fbpx
Connect with us

Pemerintahan

Cacar Sapi Menyerang, Aktivitas Jual Beli Merosot Tajam

Diterbitkan

pada

BDG

Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)– Penyakit Lumpy Skin Disease atau cacar sapi yang belakangan ini ramai diperbincangkan mengakibatkan jual beli sapi di Kabupaten Gunungkidul mengalami penurunan. Tak tanggung-tanggung, aktivitas jual beli mengalami penurunan hingga 50 persen, pun demikian dengan harga yang juga turun.

Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang pedagang sapi di Pasar Siyono, Joko Mulyono. Menurutnya, merebaknya penyakit LSD berdampak pada permontaan sapi yang berkurang jika dibandingkan dengan hari pasar kondisi normal. Harga ternak pun juga sejak beberapa waktu lalu mulai turun.

“Ya ada penurunan memang untuk permintaan. Mungkin mereka khawatir dengan penyakit LSD ini. Kalau ada sapi dengan gejala penyakit cacar sementara tidak diperjual belikan diobati dulu tapi yang jadi kendala karena obat-obatannya kalau beli sendiri ya mahal,” ucap Joko.

Berita Lainnya  Permintaan Ekspor Tinggi, Pengrajin Bambu Wuluh Sulit Dapatkan Bahan Baku

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Pengelola Pasar Hewan Siyono, Kapanewon Playen, Isnaning Suindarti. Aktivitas jual beli di pasar mengalami penurunan hingga 50 persen jika dibandingkan dengan hari pasar pada umumnya. Tingkat penjualan dan harga ternak pun juga ada penurunan.

“Aktivitas turun hampir separuh,” ucap dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengatakan penyakit cacar sapi masih menjadi ancaman sebab penyakit ini bisa menular sesama ternak. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh tim dari dinas, di Kabupaten Gunungkidul tercatat ada 302 sapi yang terjangkit penyakit cacar tersebut. Pada kasus ini rerata yang terpapar cacar sapi adalah sapi-sapi muda.

Berita Lainnya  Empat Jenazah Dari Luar Daerah Dimakamkan PMI Dengan Standar Covid19, 1 Diantaranya Berstatus PDP

“Dari jumlah ini sudah ada 3 sapi yang mati karena penyakit LSD,” papar Wibawanti Wulandari.

Kasus cacar sapi ini sudah ditemukan di 14  kapanewon di Gunungkidul. Adapun kapanewon yang masih nihil kasus ada lima meliputi Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Playen dan Paliyan. Adapun tanda-tanda umum ternak terjangkit LSD yakni pada bagian kulit nampak dan muncul benjolan-benjolan.

Dijelaskan untuk sapi-sapi yang terjangkit cacar sapi telah dilakukan penanganan dan pemberian obat sejak muncul gejala. Pengawasan secara rutin juga dilakukan oleh medis kesehatan hewan.

“Termasuk pengawasan di pasar hewan. Untuk ternak yang terjangkit tidak diperjual belikan,” imbuhnya.

Wibawanti menghimbau agar peternak di Gunungkidul menjaga kebersihan kandang agar lalat, nyamuk dan caplak tidak berkembang di sekitar kandang. Hewan-hewan ini merupakan penyebar virus cacar pada ternak.

Berita Lainnya  Berpotensi Jadi Jalur Penyelundupan Narkoba, Kawasan Pantai Selatan Mulai Mendapatkan Pengawasan

“Kesadaran pemilik juga dibutuhkan agar ternak tidak terjangkit atau terpapar cacar sapi. Kebersihan kandang harus dijaga,” pungkas dia.

Selain hal tersebut, pemerintah saat ini juga telah mebgajukan bantuan vaksin LSD ke pemerintah pusat. Jika nantinya telah ada kuota vaksin yang didistribusikan tentu akan segera ditindak lanjuti pemberian vaksin ke ternak-ternak tersebut.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler