Pemerintahan
Curhat Pengemudi Angkutan Umum Yang Mati Suri Saat Pelajar Lebih Pilih Naik Motor ke Sekolah





Wonosari,(pidjar.com)–Usai beberapa waktu melakukan uji coba, akhirnya Program Bus Sekolah yang digagas oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Gunungkidul resmi beroperasi sejak 31 Maret 2022 lalu. Program ini dimaksudkan untuk menghidupkan kembali angkutan umum yang sejak beberapa tahun terakhir mati suri akibat warga masyarakat yang beralih membawa kendaraan sendiri. Selain itu juga untuk menekan kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pelajar.
Redupnya minat menggunakan angkutan umum untuk pergi dan pulang sekolah diakui oleh para sopir bus angkutan desa. Sudah sekitar 7 tahun terakhir ini, angkutan umum desa tidak laku lagi oleh para pelajar Gunungkidul. Sebuah hal yang berbeda pada masa lalu. Di mana angkutan-angkutan umum selalu dijubeli oleh pelajar, terutama saat jam berangkat dan pulang sekolah.
Salah seorang sopir angkutan desa, Sunar mengatakan, sejak 7 tahun silam mulai ada perubahan yang begitu signifikan dalam hal penggunaan moda transportasi oleh para pelajar. Di mana pelajar yang masih berusia belasan tahun sudah mengendari sepeda motor sendiri untuk ke sekolah. Hal ini tentunya menggeser kebiasaan yang dulu menggunakan angkutan desa (bus) untuk pergi dan pulang sekolah.
Ia sendiri cukup prihatin dengan fenomena yang terjadi ini. Selain tentunya membuat angkutan umum yang ia kelola tak lagi laku, resiko membawa kendaraan bagi pelajar sangatlah tinggi. Mereka masih belum bisa mengukur kecepatan saat berkendara. Selama ini pun angka kecelakaan pelajar juga cukup tinggi.
“Dulu sebelum tahun 2015, pelajar yang menggunakan angkutan umum itu masih sangat banyak. Apalagi anak SMP dan SMA soalnya kan jarak rumah dengan sekolah jauh, dulu ramai banget. Tapi setelah era itu, sampai sekarang bahkan tidak ada peminatnya lagi,” kata Sunar, Senin (04/04/2022).





Diakui Sunar, jika dulunya angkutan umum berjaya, sekarang bak mati suri. Para sopir bis pun sekarang hanya mengandalkan carteran agar bus mereka tetap bisa berjalan dan mendapatkan penghasilan.
“Kalau ndak ada carteran ya hanya di rumah atau kalau ada pekerjaan sampingan itu yang dikerjakan,” keluhnya.
Para sopir bus sendiri berharap angkutan umum desa khususnya bagi pelajar di Gunungkidul bisa hidup kembali. Program Bus Sekolah yang diterapkan oleh pemerintah sendiri cukup diapresiasi. Menurutnya, perlu ada aturan khusus jika pemerintah ingin menekan kecelakaan pelajar dan menggunakan angkutan umum desa.
“Harapan kami angkutan umum kmungkinan bisa hidup kembali. Mungkin Gunungkidul bisa mencontoh Wonogiri itu di mana pelajar gak boleh bawa motor. Di perjalanan kelihatan sepi dan jarang ada pelajar kecelakaan. Begitu pula angkutan umum di sana sampai skarang masih aktif,” ucap Sunar.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Gunungkidul, Rakhmadian Wijayanto mengatakan program bus sekolah ini dimaksudkan untuk menghidupkan angkutan desa yang selama ini mati suri. Ia secara pribadi prihatin dengan kondisi tersebut. Padahal bus swasta banyak sekali di Gunungkidul namun peminatnya sekarang bahkan tidak ada. Atas dasar itulah, pemerintah menggagas program bus sekolah dan menggandeng pihak swasta (bus milik perorangan) untuk menyukseskan program ini.
“Ada 3 bus plat merah yang digunakan untuk program ini dan sifatnya gratis. Sedangkan untuk swasta, pelajar cukup membayar Rp 6.000 sudah pergi pulang, sementara yang baru jalan adalah di Semanu-Wonosari dan seputaran Gedangsari,” ucap Rakhamadian.
Dengan menggunakan angkutan umum pun juga dapat menghemat pengeluaran, jika biasanya minimal uang saku Rp 10.000 per hari belum termasuk uang bensin. Saat menggunakan angkutan akan lebih ringan hanya uang saku dan untuk membayar angkutan yang dinaiki.
Selain itu pihaknya juga miris lantaran banyak kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pelajar di Gunungkidul. Akibatnya pun beragam, ada yang luka ringan bahkan ada yang luka berat hingga meregang nyawa.
Lebih lanjut ia memaparkan, untuk rute bus sekolah gratis dari pemerintah yaitu, Semanu-Wonosari melewati jalur sekitar kota dengan tujuan SLB 1 Gunungkidul, SD Al Mujahidin Wonosari, SMK Negeri 3 Wonosari, SMP Negeri 1 Wonosari, SD Negeri VI Wonosari, Sekolah Muhammadiyah 1 Wonosari, SMA Negeri 1 Wonosari, SMK Negeri 1 Wonosari, SMP Negeri 2 Wonosari, SD Negeri Baru Wonosari, SMA Negeri 2 Wonosari, SMK Ma’arif Wonosari, MA Negeri 1 Wonosari, dan MTs Negeri 4 Gunungkidul.

-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Berduaan di Kamar Kost Hingga Open BO, Sejumlah Wanita Muda Digerebek Warga
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Laka Maut di Jalan Panggang Imogiri, Pemotor Meregang Nyawa
-
Sosial4 minggu yang lalu
Kisah Allin, Anak Guru PAUD Yang Terima Beasiswa Dari 7 Universitas Luar Negeri
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Laka Maut di Rongkop, Seorang Pelajar Tewas Usai Terlempar Sejauh 15 Meter di Jurang
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Banyak ASN dan Keluarga Mampu Masuk Daftar DTKS, Dinsos Gunungkidul Coret 30 Ribu Data
-
Pariwisata3 minggu yang lalu
Plesiran ke Obelix Sea View, Menikmati Sunset di Atas Tebing Pinggir Pantai Selatan Gunungkidul
-
Sosial3 minggu yang lalu
Kisah Pilu Ratno, Pekerja Bangunan Yang Harus Kehilangan 2 Tangannya Karena Tersengat Listrik
-
Sosial4 hari yang lalu
Siswa Gunungkidul Yang Tak Malu Memulung Usai Pulang Sekolah Mendapat Perhatian Khalayak
-
Sosial2 minggu yang lalu
Menang Banding Usai Dipecat Karena Berselingkuh, Mantan ASN Minta Diaktifkan Bupati
-
Peristiwa2 hari yang lalu
Honda Jazz Terbakar di Jalan Sumarwi, Pemilik Merugi 100 Juta
-
Hukum6 hari yang lalu
Tertangkap Basah Saat Beraksi Curi Kambing, Dua Pria Gunungkidul Babak Belur Diamuk Warga
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemerintah Gunungkidul Akan Buka Pendaftaran 439 Formasi PPPK