Sosial
Kisah Ngatimin Rawat Ibunya Yang Telah Renta di Tengah Kebutaan dan Kemiskinan Yang Mendera




Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Ngatimin warga Padukuhan Klepu, Desa Banyusoca, Kecamatan Playen tidak pernah bisa menatap wajah putra semata wayangnya. Pasalnya pria berusia 50 tahun ini mengalami kebutaan pada kedua matanya saat anak laki-lakinya tersebut masih dalam kandungan. Pahit, manis, getirnya kehidupan selama ini telah ia rasakan. Bahkan meski dengan kondisinya tersebut, Ngatimin mampu bangkit dari keterpurukan. Saat ini, pria penyandang tuna netra ini justru mampu menghidupi dan merawat orang tuannya yang sudah renta.
Ngatimin sebenarnya dilahirkan oleh ibunya dalam kondisi normal. Hingga dewasa ia dapat beraktifitas layaknya manusia pada umumnya. Sekitar tahun 1999, kebahagiaan yang dirasakan oleh pria kelahiran 1969 ini sirna. Hal itu karena, saat istrinya tengah mengandung beberapa bulan,masuk Ngatimin dan istrinya memutuskan untuk bercerai. Petaka tak hanya ini saja, ia yang merupakan pekerja serabutan ini mengalami kecelakaan.
Saat ia tengah beraktifitas di lepen (sungai) yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahnya, ia terpeleset batu yang licin. Sontak tubuhnya terjatuh di atas bebatuan dan air. Kala itu bagian wajah khususnya bagian mata membentur batuan yang runcing, hingga mengakibatkan syaraf penglihatannya terputus.
“Pengobatan di RSUD Wonosari beberapa kali saya lakukan. Saat itu mata saya yang kanan masih bisa melihat, sementara yang kiri putus syarafnya,” kata Ngatimin ketika ditemui di rumahnya, Rabu (21/11/2018).
Di tahun 2000, pandangan mata sebelah kirinya juga tiba-tiba gelap tak lagi bisa melihat benda atau orang yang berada di depannya. Di tengah situasi sulit ini, Ngatimin memiliki semangat untuk hidup sangat tinggi. Pasalnya, sang putra yang terus berkembang sangat perhatian kepadanya. Namun kemudian, karena kesibukan sang putra yang selepas lulus SMK mulai bekerja, Ngatimin kemudian jarang bertemu dengan putranya.




Di tengah situasi yang serba sulit, berkah mulai datang kepadanya. Beberapa tahun lalu Ngatimin difasilitasi oleh Pemerintah Desa Banyusoca untuk mengikuti pelatihan pijat tuna netra. Dari ketrampilan yang didapat ini, Ngatimin mulai membuka praktek pijat tuna netra. Ia pun lantas mampu memiliki penghasilan. Penghasilan tersebut akhirnya mampu membuat Ngatimin memenuhi kebutuhan rumah tangga serta menabung.
“Tidak menentukan harga, hanya seiklasnya saja mau ngasih berapa. Dari hasil pijet ini bisa buat beli dipan (tempat tidur/pijat) dan kursi,” paparnya.
Kehidupan kesehariannya pun sangatlah sederhana. Ia tinggal disebuah rumah tepat berada di bawah jalan. Rumah berukuran kecil yang secara keseluruhan terbuat dari bilah-bilah kayu yang disusun rapi dan anyaman bambu. Di rumah itulah ia tinggal dan merawat ibunya, yang sudah berusia cukup tua. Keriput wajahnya tergambar jelas, terlebih rambutnya juga sudah keseluruhan berwarna putih.
Tak ada perabot yang mencolok di dalam rumahnya. Hanya sebuah radio kuno yang terpajang sebagai penghibur Ngatimin di malam hari. Lantai rumahnya masih tanah, bahkan tidak rata, karena dibeberapa titik tanahnya bolong-bolong lebih dari 5 cm. Rumah kecil ini dibagi menjadi 3 bagian.
Sisi barat digunakan untuk ia melayani pelanggan pijatnya, kemudian tengah untuk menjamu tamu, dan sebelah timur digunakan untuk tempat tidur ibunya dan dapur. Dalam keterbatasan yang ada, ibunya yang sudah renta dan sakit-sakitan itu, hanya tidur di sebuah kursi panjang beralaskan kasur tipis serta beberapa lembar kain dan karung bagor. Bantal pun hanya menggunakan bantal tipis serta tumpukan kain.
Ibunya tidur bersama dengan perobot rumah tangga seperti piring yang telah tak layak pakai dan penghadap tungku perapian. Dinginnya malam selalu membuat ibu Ngatimin tak bisa tidur dengan nyenyak. Bagaimana tidak ia hanya berselimut secuil kain yang hanya dapat menutupi bagian dada hingga pahanya.

Ngatimin bersama ibunya dan kakaknya
Ngatimin sendiri mengakui bahwa memang sebenarnya tidak tega dengan kehidupan ibunya yang telah renta tersebut. Namun tak banyak yang bisa ia lakukan mengingat keterbatasan yang harus disandangnya.
“Kalau makan ya seadanya. Tahu itu yang paling sering, telur hanya sebulan kalau dapet jatah bantuan dari pemerintah. Kadang ada tetangga yang kasih lauk pauk. Kalau pas tidak masak ya hanya beli roti 1000-an itu,” imbuhnya.
Sebenarnya tepat di sebelah rumah Ngatimin dan ibunya itu juga ada kakak kandungnya. Namun kondisi perekonomiannya juga sama sehingga hanya membantu sebisa mungkin. Untuk penerangan, rumah ini masih menyambung dengan milik kakaknya, setiap bulannya 20-30 ribu selalu dikeluarkan untuk ikut membeli pulsa listrik. Sementara air juga menyalur dari aliran air yang ada.
“Saya tidak pernah putus asa dengan kondisi saya yang seperti ini. Bersyukur Allah masih memberi ujian pada saya, meski dalam kondisi seperti ini saya bisa menghasilkan dan menghidupi simbok,” tambah dia.
Perasaan Ngatimin sering teriris-iris manakala hanya bisa mendengar ibunya mengerang kesakitan dan mengeluhkan sakit di beberapa anggota tubuhnya. Sang ibu hanya bisa beraktifitas terbatas dan hanya di seputar rumah.
“Ibu saya sakit di persendian tulang dan pernafasan. Sekuat tenaga akan saya rawat,” tutup dia.
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Pemkab Gunungkidul Naikkan Gaji Pamong dan Staf Kalurahan
-
Sosial4 hari yang lalu
43 Tahun Berdayakan UMKM Gunungkidul, Koperasi Marsudi Mulyo Terus Berinovasi
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Gunungkidul Ajukan Tambahan Vaksin PMK 20 Ribu Dosis
-
Info Ringan5 hari yang lalu
Dibalut Horor, Film Petaka Gunung Gede Angkat Kisah Sahabat Sejati
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
3 Korban Laka Laut Pantai Drini Ditemukan Meninggal, 1 Masih Dalam Pencarian
-
Sosial2 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Kukuhkan Pengurus FPRB Baru
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Gelontoran Anggaran Rp 1,5 Miliar Untuk Perbaikan Gedung Sekolah
-
Pemerintahan7 hari yang lalu
Bupati Gunungkidul Kembali Pecat 2 ASN Yang Terlibat Skandal Asusila
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Jumlah Pengguna Kereta Api Membludak saat Libur Panjang, PT KAI Daop 6 Klaim Bisa Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Atasi Permasalahan Sampah, Pemkab Gunungkidul Jalin Kerjasama Ubah Sampah Jadi Bahan Bakar Alternatif
-
bisnis1 minggu yang lalu
Penumpang KAI Bandara Yogya Naik 11 Persen pada Januari 2025
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
BKPPD Periksa 2 ASN Yang Diduga Terlibat Perselingkuhan