Peristiwa
Diserang Ratusan Kera Ekor Panjang, Lahan Pertanian Rusak dan Terancam Gagal Panen






Tepus,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Sejumlah areal lahan pertanian di Desa Kecamatan Tepus rusak setelah diserang oleh species Macaca Fasciculari atau biasa disebut kera ekor panjang. Akibat serangan ini, para petani setempat terpaksa harus merugi hingga jutaan rupiah lantaran tak hanya rusak, areal lahan pertanian mereka juga tak sedikit yang terancam mengalami gagal panen.
Wagino (60) petani dari Desa Tepus, Kecamatan Tepus mengungkapkan, serangan kera ekor panjang ke lahan pertanian sendiri bukan pertama kali ini terjadi. Sudah hampir setiap tahun mereka selalu merugi lantaran areal pertanian yang selama ini digarapnya rusak. Ia menuturkan, selama ini kera menyerang dan merusak lahan pertanian biasanya memasuki jelang masa panen.
“Dulu sempat satu lahan jagung saya ludes diserbu kera,” keluh Wagino, Rabu (16/05/2018) siang.
Warga sendiri bukannya tanpa upaya untuk menahan serbuan tersebut. Mereka menurut Ngadino telah mengerahkan sejumlah taktik guna mencegah kera-kera yang diperkirakan berjumlah puluhan hingga ratusan itu agar tidak bisa masuk ke areal pertanian. Pemasangan jaring serta penjagaan rutin dilakukan oleh petani. Namun upaya-upaya ini seakan tak ada artinya dan serangan kera tetap terjadi.
"Kita bahkan sempat memakai senapan, tapi untuk menakut-nakuti dan bukan untuk kami tembak. Saya tidak ingin membunuh mereka, menakut-nakuti saja sudah cukup,” ujar dia.







Wagino meminta agar permasalahan ini bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah. Pasalnya, selama ini pihaknya masih belum sempat mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam rangka penanggulangan serangan kera itu.
Petani lainnya, Wasiyah menuturkan, kera-kera itu selalu datang setiap musim menjelang panen. Semua jenis tanaman pangan petani seperti ketela, kacang dan jagung selalu diserbu dan dirusak oleh gerombolan kera liar. Kera-kera itu turun bersamaan dari atas bukit dan langsung menyasar areal pertanian.
“Jumlahnya ratusan kalau turun (dari bukit),” bebernya.
Waktu demi waktu berlalu, serangan kera disebutnya justru semakin parah. Saat ini populasi kera sudah sangat meningkat. Hal ini lantaran bukit-bukit yang dulunya dimanfaatkan petani untuk berladang sudah tidak digunakan lagi. Hal ini membuat kera-lera tersebut menjadi leluasa berkembang biak.
“Kalau mau musim panen seperti ini, kami hanya bisa berdoa semoga serangan kera tidak parah,” lanjutnya.
Menanggapi keluhan warga, Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Pemkab Gunungkidul, Raharjo Yuwono menuturkan bahwa pihaknya telah memantau keluhan petani terkait serangan kera sejak lama. Namun demikian, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa lantaran terbentur regulasi. Lantaran kera-kera termasuk hewan yang dilindungi, pihaknya tak bisa secara leluasa melakukan penanganan seperti menangani hama belalang, wereng maupun jenis serangga lainnya.
“Hama kera ini menjadi wewenang provinsi,” ucap dia.
Pihaknya sendiri bukan tanpa upaya. Sejumlah sosialisasi terkait penanganan hama kera terus dilakukan. Seperti misalnya dengan menggunakan teknik jaring.
“Dulu pernah kita lakukan sosialisasi itu bekerja sama dengan universitas,” tutup dia.