Sosial
BKSDA Keluhkan Perburuan Liar Burung Langka di Hutan Bunder, 1 Burung Ditemukan Mati






Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) kembali merilis dua ekor burung kategori langka di kawasan hutan Tahura Bunder pada Rabu (22/05/2019) siang tadi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga populasi burung dan keseimbangan ekosistem alam di kawasan Tahura.
Kepala BKSDA DIY, Junita Parjanti mengatakan, pada kesempatan ini pihaknya melepaskan burung jenis elang ular bido dan alap-alap jambul. Dua burung tersebut merupakan serahan dari masyarakat di wilayah Yogyakarta.
“Dua burung ini sebelumnya telah dikarantina selama 6 bulan lamanya. Karantina sendiri kita lakukan untuk mengembalikan insting liar dari burung-burung tersebut setelah lama dipelihara,” kata Junita kepada awak media.
Ia menjelaskan, adapun burung elang ular bido berjenis kelamin betina diberi nama Andini dan alap alap jenis kelamin jantan diberikan nama Tetuko. Kedua burung tersebut dilepas tanpa dipasang GPS.
“Kalau saat ini tidak ada GPS nya. Kita harap setelah dilepas burung-burung ini cepat beradaptasi,” ucap dia.







Disinggung mengenai perkembangan terkait burung-burung yang dirilis sebelumnya, Junita mengatakan ada 1 burung yang ditemukan mati. Dugaan kuat, kematian burung tersebut akibat perburuan liar.
“Ada 1 ditemukan mati. Kalau hasil lab karena dehidrasi. Tapi kita mendapat informasi ada perburuan liar. Kami menduga akibat itu matinya,” imbuh dia.
Sementara itu, Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Andie Chandra Herwanto menambahkan, wilayah Gunungkidul sampai saat ini masih sangat tergolong layak untuk kelangsungan hidup beberapa jenis burung elang. Hal itu lantaran masih tersedianya pakan di alam bebas.
“Masih banyak jenis kadal, bajing dan burung-burung kecil yang bisa dijadikan makanan mereka,” terang Andie.
Ia menambahkan, sampai saat ini menurut pantauan pihaknya beberapa jenis burung elang mampu berkembang biak. Adapun wilayah yang kerap dijumpai keberadaan elang sendiri yakni di wilayah utara seperti Nglanggeran, Ngawen dan Nglipar.
“Di sekitar Tepus daerah pantai juga ada beberapa ekor burung terlihat. Karena disana juga tempat pertemuan elang laut,” ujar Andie.
Dirinya menghimbau kepada masyarakat untuk mendukung pelestarian satwa langka tersebut. Ia mencontohkan cara paling mudah dilakukan yakni dengan tidak memburu burung-burung yang dilindungi.
“Ini bukan satu dua kali program ini, disamping untuk kelestarian satwa, dan dapat berkembang biak sehingga dapat menghilang dari daftar dilindungi dan punah. Sangat dibutuhkan perkenalan anak di usia dini supaya mereka paham bahwa elang sudah dilindungi,” katanya.
Kepunahan beberapa satwa terjadi lantaran rusaknya habitat dan perburuan liar. Maraknya perburuan liar sendiri, menurut Kuncoro didasari banyak oknum tidak bertanggung jawab melakukan transaksi jual beli satwa-satwa langka itu.