fbpx
Connect with us

Sosial

Berdalih Sumbangan Sekolah, Dana Bantuan Program Indonesia Pintar Untuk Siswa SMP N 1 Panggang Disunat

Diterbitkan

pada

BDG

Panggang,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Harapan para siswa SMP Negeri 1 Panggang untuk bisa menggunakan dana bantuan yang mereka terima dari pemerintah untuk kebutuhan mereka sirna sudah. Bantuan senilai ratusan ribu tersebut sebagian besar justru disunat oleh sekolah. Pihak Komite Sekolah dan SMP N 1 Panggang membuat kebijakan pembayaran sumbangan pembangunan sekolah. Mirisnya, kewajiban sumbangan sejumlah ratusan ribu tersebut dilakukan dengan memotong bantuan siswa penerima bantuan Program Indonesia Pintar (PIP).

Diungkapkan salah seorang wali murid kelas IX berinisial PK (identitas ada di redaksi), pemotongan bantuan PIP itu bermula ketika pihak sekolah menggelar rapat sosialisasi terhadap para wali kelas IX di SMP N 1 Panggang. Pertemuan yang turut dihadiri kepala sekolah dan ketua komite tersebut kemudian memutuskan untuk meminta biaya sumbangan pembangunan sekolah. Pihak sekolah sendiri berdalih bahwa nantinya sumbangan yang terkumpul akan digunakan sebagai penunjang persiapan ujian nasional serta peluasan lahan sekolah.

"Waktu itu kita hanya dikasih pilihan untuk setuju membayarkan uang sejumlah Rp 480 ribu. Alasannya, tahun kemarin saja sudah 250 masa iya tahun ini nggak akan dinaikkan," kata PK, kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com, Rabu (31/01/2018) siang.

Berita Lainnya  Ramaikan Handayani Night Festival, Ratusan Seniman Gunungkidul Rela Tak Dibayar

Lantaran sumbangan yang diwajibkan tergolong cukup besar, PK sendiri mengaku keberatan. Apalagi ia menilai dalih pihak sekolah tidak masuk akal menurutnya.

"Katanya juga mau beli komputer. Tapi waktu kelas VII dan XIII lalu, kita juga sudah dipungut sumbangan dengan alasan pembelian komputer. Setiap tahun kok beli komputer saja," imbuh dia.

Yang cukup mengkagetkannya adalah ketika anaknya dipanggil pihak sekolah setelah memperoleh bantuan PIP dari pemerintah pada bulan Oktober 2017 silam. Oleh pihak sekolah, setiap siswa diminta untuk mengambil dana bantuan dan kemudian digunakan untuk membayar sumbangan sekolah.

"Anak saya dapat PIP sebesar Rp 700 ribu. Terus suruh ke bank terus disuruh balik lagi dan membayar sumbangan tadi. Namun saya tidak mau, saya ambil uang dan saya pulang," kata dia.

Langkah tersebut ia ambil lantaran ketidak jelasan rincian penggunaan dana sumbangan itu. Sebagai wali murid, ia juga sudah meminta daftar rincian namun belum juga diberikan.

Berita Lainnya  Ciumi Para Siswinya, Guru Pendamping Pramuka SMP di Gedangsari Langsung Dipecat

"Saya hanya ingin tahu, sumbangan itu salah atau tidak. Makanya saya belum bayar soalnya itu uang untuk pendidikan anak saya, kok ada anggaran untuk beli tanah parkiran juga," keluhnya.

Kepala Sekolah : Pungutan Sumbangan Untuk Kemajuan Sekolah

Terpisah, Kepala Sekolah SMP N 1 Panggang, Nurudin Alhuda ketika dikonfirmasi membenarkan adanya pungutan uang sumbangan itu. Namun demikian, ia berkelit dengan menyampaikan bahwa hal itu sudah sesuai prosedur dan berdasarkan kesepakatan bersama antara wali murid dan pihak sekolah.

Nurudin mengaku bahwa langkah yang diambil itu merupakan jalan terbaik untuk kemajuan sekolah. Sebab dari dana itu juga nantinya akan dikembalikan kepada siswa dalam bentuk pelayanan.

"Kalau kita pengen maju ya harus berjalan di tepi resiko. Sebab kita tidak bisa menggunakan dana BOS untuk itu semua," kata Nurudin.

Dirinya pun tak menampik adanya sumbangan yang dibayarkan dari dana PIP. Ia mengklaim, hal itu tidak melanggar aturan.

Berita Lainnya  Cerita Mbah Loso, Lansia yang Hidup di Gubuk Kecil Pinggir Telaga

"PIP itu boleh digunakan untuk kepentingan siswa. Yang nggak boleh itu kalau untuk kebutuhan orang tua seperti beli pakan untuk ternak dan lainnya," tandasnya.

Ketika dimintai keterangan soal rincian kegunaan uang sumbangan itu, Nurudin menunjukan bahwa uang tersebut untuk iuran pramuka, iuran perpisahan, foto UN dan Ijazah, iuran MTQ, pembelian alat presensi, persiapan UNBK, buku dan MKKS.

"Kita juga membeli tanah di belakang sekolah. Sudah kita bayarkan kepada pihak ketiga dan disaksikan oleh perwakilan wali murid serta perangkat desa setempat," imbuh dia.

Nurudin sekali lagi menegaskan bahwa seluruh tindakan yang ia lakukan sudah berkoordinasi dengan pihak Dinas Pendidikan dan Olahraga Gunungkidul. Langkah yang diambil diakui Nurudin sangat beresiko, namun hal itu dilakukan untuk kemajuan SMP N 1 Panggang.

"Kita itu kan pasang target dulu sekolah ini nomor 16 se-kabupaten. Saya datang setahun ini jadi nomor 11. Dengan adanya pengembangan di sekolahan ini kita mematok target bisa di bawah 10," pungkas dia.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler