fbpx
Connect with us

Sosial

Bantuan RTLH Tak Sampai, Mbah Wagiyem Kini Tak Lagi Punya Rumah

Diterbitkan

pada

BDG

Gedangsari,(pidjar.com)–Wagiyem, lansia berusia 77 tahun warga Magirejo RT 002, RW 003, Kalurahan Ngalang, Kapanewon Gedangsari harus menerima kenyataan kini tak lagi memiliki rumah sendiri. Di masa tuanya, Wagiyem saat ini hanya tinggal di bangunan yang menempel di rumah anaknya. Hal ini terjadi setelah rumah lamanya dirobohkan. Bukan karena rusak atau bencana alam, namun Wagiyem bisa dibilang menjadi korban dari program Rumah Tak Layah Huni (RTLH) dari pemerintah yang tak rampung. Bantuan berupa material bangunan yang seharusnya diterima, hingga saat ini tak kunjung datang hingga bertahun-tahun.

Ditemui pidjar.com, Wagiyem mengatakan bahwa dirinya sempat merasakan bahagia karena ia menjadi salah satu warga penerima bantuan RTLH pada tahun 2018 lalu. Antusias dengan hal tersebut, Wagiyem bahkan rela merobohkan bangunan rumahnya yang telah bertahun-tahun ia tempati. Harapannya, begitu material bantuan pemerintah datang, proses pembangunan bisa langsung dilakukan.

Namun seiring berjalannya waktu, bantuan stimulan berupa bahan bangunan senilai Rp 15 juta itu tak kunjung datang. Hanya beberapa material saja yang sampai kepadanya.

“Bantuan yang sempat sampai ke saya itu berupa asbes 10 lembar, daun pintu 2 unit, semen 17 sak, pasir 1,5 kubik, dan usuk 30 batang,” jelas Wagiyem, Kamis (04/02/2020).

Material yang datang ini tentunya sangat tidak mencukupi untuk membangun rumahnya. Wagiyem memilih dengan sabar menunggu bahan material lainnya datang sesuai dengan nominal bantuan yang dijanjikan. Namun hingga kayu bantuan itu lapuk, tak ada satu pun bahan bangunan yang datang ke rumahnya. Selama menunggu itupun, ia harus menumpang di rumah anaknya yang berada tak jauh dari rumah Wagiyem.

Berita Lainnya  Tidak Terbukti, Penyelidikan Kasus Dugaan Money Politik di Ponjong Dihentikan Bawaslu

“Tidak ada batako, tidak ada besi atau yang lainnya. Saya hanya mendapat uang tunai Rp 2,5 juta untuk bayar tukang yang buat pondasi rumah,” lanjut dia.

Lebih lanjut ia menceritakan, lantaran tak adanya bahan bangunan tersebut, ia terpaksa mengurungkan niatnya untuk membangun rumah secara layak. Wagiyem mengaku sempat stres lantaran harus menumpang di rumah anaknya. Bagaimanapun juga, tinggal di rumah sendiri adalah yang paling nyaman. Akhirnya, sang anak berinisiatif untuk membangunkan rumah kecil, yang digabungkan dengan bagian belakang rumah anaknya.

“Rumah saya dulu disana (sambil menunjuk pondasi yang kini ditanami pohon pisang). Sekarang terpaksa nempel dengan rumah anak saya ini,” kata dia.

Senada dengan Wagiyem, hal yang sama juga dialami oleh Yatno warga Padukuhan Buyutan, Kalurahan Ngalang, Kapanewon Gedangsari. Ia mengatakan bahwa bahan bangunan yang datang tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan di awal. Dirinya hanya menerima bahan bangunan dengan nilai jauh dari Rp 15 juta rupiah seperti yang dijanjikan. Bahkan yang membuatnya lebih geram lagi, bahan material yang ia terima berkualitas sangat buruk.

“Saya minta daun pintu, genting, usuk, reng. Tapi yang datang bendrat setengah kilo, tidak minta besi malah dikirimi. Saya kalkulasi hanya sekitar Rp 7 juta. Karena ada genting 1.000, semen 15, pasir 2 rit itu pasir campur tanah, reng 50 batang itu pun kayu jelek, daun pintu 2,” urai Yatno.

Sampai dengan saat ini, ia mengaku bahwa bahan bangunan itu pun tak kunjung datang. Dirinya terpaksa mengeluarkan uang cukup banyak untuk melanjutkan pembangunan karena rumahnya terlanjur dibongkar.

Berita Lainnya  Gara-gara Jajan Es Krim, Tujuh Siswa SD Candi Dilarikan ke Puskesmas

Sementara itu, Lurah Ngalang, Kaderi membenarkan adanya temuan di lapangan tersebut. Namun menurutnya, program tersebut merupakan tanggung jawab dari Pemda DIY. Pihak kalurahan sendiri waktu itu tidak dilibatkan sama sekali.

“Sama sekali tidak terlibat, penunjukan penyedia bahan bangunan itu dari tim yang dibentuk oleh dinas di Pemda DIY. Memang kalau siapa saja yang dapat, itu usulan dari kami,” ucap Kaderi.

Pihak desa sendiri sebelumnya juga telah melakukan komunikasi. Bahkan menurutnya, temuan tersebut telah sampai di Kejaksaan Negeri Gunungkidul.

“Kejaksaan sudah turun ke sejumlah padukuhan. Tapi karena covid ini belum ada tindak lanjutnya,” sambungnya.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, ada lebih dari 460 KK penerima bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dari Kementerian PUPR di Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari. Warga miskin penerima bantuan tersebut tak kunjung dapat membangun rumahnya lantaran banyak bahan material yang tidak dikirim supplier.

Berita Lainnya  Dapat Jatah 35,3 Miliar, Dana Istimewa di Gunungkidul Belum Sepenuhnya Terserap

Saat sosialisasi dari Dinas PUPR Provinsi DIY dahulu warga dijanjikan akan menerima bantuan RTLH senilai Rp 15 juta. Di mana dari jumlah tersebut warga akan menerima bantuan berupa bahan material senilai Rp 11,2 juta dan Rp 2,550 juta untuk upah tenaga kerja.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler