Pemerintahan
Konflik Warga dengan Monyet yang Tak Kunjung Usai, DLH Gunungkidul Lakukan Kajian Penanganan


Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)– Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah melakukan kajian penanganan monyet ekor panjang yang selama ini cukup meresahkan warga. Hal ini dilakukan agar konflik monyet dengan warga di daerah pinggiran dapat teratasi dan hasil pertanian masyarakat tidak diganggu oleh kawanan MEP.
Kepala DLH Gunungkidul, Harry Sukmono mengatakan saat ini pihaknya tengah bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM untuk melakukan sebuah kajian atau penelitian terhadap MEP yang tersebar di wilayah Gunungkidul. Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana perilaku, sifat, koloni, dan karakter monyet-monyet yang sangat meresahkan warga Gunungkidul.
Kajian ini dimaksudkan untuk mendapatkan rekomendasi penanganan. Sehingga konflik dapat berkesudahan, monyet-monyet ini dapat tertangani dan aktivitas pertanian masyarakat Gunungkidul juga bisa optimal tanpa adanya serangan monyet di lahan pertanian mereka.
“Ini sedang kami upayakan pengkajian atau penelitian. Dilakukan pengamatan sifat karakter dan diambil bagaimana penanganan yang tepat,” papar Harry Sukmono.
“Hasil kajian ini nantinya akan diterapkan,” jelasnya.
Tahun 2023 ini, DLH memiliki 2 kegiatan yang berkaitan dengan penanganan satwa di Gunungkidul. Selain pengkajian MEP, Pemkab Gunungkidul akan merealisasikan program konservasi satwa lokal di Kalurahan Giritirto, Kapanewon Purwosari. Hal ini dilakukan agar satwa-satwa lokal memiliki tempat sesuai dengan habitatnya dan tentunya mendapatkan penanganan yang tepat.
“Kalau untuk konservasi satwa lokal itu ada MEP nya namun tidak sepenuhnya hanya penanganan MEP. Kalau itukan (MEP) sudah ada Suaka Margasatwa di Paliyan nah kami lanjutkan dengan kajian penanganan lanjutan,” sambung dia.
Sebagaimana diketahui, konflik MEP dengan manusia memang sanggat mengganggu dan merugikan. Bagaimana tidak, keluhan masyarakat di wilayah pinggiran banyak yang mengalami gagal panen karena lahan pertanian mereka yang dirusak oleh kawanan monyet ekor panjang.
Di Kalurahan Giripurwo, Purwosari misalnya baru saja petani melakukan kegiatan ngawu-awu jelang musim tanam, paginya lahan pertanian sudah di obrak abrik monyet. Di beberapa wilayah untuk mengantisipasi serangan monyet bahkan banyak yang memasang jaring atau terpaksa menunggui ladang mereka agar tidak dirusak.
Selain itu di Kalurahan Nglanggeran, MEP banyak yang turun ke pekarangan warga dan mengambil buah-buahan yang masih berada di pohon.
Anggota DPRD Gunungkidul, Supriyadi mendukung penuh langkah Pemkab Gunungkidul untuk melakukan penanganan dan menekan dampak serangan MEP yang cukup meresahkan dan merugikan petani.
“Mudah-mudahan dengan adanya rencana pembangunan kawasan konservasi satwa lokal di Giritirto dan upaya pengkajian yang dilakukan dengan UGM ini bisa mengurangi gangguan MEP. Selama ini keluhan masyarakat akan serangan atau gangguan ini banyak kami dengar,” ucap Supriyadi.
-
Uncategorized1 minggu yang lalu
Perebutan Gelar Triple Crown 2025 di Indonesia Indonesia Derby 2025
-
Sosial1 minggu yang lalu
Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Tingkatkan Kapasitas Petani di Sumatera Utara
-
event1 minggu yang lalu
Gunungkidul Geopark Night Specta Kembali Digelar, Simak Jadwal dan Bintang Tamunya
-
musik1 minggu yang lalu
Tahun ke-11, Prambanan Jazz Festival Gaet Kenny G dan EAJ
-
Budaya1 minggu yang lalu
Yogyakarta International Dance Festival Digelar di Jogja, Diikuti 8 Negara
-
Info Ringan6 hari yang lalu
Semarak Ulang Tahun Perak Tunas Mulia, Gelar Sarasehan Pendidikan Tamasya
-
seni2 hari yang lalu
Asmatpro Tampilkan Showcase di Jogja Fashion Trend 2025
-
Uncategorized2 hari yang lalu
Komitmen Dukung Kopi Lokal, KAI Daop 6 Yogyakarta Bagikan 750 Gelas Kopi Gratis ke Penumpang
-
event12 jam yang lalu
Lewati Rute 6 Candi, Belasan Negara Bakal Ramaikan Sleman Temple Run 2025
-
Pendidikan12 jam yang lalu
UMY Punya Lapangan Sepak Bola Berstandar FIFA, Siap Lahirkan Atlet Muda