Sosial
Sedang Diuji Coba, Alat Penyebar Benih Ciptaan Jayadi Akan Segera Dipatenkan
Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Alat pertanian untuk menyebar benih dengan teknik tanam jajar legowo (tajarwo) di lahan kering ciptaan Jayadi, warga Desa Ngunut, Kecamatan Playen bisa disebut merupakan salah satu masa depan pertanian Gunungkidul. Alat yang dikenal dengan Atabela ini sekarang telah diuji cobakan di beberapa wilayah di Gunungkidul. Nantinya jika sukses, bukan tak mungkin peralatan tersebut bisa membantu para petani dalam menggarap lahan sehingga semakin produktif. Dari pemerintah dan pembuat alat tersebut bermaksud untuk mengembangkan secara lebih lanjut lagi mengenai fungsi dan jumlah produksi alat. Tak hanya itu, nantinya dari pemerintah juga akan mengupayakan hak paten atas Atabela.
Kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com, Jayadi mengungkapkan jika dirinya telah melakukan koordinasi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta. Koordinasi berkaitan dengan hak paten dari alat ciptaannya tersebut. Tidak menutup kemungkinan dalam waktu dekat sejumlah berkas pengurusan akan mulai disiapkan oleh BPTP yang memang berjanji untuk membantu pengurusan hak paten.
“Sudah ada koordinasi, dari BPTP sendiri yang akan melakukan pengurusan hak paten itu,” terang Jayadi, Selasa (03/12/2019).
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk pembuatan 1 Atabela membutuhkan waktu yang sangat singkat. Bahan yang digunakan pun juga sederhana dan mudah didapat di toko-toko bahan bangunan. Alat ini memang dikhususkan untuk mempermudah petani Gunungkidul dalam bercocok tanam. Mengingat selama ini masyarakat masih menggunakan alat tradisional dalam menggarap lahan pertanian yang tentunya menyita waktu dan tenaga. Dengan kemudahan yang bisa dilakukan, ia berharap nantinya para petani bisa lebih produktif.
Atabela ini dalam pengoperasionalannya juga sangat mudah. Untuk menyebar benih sendiri hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat. Menurutnya, saat ini proses peningkatan kapasitas dan inovasi masih terus dilakukan oleh Jayadi agar nantinya dalam pemanfaatnya jauh lebih ringan.
“Masih dalam proses pengoptimalan juga. Jadi alat ini juga kami kembangkan agar bisa digunakan manual maupun digabungkan dengan kultivator sekali jalan. Bahkan rencananya akan kami tambah mesin sehingga hasilnya jauh lebih efisien,” tambah dia.
Ditambahkannya, Atabela dikhususkan untuk menyebar benih dengan teknik jajar legowo. Menurut Jayadi, teknik ini memang sangat tepat diterapkan di lahan kering layaknya di Gunungkidul. Selain itu, sesuai dengan analisis yang dilakukan oleh ahli, lahan pertanian yang menerapkan teknik ini produksinya dapat meningkat hingga 30 persen dibandingkan menggunakan teknik lainnya.
“Harapan saya dengan nantinya alat ini diakui dan produksinya juga tidak berhenti. Kemudian ini kan juga membantu meningkatkan hasil pertanian para petani Gunungkidul. Satu alat saya habis 1,8 juta dalam pembuatannya. Mungkin kalau disempurnakan lebih lagi tentu biaya yang saya keluarkan jauh lebih banyak,” tambahnya.
Disinggung mengenai perhatian yang diberikan oleh pemerintah, ia mengaku jika selama ini terus mendapatkan dorongan dan masukan positif dari dinas. Terbukti setelah alat tersebut jadi dan diujicobakan di sejumlah lahan pertanian, ia kemudian diajak berkoordinasi untuk memproduksi alat itu lebih banyak dan untuk mengurus hak paten. Meski demikian, berkaitan dengan modal dan lainnya, Jayadi mengaku belum pernah mendapatkan.
Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono menyatakan, saat ini, memang baru dukungan secara moril yang diberikan oleh pemerintah. Kendati demikian, pihaknya juga terus melakukan pemantauan dan memberikan motivasi kepada Jayadi.
“Kalau untuk hak paten itu tergantung pak Jayadi bagaimana. Dari kami hanya memfasilitasi untuk mempromosikan dan uji coba alat tersebut ke kelompok tani di Gunungkidul,” tambahnya.
Harapan besar pemerintah atas alat tersebut juga ada dimana alat masih bisa ditingkatkan efektifitasnya dengan menambah jointer atau sambungan ke traktor mengurangi kelemahan tenaga manual. Kemudian paling tidak seiring dengan berkembangnya teknologi dan daerah bisa juga dilengkapi dengan alat tertentu.
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
50 Kilometer Jalan Kabupaten di Gunungkidul Beralih Status
-
Pemerintahan7 hari yang lalu
Pemkab Gunungkidul Naikkan Gaji Pamong dan Staf Kalurahan
-
Olahraga3 minggu yang lalu
Mengenal Hamam Tejotioso, Pembalap Cilik Gunungkidul yang Mulai Ukir Prestasi
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Angka Kemiskinan di Gunungkidul Masih 15,18%
-
bisnis4 minggu yang lalu
Grafik Perjalanan Kereta Api Selesai Difinalisasi, Pemesanan Tiket KA Februari 2025 Mulai Dibuka Bertahap
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Gunungkidul Ajukan Tambahan Vaksin PMK 20 Ribu Dosis
-
Hukum3 minggu yang lalu
Kasus Penyalahgunaan Tanah Kas Desa, Lurah Sampang Ditahan
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
PMK Kembali Merebak di Gunungkidul, 43 Sapi Suspek Mati Mendadak
-
Hukum1 minggu yang lalu
Curi 5 Potong Kayu, Warga Panggang Terancam 5 Tahun Penjara
-
Pendidikan2 minggu yang lalu
SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Siap Melaju ke Tingkat Nasional Ajang OMBN 2025
-
bisnis4 minggu yang lalu
Diproyeksi Ada Kenaikan 47 Ribu Penumpang Hari Ini, PT KAI Daop 6 Yogyakarta Himbau Penumpang Jaga Barang Bawaannya
-
bisnis3 minggu yang lalu
Jazz Menggema di Stasiun Yogyakarta, Ratusan Penumpang Nyanyi Bareng Maliq & D’Essentials