Sosial
Kisah Keuletan Warga Terdampak Kekeringan Bertahan Hidup Saat Musim Kemarau
Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Masalah kekeringan nampaknya menjadi hal yang biasa dialami oleh sebagian warga di Gunungkidul bagian selatan seperti di Kecamatan Girisubo saat musim kemarau tiba. Tidak adanya sumur di wilayah tersebut membuat warga mulai memanfaatkan air genangan di telaga.
Seperti diungkapkan oleh salah seorang warga Dusun Tlasih, Desa Karangawen, Kecamatan Girisubo, Sunaman (47). Memanfaatkan air telaga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sudah menjadi kebiasaan yang puluhan tahun dilakukan, bahkan sejak ia masih kecil.
Ia menceritakan, pada masa lalu telaga yang memiliki cukup air berada di tetangga desa, yakni Telaga Tileng dan Telaga Puring. Sehingga ia bersama warga lainnya harus berangkat subuh untuk mencari air. Selain untuk mandi, mereka juga membawa jerigen untuk nantinya menampung air sebelum dibawa ke rumah.
“Sudah biasa seperti ini, kita datang pagi kemudian membawa jerigen untuk diisi air dan kita bawa pulang,” ucap dia, Jumat (05/07/2019).
Telaga bagi masyarakat sendiri menjadi andalan untuk mencuci baju, mandi, memandikan ternak, hingga dikonsumsi. Selain itu, warga mengandalkan tandon air bersih atau bak penampungan air hujan (PAH) yang terbuat dari campuran tanah liat dan genteng yang dihancurkan. Setiap keluarga memiliki sedikitnya dua PAH.
“Di sana untuk mencuci disini mandi, seberang ada sapi ya biasa saja. Jika ingin dikonsumsi biasanya dimasukkan dalam PAH agar kotorannya mengendap,” ujarnya.
Disinggung mengenai bagaimana masyarakat sekitar bertahan saat musim kemarau, menurut perangkat Desa Karangawen ini, warga sekitar terbiasa menyimpan hasil panen. Tabungan hasil panen ini kemudian baru dibuka saat musim kemarau. Hal ini terpaksa dilakukan warga lantaran lahan pertanian di sana hanya bisa ditanami saat musim penghujan. Selain itu tabungan ternak menjadi andalan lainnya jika kondisi ekonomi sedang sulit.
Sementara di Telaga Karang Kidul, sejumlah warga mencuci pakaian, di sisi lainnya warga mandi dengan santai karena disekitar telaga ditumbuhi pohon besar sehingga terasa sejuk meski panas. Belasan jerigen tertata di pinggir telaga di bawah rimbunnya pohon beringin menunggu sang pemilik mengambilnya.
“Biasanya pagi dan sore warga mengambil air di telaga. Sebagian besar untuk minum ternak,” kata Roslan salah satu warga Dusun Ngaglik, Desa Karangawen.
Dirinya harus setiap hari bolak balik sekitar 1 km untuk mengambil air ke telaga yang digunakan minum ternak. Untuk rumah tangga, dirinya membeli air dari tangki swasta seharga Rp 100.000 yang digunakan untuk cuci pakaian, cuci perkakas, hingga mandi.
“Untuk makan dan minum kami masih mengandalkan air hujan, karena air dari tangki zat kapurnya tinggi. Kalau air hujan malah bersih,” ucapnya.
Risiko Penyakit Hepatitis A Mengancam Saat Musim Kemarau, Warga Dihimbau Tak Sembarang Minum Air
Masalah kekeringan atau sulitnya air bersih ini nampaknya juga berbanding lurus dengan risiko penyakit Hepatitis A. Sebagaimana diketahui, di wilayah Pacitan, penyakit tersebut mewabah lantaran sulitnya air bersih.
“Laporan kasus tentang Hepatistis A, kami sudah melakukan kroscek di Puskesmas Playen 2, Playen 1 dan Ponjong 1 sampai dengan saat ini 0 kasus,” ujar Sekretaris Dinas Kesehatan, Priyanta Masya Satmaka kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com, Jumat (05/07/2019).
Hepatitis A sendiri patut diwaspadai lantaran saat ini Gunungkidul juga mengalami kesulitan air bersih. Sedangkan, penyakit tersebut sangat erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan, salah satunya adalah air.
“Sumber penularan hepatitis A terkait dengan makanan yang terkontaminasi dengan virus tersebut. Terjadinya makanan yang terkontaminasi erat hubungannya dengan sanitasi lingkungan yang tidak higienis termasuk air bersih,” terangnya.
Untuk itu, pihaknya kini gencar mengkampanyekan Germas (gerakan masyarakat hidup sehat). Termasuk PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) kini juga digencarkan secara serentak oleh petugas kesehatan.
“Dua program itu senantiasa menjadi kampanye wajib oleh puskesmas kepada segenap lapisan masyarakat. Dengan kampanye tersebut output yang diharapkan adalah masyarakat selalu berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga risiko terkena infekai virus bisa diminimalkan,” pungkas dia.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
50 Kilometer Jalan Kabupaten di Gunungkidul Beralih Status
-
Olahraga2 minggu yang lalu
Mengenal Hamam Tejotioso, Pembalap Cilik Gunungkidul yang Mulai Ukir Prestasi
-
Pemerintahan6 hari yang lalu
Angka Kemiskinan di Gunungkidul Masih 15,18%
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
‘Modal Nekat’ Garapan Imam Darto, Sukses Kocok Perut Penonton Yogya
-
bisnis3 minggu yang lalu
Grafik Perjalanan Kereta Api Selesai Difinalisasi, Pemesanan Tiket KA Februari 2025 Mulai Dibuka Bertahap
-
Pendidikan4 minggu yang lalu
SMP Al Mujahidin Gunungkidul Dapat Predikat Sekolah Swasta Unggul Utama
-
Hukum2 minggu yang lalu
Kasus Penyalahgunaan Tanah Kas Desa, Lurah Sampang Ditahan
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
PMK Kembali Merebak di Gunungkidul, 43 Sapi Suspek Mati Mendadak
-
Pemerintahan2 hari yang lalu
Gunungkidul Ajukan Tambahan Vaksin PMK 20 Ribu Dosis
-
Pendidikan5 hari yang lalu
SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Siap Melaju ke Tingkat Nasional Ajang OMBN 2025
-
bisnis4 minggu yang lalu
Akhirnya! Kopi Tuku Sapa Tetangga di Yogya
-
bisnis3 minggu yang lalu
Diproyeksi Ada Kenaikan 47 Ribu Penumpang Hari Ini, PT KAI Daop 6 Yogyakarta Himbau Penumpang Jaga Barang Bawaannya