dibandingkan madu lebah. Bermacam penyakit berat seperti stroke, jantung, lambung, disfungsi ereksi hingga kanker konon bisa berangsur sembuh setelah rutin mengkonsumsi madu lanceng olahan Sugeng Apriyanto. Lantas berapa penghasilan yang diraih Sugeng setiap bulan dari usaha ini ?
“Alhamdulillah cukup lah untuk hidup sehari-hari. Masalah nominal itu rahasia, yang jelas dari kondisi minus sekarang jelek-jelek sudah bisa punya mobil,” kelakar Sugeng menutup wawancara.