Connect with us

Sosial

Empat Tahun Terakhir, Nyawa 106 Warga Gunungkidul Berakhir Dengan Bunuh Diri

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kasus bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul setiap tahunnya masih tergolong tinggi. Sedikitnya telah ada 106 warga Gunungkidul yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri pada 4 tahun terakhir ini. Setiap tahunnya, sekitar 30 warga yang mengalami depresi memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Kasus bunuh diri di Gunungkidul ini termasuk yang tertinggi di wilayah DIY,

Kasubag Humas Polres Gunungkidul, Iptu Ngadino mengatakan, kasus bunuh diri di Gunungkidul dalam tiga tahun terakhir berada di kisaran 30 kasus. Angka tersebut tergolong masih tinggi dan hingga saat ini belum ada trend penurunan. Rinciannya yakni, pada tahun 2015 ada 31 kasus; tahun 2016 ada 30 kasus; dan pada tahun 2017 terjadi 30 kasus.

Sementara data hingga bulan Mei 2018, tercatat sudah ada 15 kasus bunuh diri.

Berita Lainnya  Kejar Kuota 20% Siswa Tak Mampu di Sekolah Pilihan, Pemohon SKTM di Dinsos Membludak

“Data tersebut sudah ternasuk kasus bunuh diri pelajar SMK di Playen dan kasus di Sumberwungu Tepus," kata Ngadino, Rabu (30/05/2018).

Lebih lanjut dikatakan Ngadino, motif bunuh diri yang dilakukan oleh para pelaku bunuh diri cukup beragam. Mulai dari masalah asmara hingga gangguan jiwa dan penyakit menahun yang tak kunjung sembuh.

Melihat banyaknya kasus yang ada, diakui Ngadino cukup memusingkan pihaknya dalam mencari solusi. Hal ini lantaran pihak kepolisian selama ini juga terus melakukan upaya pencegahan. Salah satunya dengan memaksimalkan fungsi satuan Babhinkamtibmas yang tersebar di seluruh desa di Gunungkidul ahat lebih dekat dan berhadapan langsung di tengah masyarakat.

"Penerapanya masih susah, personil kita terbatas. Sedangkan bunuh diri itu juga sudah pilihan mereka, kita upayanya mencegah. Peran keluarga jauh lebih vital," ujarnya.

Berita Lainnya  Kian Menjanjikan, Kalitekuk Dikembangkan Jadi Sentra Budidaya Lele

Imaji Menyoroti Rendahnya Ketahanan Jiwa Masyarakat di Gunungkidul

Yayasan Inti Mata Jiwa (Imaji) menyoroti lemahnya ketahanan jiwa masyarakat, sehingga kasus bunuh diri masih marak di Gunungkidul bahkan Indonesia. 80 persen laporan kasus bunuh diri di Gunungkidul yang diterima pihaknya diakibatkan depresi. Hal ini menunjukkan masyarakat masih perlu meningkatkan ketahanan jiwanya.

"Sebenarnya lemahnya ketahanan jiwa hari ini tidak hanya di Gunungkidul saja, tapi juga seluruh Indonesia," imbuh Relawan Imaji, Wage Dhaksinarga.

Wage menjelaskan rentannya ketahanan jiwa ini diakibatkan oleh depresi akibat sejumlah masalah. Sakit menahun, perekonomian lemah serta kemungkinan konflik hati dan internal keluarga menjadi sebagian kecil dari masalah awal pra depresi.

Berita Lainnya  Proses Hukum Insiden Kesalahan Pengisian BBM di SPBU Gading, Kapolres Tunggu Laporan Para Korban

Namun demikian, masalah tersebut seharusnya tidak dijadikan landasan untuk melakukan perbuatan di luar nalar hingga merenggut nyawa sendiri.

Wage mencontohkan, ada orang bertahun-tahun harus cuci darah tetapi tetap semangat menjalani hidupnya. Namun ada juga yang baru beberapa hari sakit mata langsung bunuh diri.

"Ketahanan jiwanya ini yang perlu ditingkatkan. Banyak orang tidak bisa mengolah stres dengan baik," katanya

Terkait dengan bunuh diri yang dilakukan seorang pelajar SMK Swasta di Gunungkidul pada Sabtu malam kemarin, relawan LSM yang fokus terhadap kesehatan jiwa ini mengaku ada beberapa faktor penyebabnya. Di antaranya sistem belajar yang terlampau tinggi, sehingga membuat depresi. Untuk itu pihaknya berharap sekolah bisa menembus psikologis siswa.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler