Pariwisata
Gabungkan Pertanian Dengan Wisata, Panen Semangka Petani Pampang Tuai Sukses Besar






Paliyan,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Masyarakat Padukuhan Pampang, Desa Pampang, Kecamatan Paliyan tengah meraup keuntungan di musim kemarau ini. Lahan tandus seluas 10 hektare yang ditanami semangka oleh para petani menghasilkan pundi-pundi uang dan bahkan juga mendongkak eksistensi Agrowisata Desa Pampang. Beberapa hari terakhir, tanaman ini diserbu oleh wisatawan untuk petik buah dan berswafoto.
Salah satu pegiat Agrowisata Desa Pampang, Rohmad Asnawi mengungkapkan, Desa Pampang sejak beberapa tahun terakhir memang mulai berkembang untuk ikut andil dalam pariwisata Gunungkidul. Minimnya pengunjung dan luasnya lahan yang ada mendorong masyarakat untuk berinovasi selain dalam meningkatkan kunjungan juga memanfaatkan lahan agar tetap menghasilkan di tengah musim kemarau.
Setelah beberapa waktu melakukan survei, kemudian dipilih penanaman buah semangka di lahan tandus ini. Tanaman semangka dipilih karena karakternya yang cocok dengan lahan yang ada. Lahan tandus akibat kemarau ini, mereka sulap menjadi lahan yang produktif. Untuk pengairan sendiri, petani memanfaatkan air yang ada dengan pengairan seadanya dari mata air yang ada di sekitar lokasi.
“Belum ada pengairan layaknya sumur bor atau teknologi lain. Ternyata hasilnya juga bagus kok,” kata Rohmad Asnawi, Minggu (14/09/2019).
Beberapa bulan penanaman, ternyata tanaman ini pertumbuhannya cukup baik. Hingga pertengahan bulan ini kemudian buah semangka dapat dipanen. Hasilnya juga cukup melimpah dan memberikan keuntungan tersendiri bagi petani yang ada.







“Jadi sistemnya pengunjung milih buah sendiri, petik sendiri, dibeli kemudian dikonsumsi,” imbuh dia.
Menurut Rohmat, dalam penanaman buah ini sendiri tergolong mudah. Petani dalam penanaman awal tetap menggunakan bantuan pupuk pabrik. Kemudian 3 minggu sebelum masa panen, segala obat diberhentikan. Biaya produksi pun juga tidak membengkak untuk hasilnya juga lumayan bagi petani. Ada tiga varian semangka yang ditanam dan dapat dipanen oleh pengunjung, mulai dari semangka biji, non biji dan jenis lain.
“Ini upaya kami untuk menghidupkan agrowisata Desa Pampang. Selama kemarau ini kan untuk aktifitas misalnya susur sungai atau wahana lain agak tersendat karena debit air yang tidak deras. Jadi kami alihkan agrowisata,” jelas dia.
Per kilo semangka ini dihargai mulai dari 3.500 untuk semangka berbiji, 4.500 jenis lain dan 6.500 perkilo untuk semangka non biji. Selain untuk meningkatkan pendapatan dan aktifitas agrowisata, Desa Pampang juga untuk mengatasi harga beli di tengkulak. Para petani semangka di Pampang melalui terobosan ini tak lagi bergantung dari harga yang ditetapkan oleh tengkulak. Para petani masih dapat mematok harga yang cukup tinggi meski panen melimpah dengan konsep agrowisata.
Karena saat ini agrowisata ini mulai diminati oleh masyarakat, banyak dari mereka yang berkunjung untuk memetik membeli dan berswafoto. Rencana ke depan, para petani akan mengembangkan dengan penanaman cabai, terong dan sayuran lain. Sehingga nantinya, agrowisata Pampang akan jauh lebih beragam dan fresh.
“Tidak hanya dari daerah sini saja. Kemarin juga ada wisatawan mancanegara yang berkunjung, mereka suka dengan buah yang langsung petik dan bisa dimakan di tempat,” tambah Rohmat.
Sementara itu,Kepala Desa Pampang, Iswandi menambahkan, kegiatan ini sebagai terobosan Desa Pampang dan masyarakat dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Juga untuk meningkatkan perekonomian mereka.
“Kebetulan beberapa hari ini ramai, Alhamdulillah. Ini dibuka lagi hari ini,” ucapnya.
Sementara itu, salah satu pengunjung Azizah mengatakan ia cukup puas dengan buah yang ia petik langsung di kebun. Untuk rasanya sendiri lebih manis, harganya pun juga sangat murah.
“Ada pengalaman tersendiri tentunya di mana kita bisa memilih kemudian memetik sendiri,” tutup dia.