Sosial
Didera Penyakit Hidrosephalus, Bocah 15 Tahun Ini Hanya Miliki Bobot 16 Kilogram






Saptosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Siapapun yang melihat Aditiya Wahyu Indra, warga Padukuhan Bendom Desa Krambilsawit, Kecamatan Saptosari pasti diliputi dengan rasa iba. Bagaimana tidak, di usianya yang menginjak 15 tahun, bocah yatim ini hanya memiliki bobot tubuh sekitar 16 kilogram. Sejak bayi, Aditiya menderita penyakit Hidrosephalus.
Setiap harinya, Adit sapaan Aditiya yang merupakan putra ke 3 pasangan Almarhum Wardi dan Kaniyem (48) hanya bisa berbaring ditempat tidur sambil merengek seolah merasakan sakit. Kepalanya yang membesar seukuran bola basket membuatnya sulit bergerak. Badannya juga terlihat kurus kering, hanya tulang berbalut kulit membuatnya semakin tak mampu banyak bergerak.
Mulutnya terus menganga sambil mengeluarkan suara serak. Sebuah selang berukuran kecil nampak terhubung dari kepala hingga perut Adit.
Lantaran kondisinya tersebut, sejak kecil Adit tidak pernah lagi merasakan kakinya memijak tanah. Untuk duduk saja dirinya tidak mampu.
Setiap hari, sang ibu, Kaniyem yang merawat dan mengurusi segala keperluan Adit. Setiap terdengar rintihan atau rengekan putranya, dengan sigap ia langsung datang dan merangkulnya. Sebagai orang tua tunggal, beban hidup Kaniyem tentu sangat berat. Merawat anak yang sakit sembari harus memikirkan kebutuhan harian menjadi menu wajibnya setiap waktu.







“Adit itu kalau diolok-olok Adit jelek begitu langsung marah, tetapi kalau ada yang bilang Adit ganteng dia langsung ketawa,” kata Kaniyem yang tersenyum kecut sembari meneteskan air mata, Selasa (20/11/2018) siang.
Selama ini, Adit juga tidak mempunyai kemampuan untuk berbicara. Hanya jeritan serta rengekan yang digunakan Kaniyem untuk merespon apa kemauan putranya tercinta itu.
“Kalau makan minum tidak pernah minta karena selama ini saya memberi makan berdasarkan jam. Seperti jam 6 pagi saya beri susu kemudian jam 9 saya beri nasi kemudian susu lagi dan seterusnya,” kata dia.
Untuk makan, Adit harus mendapatkan makanan yang sangat lembut. Bahkan tidak jauh dari tempat tidurnya, blender serta bubur sudah disiapkan untuk menyajikan makanan bagi Adit.
“Kalau tidak diblender tidak bisa makan, harus dihaluskan terlebih dahulu. Kalau minum pakai botol,” kata dia.
Beban yang lebih berat dialami Kaniyam, kala Wardi suaminya meninggal dunia sejak dua tahun lalu. Biaya untuk kebutuhan sehari-hari saja, susah ia cukupi, terlebih untuk biaya berobat.
“Dulu saya sempat kerja di Jogja, di angkringan. Adit juga saya bawa kesana. Tapi beberapa hari kemudian uang untuk modal jualan malah hilang terus saya pulang dan hanya menjaga Adit,” kata dia.

Kaniyem yang dengan tekun terus merawat Adit
Sementara itu, Paman Adit, Sukani menambahkan, bahwa penyakit yang diderita Adit sendiri memang sudah sejak lama. Pada awalnya, ia sempat membawa Adit untuk berobat di rumah sakit di Wonosari. Saat itu, Adit yang mengalami sakit panas dan mendapatkan perawatan berupa diinfus di bagian kepala.
“Masa iya anak kecil panas, yang diinfus di bagian kepala. Saya sudah ingatkan sama susternya, tapi tetap dilakukan. Sejak saat itu, kepalanya Adit sudah menjadi benjol,” keluh Sukani.
Dia menjelaskan setelah kejadian itu, Adit harus bolak balik ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Hingga dokter di RS Sardjito menyebut bahwa Adit menderita Hidrosephalus.
“Belasan kali Adit mendapatkan perawatan. Setiap kali berobat pasti menginap di rumah sakit sedikitnya 2 minggu sampai satu bulan, tahun ini juga pernah dirawat selama satu bulan,” terang dia.
Untuk biaya pengobatan, sejak Adit berusia 3 bulan hingga kini 15 tahun, pihak keluarga membiayainya secara mandiri. Namun untuk bantuan kebutuhan sehari-hari, diakuinya banyak donatur yang berdatangan.
“Tidak ada bantuan, sebisa mungkin dari keluarga mencukupi kebutuhan pengobatan. Kalau donatur juga sudah beberapa kali memberikan bantuan,” kata dia.
Terpisah, Dukuh Bendo, Endi Suryanto mengatakan bahwa pihak Desa Krambilsawit terus berupaya melakukan lobi-lobi terhadap banyak pihak untuk kepentingan Aditiya. Namun demikian, hal tersebut belum mendapatkan hasil positif. Masih belum ada bantuan yang didapat oleh Adit dari pemerintah.
“Justru bantuan yang datang adalah dari donatur-donatur. Kalau dari pemerintah dan puskesmas belum ada sepertinya,” pungkasnya.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis4 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemeriksaan Selesai, Bupati Segera Jatuhkan Sanski Terhadap 2 ASN yang Berselingkuh
-
Sosial1 minggu yang lalu
Komitmen HIPMI Gunungkidul Jaga Kebersamaan dan Dukung Kemajuan Investasi Daerah
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks