Sosial
Nelayan Perenang Terbaik Tewas Saat Selamatkan Anaknya, SAR Serukan Pentingnya Gunakan Rompi Pelampung




Girisubo,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Saat ini nelayan di Kabupaten Gunungkidul tengah diberikan limpahan ikan. Musim panen ini membuat para nelayan semakin bersemangat untuk pergi melaut ke perairan pantai selatan. Namun yang seringkali tak banyak disadari, pekerjaan nelayan seperti ini memang resikonya cukup besar. Sejumlah kapal nelayan karam akibat dihantam oleh gelombang pantai selatan yang memang terkenal cukup ganas. Bahkan pada Selasa (26/11/2019) lalu, 2 orang nelayan menjadi korban dalam kecelakaan laut yang terjadi saat mereka tengah menjala ikan. Kedua nelayan yang merupakan bapak dan anak tersebut tenggelam di perairan Pantai Nampu, Kecamatan Girisubo.
Kematian Pujiyono (40) dan Deni Setiawan (13) warga Padukuhan Nglaban, Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo sendiri menyimpan cerita pilu. Insiden ini juga bisa dijadikan pembelajaran bagi para nelayan lainnya agar tidak mengabaikan keselamatan diri. Selama ini, sebagian besar nelayan tak menggunakan alat keselamatan ketika bekerja.
Koordinator SAR Satlinmas Istimewa Wilayah I, Sunu Handoko mengatakan, perangkat keselamatan seperti pelampung maupun rompi pelampung sebenarnya sangat penting. Kejadian kecelakaan laut yang menewaskan 2 nelayan menjadi contoh nyata terkait hal ini.
Menurut Sunu, tak ada yang menyangka maut bisa menjemput Pujiyono karena selama ini ia dikenal sebagai perenang yang handal. Bahkan menurut Sunu, Pujiyono adalah nelayan dengan kemampuan berenang terbaik yang ia ketahui.
“Pujiono itu sebenarnya kalau hanya berenang di kedalaman 5 meter saja dia ahli. Pernah perahunya waktu itu kehabisan bahan bakar, dia berenang ke tepi dan berenang lagi ke tengah lautan lagi membawa bahan bakar,” ungkap Sunu.




Pernah juga almarhum Pujiono, sambung Sunu, mengalami perahu terbalik di sekitar lokasi tempat kejadian kecelakaan laut yang merenggut nyawanya. Namun pada kejadian sebelumnya itu, tak hanya menyelamatkan diri, namun Pujiyono juga berhasil menyelamatkan perahunya.
“Kalau kejadian seperti itu sebenarnya memang pernah dia alami. Dan dia mampu bertahan,” jelasnya.
Pada peristiwa laka laut akhir November 2019 lalu ini, ketika kapal terbalik, Pujiono berusaha menyelamatkan putranya, Deni Setiawan. Sebab dari keterangan saksi selamat, Gusaji, Deni meminta pertolongan karena terlalu banyak meminum air.
“Bukan karena saya mau mendahului kehendak Tuhan atau sok tahu, tetapi kalau kejadian seperti itu dia hanya menyelamatkan dirinya sendiri saya kira sangat mudah. Tetapi di situ dia ingin menolong anaknya yang tidak bisa berenang. Saksi melihat keduanya saling berpegangan berhadapan sebelum akhirnya tenggelam,” beber Sunu.
Ia menambahkan, keanehan lain jika ia tidak menolong anaknya yakni sebenarnya lokasi tenggelam hanya berjarak 2 meter dari bebatuan yang bisa digunakan untuk menyelamatkan diri. Namun Pujiono memilih untuk menggandeng erat anaknya sebelum keduanya justru tenggelam.
“Lokasi itu memang biasa ia lewati, jaraknya hanya 2 meter ada lempengan batu yang sebenarnya bisa digunakan untuk menyelamatkan diri,” terang dia.
Sunu menambahkan, untuk Deni sendiri memang diketahui belum lama ikut belajar melaut. Namun beberapa hari terakhir saat musim libur, ia membantu ayahnya melaut.
“Belum lama, libur kemarin dia ikut bantu-bantu. Setahu saya malah belum bisa berenang,” imbuh dia.
Sunu sendiri sangat berharap para nelayan bisa belajar banyak atas kejadian ini. Dalam melaut, nelayan seharusnya mengenakan rompi pelampung di tubuhnya. Hal itu menurutnya sangatlah penting untuk mengantisipasi jika terjadi kecelakaan di laut lepas maupun di kawasan pantai.
“Pelampung itu sangat perlu, untuk kejadian yang kemarin patut dijadikan pembelajaran betapa pentingnya rompi. Karena banyak palung-palung di kawasan laut kita,” paparnya.
Sunu menambahkan, pihaknya sebenarnya selalu mengingatkan para nelayan untuk mengenakan pelampung. Meski diakuinya, himbauan tersebut kadang diabaikan dengan alasan tidak nyaman mengenakan pelampung.
“Sebenarnya tidak nyaman itu karena belum terbiasa. Kalau sudah terbiasa, ketika mengangkat atau menabur jaring pun akan lebih tenang sebenarnya,” pungkas dia.
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Pemkab Gunungkidul Naikkan Gaji Pamong dan Staf Kalurahan
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Angka Kemiskinan di Gunungkidul Masih 15,18%
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Gunungkidul Ajukan Tambahan Vaksin PMK 20 Ribu Dosis
-
Peristiwa1 minggu yang lalu
3 Korban Laka Laut Pantai Drini Ditemukan Meninggal, 1 Masih Dalam Pencarian
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Gelontoran Anggaran Rp 1,5 Miliar Untuk Perbaikan Gedung Sekolah
-
Uncategorized1 minggu yang lalu
Jumlah Pengguna Kereta Api Membludak saat Libur Panjang, PT KAI Daop 6 Klaim Bisa Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Keluarga Korban Laka Laut di Pantai Drini Akan Terima Asuransi
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
BKPPD Periksa 2 ASN Yang Diduga Terlibat Perselingkuhan
-
Sosial6 hari yang lalu
Bupati Gunungkidul Kukuhkan Pengurus FPRB Baru
-
Peristiwa1 minggu yang lalu
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Mengapung di Telaga
-
bisnis3 minggu yang lalu
Sleman City Hall Hadirkan Blooming Fortune dan Rangkaian Event Menarik Sambut Imlek 2025
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Belasan Wisatawan dari Mojokerto Terseret Ombak Pantai Drini