fbpx
Connect with us

Sosial

Kesulitan Pemasaran, Garam Kualitas Tinggi Produksi Petani Kanigoro Hanya Laku Untuk Makanan Ternak

Diterbitkan

pada

BDG

Saptosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kemarau cukup panjang yang terjadi di Gunungkidul menjadi berkah bagi para petani garam di Desa Kanigoro. Cuaca panas yang terjadi memang sangat ideal dalam proses pembuatan garam berkualitas tinggi. Saat musim kemarau seperti sekarang ini, kelompok petani garam di Desa Kanigoro untuk terus berproduksi. Hingga akhir tahun ini terdapat 1,5 ton garam siap edar berhasil diproduksi. Kendati demikian, hingga kini garam dengan kualitas tinggi itu hanya digunakan untuk pakan ternak. Sebab pemerintah belum pernah mendampingi atau memasarkan produk asli Gunungkidul itu.

Diungkapkan oleh Ketua Kelompok Petani Garam Dadap Makmur Kanigoro, Triyono, kemarau panjang ini membuat produksi garam terus mengalami kenaikan. Akan tetapi, pihaknya masih kesulitan dalam memasarkan produk tersebut.

Berita Lainnya  Warga Jeruksari Keluhkan Lalu Lalang Mobil Ambulance Jenazah di Jalan Kampung

“Masih sama seperti dulu, untuk kebutuhan pakan ternak dan baru bisa kita jual ke masyarakat sekitar. Harganya pun cukup rendah yakni Rp 3.000 per kilogram,” terang dia, Selasa (03/12/2019).

Ia mengatakan, permasalahan pemasaran ini sebenarnya telah terjadi sejak lama. Bahkan ia mengaku sampai dengan saat ini pemerintah baik di kabupaten maupun pusat belum memperhatikan dan membantu permasalah yang dihadapi oleh kelompoknya tersebut.

“Sejak kita mengeluhkan permasalahan ini pada pertengahan tahun lalu juga belum ada respon dari pemerintah. Kita kesulitan dalam pemasaran produk ini,” ucapnya.

Dijelaskannya, untuk bahan baku produksi, saat ini para petani masih memanfaatkan air laut yang ada di Pantai Dadap Ayam. Di lokasi itu, terdapat 75 kotak yang menyerupai terowongan atau kerap disebut tunnel yang dipergunakan untuk produksi garam. Setiap lima buah tunnel itu, ia mampu menghasilkan 80 sampai 90 kilogram garam grosok.

Berita Lainnya  Sarmidi si Guru Teladan, Nglajo Ratusan Kilometer Per Hari Demi Mengajar di Sekolah Terpencil

“Kalau produksi lancar biasanya bisa sampai 500 sampai 700 kilogram garam,” ucapnya.

Pihaknya berharap, produksi yang melimpah itu dapat berbanding lurus dengan kesejahteraan para petani. Namun dirinya pesimistis jika tidak ada dorongan dari pemerintah terkait dengan pemasaran tersebut.

Menurutnya, jika produksi mereka memiliki pasar yang jelas, para petani garam akan mampu memperoleh keuntungan cukup luar biasa. Pasalnya, akses untuk mencapai lokasi tersebut sangatlah mudah karena satu arah dengan Pantai Ngobaran.

“Pakai motor bisa, mobil bisa. Untuk ke sini kan mudah karena hanya di sebelah timur Pantai Ngobaran,” terang dia.

Pihaknya berharap pemerintah mampu turun tangan melihat dan membantu proses pemasaran produk lokal tersebut. Selain itu, para petani juga menginginkan adanya pelatihan pembuatan garam batang, dengan harapan garam produksi mereka lebih mampu diterima pasar.

Berita Lainnya  Miris, Pelajar Wanita Yang Masih Duduk di Bangku SD Cabuli Bocah Lelaki Berumur 5 Tahun

“Untuk pemasaran masih sangat susah, kalau ada pelatihan pembuatan garam batang itu kan bisa lebih awet. Masyarakat yang beli untuk konsumsi juga lebih berminat,” imbuhnya.

Sementara itu, Kades Kanigoro, Suroso mengungkapkan hal yang serupa. Pihaknya masih terus berupaya mencari jaringan untuk pemasaran produk lokal itu. Sehingga ke depan diharapkan para petani garam ini mampu meningkatkan pendapatan para petani garam.

“Kita terkendala di pemasaran, masih belum punya jaringan mau dijual ke siapa,” pungkas dia.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler