Connect with us

Sosial

Ikut Hadiri Perayaan Natal, Forum Lintas Iman Punya Mimpi Besar Bentuk Generasi Yang Toleran dan Hargai Perbedaan

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Suka cita perayaan malam Natal tentu dirasakan oleh seluruh umat Kristiani di Gunungkidul. Gegap gempita perayaan Natal 2018 ini kental sekali terasa di setiap tempat ibadah pada saat peribadatan peringatan hari kelahiran Yesus Kristus ini.

Sejak Senin (24/12/2018) kemarin, sebagian gereja telah melaksanakan Misa yang diikuti oleh ribuan umat. Peribadatan Natal sendiri juga mendapat pengamanan ketat dari TNI Polri dan sejumlah organisasi masyarakat sebagai antisipasi adanya aksi-aksi yang dapat mengganggu kekhusukan umat dalam menjalankan ibadah mereka.

Yang istimewa, pada perayaan Natal tahun ini, suasana yang terjadi cukup istimewa. Sejumlah penganut agama lain yang tergabung dalam Forum Lintas Iman (FLI) dan Sekolah Kebhinekaan Gunungkidul juga turut hadir di sejumlah gereja. Tak hanya sebatas membantu kepolisian dalam membantu pengamanan, para anggota forum ini yang sebagian masih berusia muda, ikut tampil di sela-sela perayaan. Sejumlah gereja-gereja besar disasar oleh rombongan dari FLI dan sekolah kebhinekaan tersebut.

Seperti pada Selasa (25/12/2018) pagi tadi, forum ini juga mementaskan sebuah teater yang melibatkan puluhan pemuda. Dalam teater ini menceritakan sebuah perdebatan mengenai identitas maupun lokasi persalinan seorang ibu. Dalam teater yang melibatkan pemuda lintas iman itu, bertujuan untuk menekankan pada masyarakat mengenai perbedaan yang ada namun tetap berpegang teguh pada Pancasila.

Berita Lainnya  Marak Kasus Kecelakaan Libatkan Milenial, Kasat Lantas: Orang Tua Bangga Belikan Mesin Pembunuh Untuk Anak

“Tentu ada pro dan kontra sebelum kami mengusung cerita ini. Namun niat kami tetap kukuh dimana ingin menyerukan mengenai kerukunan meski terdapat perbedaan,” papar sang sutradara, Gondol Sumargiyo di Gereja Kristen Jawa Wonosari.

Adapun dalam pementasan teater ini ternyata cukup unik. Pasalnya instrumen musik yang digunakan sebagai pengiring cerita dimainkan menggunakan musik hadroh.

Kedatangan forum yang terdiri dari agama Islam, Budha, Hindu, Kejawen maupun penghayat kepercayaan dan beberapa aliran lain itu sebagai bentuk ikut berbahagia atas perayaan hari raya yang dianut oleh umat nasrani. Hal ini sebagai wujud solidaritas dalam memerangi intoleransi yang tengah menjadi bahan pembicaraan di semua kalangan. Terus mengedepankan kebersamaan layaknya jati diri warga Gunungkidul yang guyup rukun.

“Sebagai generasi penerus bangsa terlebih jati diri kita mengedepankan guyup rukun ini patut dilestarikan. Mempertahankan toleransi yag tinggi, solidaritas dan hidup rukun berdampingan. Kita semua itu sama tidak ada yang membedakan,” kata Aminudin Aziz, salah seorang tokoh dari FLI Gunungkidul.

Kegiatan menyambangi gereja saat malam perayaan Natal dan hari perayaan Natal merupakan agenda rutin dari FLI. Setiap tahunnya terus diadakan giat sambang tempat ibadah, sebenarnya tidak hanya dilakukan saat perayaan hari Natal saja melainkan setiap hari raya masing-masing umat beragama. Ini langkah nyata untuk menunjukkan pada masyarakat meski berbeda keyakinan agama namun tetap memiliki solidaritas dan toleransi yang tinggi.

Ada yang sedikit berbeda dalam kunjungan kali ini. Jika pada tahun 2017 lalu, forum ini mengajak para tokoh-tokoh yang menyambangi gereja dan ikut berbahagia untuk tahun ini FLI juga mengajak para pemuda. Sejumlah siswa sekolah Kebhinekaan juga diikut sertakan. Mengingat anak muda merupakan ujung tombak majunya sebuah daerah dan negara, sehingga perlu dibekali dengan pemahaman toleransi yang cukup tinggi.

Berita Lainnya  Biaya Pendidikan Melambung Tinggi, Pelajar Dibudayakan Untuk Menabung Sejak Dini

“Memang kami ikutsertakan mereka yang masih muda. Biar tahu lah, kondisinya seperti apa dan mereka tidak mudah terpengaruh dengan paham atau isu yang beredar di luaran yang kadang justru membuat gaduh,” imbuh dia.

Disinggung mengenai adanya instruksi dari Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengenai lebih memahaminya konstitusi kemasyatakatan agar tidak ada lagi praktek intoleransi, ia mengatakan jika kegiatan sambang tempat ibadah tidak ada kaitannya. Pasalnya ada dorongan dan kesadaran tersendiri dari diri masing-masing umat beragama untuk lebih menghormati kaum lainnya.

“Pada intinya kami saling menjaga dan menghormati. Ini murni panggilan hati tidak ada sangkut pautnya dengan siapapun. Tapi kami sebagai kawula Ngayojokarto memang selayaknya melestarikan tolerasi,” terangnya.

Sementara itu, Divisi Advokasi FLI Gunungkidul, Fx Endro Tri Guntoro, mengatakan, dengan banyaknya kaum pemuda yang ikut terlibat dalam kegiatan seperti ini, maka kesadaran pemuda dalam menghargai satu sama lainnya pasti jauh lebih tinggi. Ia pun merasa lega dan tidak ada kekhawatiran mengenai toleransi di Gunungkidul. Pasalnya selain pemuda ,masyarakat juga telah memiliki pemahaman yang lebih.

Berita Lainnya  Anggaran Terbatas, Sumber Air Gunungkidul Belum Maksimal

“Saya yakin Gunungkidul ke depan akan jauh lebih baik. Toleransi masih tetap dijaga dan kental di lingkungan masyarakat. Meski ada segelintir praktek penentangan, namun hal itu diyakini perlahan akan memudar,” ucap dia.

Pemahaman dan komunikasi dengan semua lini perlu dilakukan dengan baik. Sehingga nantinya praktek intoleransi di kalangan masyarakat dapat ditekan dan tidak menyebar luas. Mengedepankan persaudaran, persatuan dan kesatuan jauh lebih baik dibandingkan dengan pertikaian antar sesama manusia.

Selain FLI, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) bersama Bupati dan wakil didampingi dengan Forkompimda juga melakukan pemantauan di beberapa gereja besar yang tersebar di wilayah Kota Wonosari, Bandung Playen, dan Wiladeg Karangmojo. Kegiatan seperti ini memang rutin digelar oleh pemerintah.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

bisnis2 bulan yang lalu

Tegaskan Komitmen di Hari Bumi, KAI Bandara Wujudkan Langkah Menuju Masa Depan Berkelanjutan

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka memperingati Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April, PT Railink sebagai operator KAI...

Pariwisata3 bulan yang lalu

Masa Angkutan Lebaran 2025, Penumpang KA Bandara Capai 390 Ribu

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – PT Railink KA Bandara Medan dan Yogyakarta mencatat sebanyak 390.475 ribu masyarakat menggunakan layanan Kereta Api...

bisnis3 bulan yang lalu

Libur Lebaran, Stasiun Yogyakarta Optimalkan Peran Sebagai Stasiun Integrasi Antarmoda

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja,(pidjar.com) – Stasiun Yogyakarta memiliki keunggulan sebagai stasiun integrasi antar moda yang mampu melayani pemudik dan masyarakat untuk berwisata...

bisnis3 bulan yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis5 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

Berita Terpopuler