fbpx
Connect with us

Pemerintahan

Bertahun-tahun Menunggu, Program Bantuan Konverter Kit Untuk Nelayan Gunungkidul Akhirnya Dibatalkan

Diterbitkan

pada

BDG

Girisubo,(pidjar.com)–Beberapa waktu lalu nelayan Gunungkidul mendapat angin segar jika akan mendapat bantuan berupa konverter kit sebagai darana untuk menekan biaya bahan bakar saat melaut. Namun hingga beberapa tahun, janji tersebut tak kunjung terealisasi. Bahkan lantaran adanya berbagai pertimbangan, didapat kepastian bahwa akhirnya program bantuan tersebut dibatalkan.

Padahal untuk di Gunungkidul sendiri, pendataan pada nelayan telah dilakukan. Ada sedikitnya 250 nelayan yang disebut-sebut akan mendapatkan bantuan berupa alat yang mampu merubah konsumsi bahan bakar mesin kapal nelayan dari bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas.

Kepala Seksi Kenelayanan, Bidang Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Supriyono mengungkapkan, program bantuan konverter kit untuk nelayan sendiri sebenarnya memang sudah merebak sejak sekitar tahun 2017 lalu. Saat itu, sudah dilakukan sosialisasi dan bahkan pendataan dari tim Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) berkaitan pemberian bantuan. Namun berselang beberapa bulan bahkan tahun, program tersebut tidak ada kejelasan. Hingga akhirnya pada akhir tahun 2018, pihaknya mendapatkan penjelasan lanjutan dari tim Kementerian ESDM yang turun ke lapangan.

Berita Lainnya  Dipotong Gubernur, Anggaran Sosialisasi Perda Yang Sebelumnya Capai 10,3 Miliar

Saat itu, dijelaskan bahwa berdasarkan riset yang telah dilakukan, kondisi nelayan di Gunungkidul dinilai tidak memenuhi kriteria untuk mendapatkan bantuan. Bukan terkait sumber daya manusianya, melainkan karena kondisi lapangan dan peralatan para nelayan yang tidak sesuai dengan tipe bantuan yang akan disebar oleh pemerintah pusat.

“Penjelasannya program ini dibatalkan karena di Gunungkidul tidak sesuai dengan kriteria yang ada. Yang mendapat bantuan itu mereka (nelayan) yang menggunakan mesin di bawah 13 PK, sementara nelayan Gunungkidul menggunakan mesin kapal 15 PK,” ucap Supriyono.

Analisis yang dilakukan yakni, nelayan Gunungkidul menggunakan mesin 15 PK disesuaikan dengan karakteristik pantai dengan ombak besar dan tinggi. Hal ini membuat para nelayan memang membutuhkan mesin kapal dengan daya yang lebih kuat saat menerjang ombak yang ada. Selain itu, kapal nelayan Gunungkidul juga sebagian besar menggunakan mesin jenis 2 tak yang dinilai lebih kuat sehingga sangat cocok dengan kondisi alam laut selatan Gunungkidul.

Berita Lainnya  Tersebar di 13 Kecamatan, ODP Corona Terus Bertambah Jadi 69 Orang

Tidak dipungkiri memang jika kemudian ada kekecewaan pada nelayan Gunungkidul lantaran tidak jadi mendapat bantuan dari pemerintah pusat seperti yang telah diangan-angankan. Mengingat jika mrndapat bantuan itu, beban biaya operasional para nelayan akan sedikit ditekan. Lantaran memang alat itu didesain untuk menekan konsumsi BBM yang selama ini menjadi pos terbanyak pengeluaran para nelayan.

“Terkait pembatalan ini, kami masih belum bisa berbuat banyak, mengingat itu kebijakan dari pemerintah pusat,” imbuh Kepala DKP Gunungkidul, Krisna Berlian.

Kondisi dan karakteristik alam tentu tidak dapat dipaksakan. Nelayan tentunya memiliki perhitungan sendiri menggunakan mesin-mesin yang lebih kuat. Saat ini, bahan bakar yang digunakan oleh para nelayan yakni berupa campuran solar dengan pertalite.

Sebagaimana diketahui, dari kementerian ESDM sendiri tahun 2018 lalu telah menyebar sekitar 25.000 unit konverterkit di beberapa kota dan kabupaten. Namun untuk di Gunungkidul terpaksa dibatalkan dengan berbagai pertimbangan yang ada.

Berita Lainnya  4 Kapanewon Lunas PBB 100 Persen Sebelum Jatuh Tempo

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler