Budaya
Jamas Pusaka Jadi Tradisi Warga Pengkol Sambut 1 Suro
Nglipar,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Tradisi menyambut 1 Suro memang masih lazim digelar dengan cara bertirakat oleh warga. Tirakat sendiri merupakan bentuk doa dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Di tengah pandemi covid19, warga tetap menggelar tradisi Suronan, mulai dari menjamas barang-barang peninggalan dan menguras genthong (tempat air) yang dinilai merupakan benda sakral peninggalan leluhur. Tradisi ini masih dipegang erat masyarakat, salah satunya warga di Kalurahan Pengkol, Kapanewon Nglipar.
Puluhan warga Padukuhan Pengkol, Kalurahan Pengkol, Kapanewon Nglipar memadati Rumah Budaya Rabu (19/08/2020) malam. Warga menyediakan ingkung, sejumlah nasi tumpeng dan sesaji lainnya untuk didoakan bersama.
Sekitar pukul 20.00 WIB, rangkaian kegiatan ini dimulai dengan tahlilan dipimpin oleh tokoh agama setempat. Usai tahlilan digelar, diawali dengan prosesi serah terima pusaka dari Cucu Sri Sultan HB VIII, RM Hertriasning kepada tokoh yang merawat keempat pusaka Joko Narendro.
Empat pusaka milik Desa Pengkol ini masing-masing Pusoko tombak Korowelang, Tombak Kyai Umbul Katon, Pusaka Cemethi Pamuk dan Pusoko Payung Agung kemudian diarak menuju pemakaman Ki Ageng Damar Jati. Di makam Pengikut prabu Browijoyo Majapahit ini kemudian dijamasi atau dibersihkan.
Usai dijamas, keempat pusaka tersebut dibawa kembali ke Rumah Budaya tempat bersemayam selama ini. Usai disemayamkan, rangkaian prosesi dilanjutkan dengan menguras gentong Kyai Sobo yang berada di halaman Rumah Budaya Pengkol.
Sesampainya di rumah budaya, para abdi dalem dari Kasultanan Kraton Ngayogyakarta mendekati Gentong Kyai Sobo. Diikuti masyarakat sekitar yang bermaksud ingin mengalap berkah dari air yang berada di dalam gentong. Setelah semua masyarakat kebagian air dari gentong tersebut, sedikit demi sedikit gentong kembali diisi air dari tujuh curug, dan tujuh tempur sungai yang ada di Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Menurut salah satu panitia, Ngadiman, air tersebut sebenarnya hanya sarana bagi yang percaya dapat dikabulkan cita-citanya. Namun sejatinya yang mengabulkan harapan seseorang adalah Tuhan Yang Maha Esa. Ia mengakui masih ada masyarakat yang masih percaya dengan hal ini.
“Air dalam gentong tersebut berisi air dari lokasi yang memiliki keistimewaan,” kata Ngadiman.
Air tersebut diambil dari 7 sumber dari petilasan walisongo. Air-air tersebut diambil dalam satu waktu yang kemudian diawetkan. Ditambah dengan berbagai air suci dari berbagai sumber mata air di Gunungkidul yang tak pernah kering meskipun musim kemarau.
Menurutnya selain makna religius, kirab pusaka dan kuras gentong juga terselip tujuan luhur. Adapun tujuannya salah satunya untuk menjalin hubungan yang baik antara sesama manusia melalui sikap kekeluargaan dan kegotong royongan dalam karya bersama.
“Semoga bisa terus dilestarikan, bahkan kelak kaum muda juga harus ikut aktif andil dalam merawat, menjaga serta melaksanakan tradisi yang dimiliki daerah,”terangnya.
Karena di masa pandemi Covid19, maka gelaran kali ini hanya diselenggarakan lebih sederhana. Jika setiap tahun diselenggarakan selama sehari semalam karena juga diisi dengan berbagai pertunjukkan seni. Namun kali ini berbagai pertunjukkan seni ditiadakan diganti dengan santunan kepada anak yatim piatu dan dhuafa.
“Sekarang lebih sederhana. Harus kita selengharakan jika tidak ingin terjadi hal yang negatif melanda wilayah kita,” jelas dia.
RM Hertrianing mengatakan empat jenis pusaka tersebut menunjukkan khasanah kekayaan budaya Jawa. Di mana masing-masing pusaka memiliki simbol dan makna yang berbeda. Bahkan masing-masing pusaka memiliki riwayat dan tujuan pembuatannya.
“Seperti payung ya, warna dan unsurnya perbedaan jabatan. Kalau dari sisi spiritual memiliki makna Mengayomi,” imbuhnya.
Tradisi kuras Genthong Kyai Soba tahun ini memang dibuat sangat sederhana. Karena menghindari terjadinya kerumunan, upacara yang biasanya digelar sehari semalam ini hanya digelar dalam waktu setengah malam saja.
“Tujuannya biar tidak ada kerumunan, meskipun dalam acara climen (kecil-kecilan) yang terpenting tidak kehilangan kesakralannya,” tutup Ngadiman.
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Video Syur Sang Ketua Beredar, Tim 01 Tegaskan Tetap Solid Menangkan Endah-Joko
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Skandal Video Syur Pimpinan DPRD Makin Meluas, Puluhan Orang Geruduk Kantor Dewan
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Pemkab Gunungkidul Lanjutkan Proyek Penataan Wajah Kota Wonosari
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
15 Hari Pasca Pengetatan Miras di Gunungkidul, Petugas Sita Ribuan Botol Minuman Siap Edar
-
Politik1 minggu yang lalu
Mengejutkan, Heri Nugroho Mundur Dari Ketua DPD Golkar Gunungkidul
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Dua ASN Yang Dipecat Bupati Atas Skandal Perselingkuhan Diaktifkan Kembali
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Ini Desain Indah Alun-alun Wonosari, Pembangunan Dilanjutkan Tahun Depan
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Keputusan Kontroversial Plt Bupati Aktifkan ASN Yang Dipecat Karena Perselingkuhan, Ini Respon Sunaryanta
-
Sosial3 minggu yang lalu
Berkenalan Dengan Mahmud Ardi Widanta, Pengusaha Nikel Yang Nyalon Wakil Bupati Gunungkidul
-
Olahraga4 minggu yang lalu
Gunungkidul City Run and Walk 2024, Suguhkan Track dan Suasana Kota Wonosari
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Terlibat Perkelahian di JJLS, 7 Remaja dari Bantul Diamankan Petugas
-
Politik2 minggu yang lalu
Paslon Hero-Pena Gelar Kampanye Terbuka, Libatkan Anak Muda dalam Program