fbpx
Connect with us

Uncategorized

Meski Banyak Tantangan, Petani Mulai Kembangkan Komoditas Bawang Merah di Pesisir Selatan

Diterbitkan

pada

BDG

Tanjungsari,(pidjar.com)–Petani sekarang mulai melirik sektor hortikultura untuk dikembangkan setelah lahan panen padi. Tidak hanya petani di daerah yang berkecukupan air seperti kota Wonosari dan sekitarnya, melainkan saat ini di pesisir selatan juga mulai menanam bawang merah. Meski budidaya bawang di lahan pesisir cukup riskan namun para petani tetap semangat berusaha dan melakukan sejumlah antisipasi kegagalan.

Petugas Bidang Perkebunan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Restu mengungkapkan kelompok tani yang aktif melakukan tanam bawang merah untuk mendukung program Upsus Bawang Merah Biji adalah Poktan Tukul Pambudi. Para petani memanfaatkan lahan di pesisir pantai untuk budidaya komoditas tersebut.

Semula hanya 15 orang yang melakukan penanaman bawang merah, namun seiring prospek yang ada mulai tumbuh dan menjadi 35 orang menanam bawang merah. Untuk menghadapi kesulitan ekonomi akibat pandemi sekarang ini sektor pertanian menjadi tumpuan para petani, sebab sektor pariwisata sedang tidak menghasilkan karena tutup.

Berita Lainnya  Masyarakat Diharapkan Tak Khawatir Divaksin saat Puasa

“Perkembangan disini sangat baik, tren untuk luasan lahan dan hasil panennya terus meningkat. Seperti awalnya hanya 15 orang yang budidaya setelah melihat proses dan prospeknya kemudian menjadi 35 petabi yang mengeluti budidaya bawang,” ucap Restu, Sabtu (14/08/2021).

Tahun ini, Poktan Tukul Pambudi mendapatkan alokasi bawang merah biji seluas 3 hektare, realisasinya disebar di 5 titik yaitu Bulak Ngrawe, Bulak Lodoyong, Bulak Pindul, Bulak Jrebeng, dan Bulak Ngleses. Tentunya menanam bawang di pesisir ada tantangannya sendiri yaitu angin yang berhembus membawa kandungan garam yang bisa menyebabkan daun menguning, kering dan kemudian mati.

“Tentu ada tantangan tersendiri, maka dari itu poktan menyikapinya dengan menyiram tanaman sehari 2 kali agar tetap terjaga kualitasnya dan tidak kering lalu mati,” paparnya.

Untuk memaksimalkan apa yang digeluti, para petani ini membangun saluran irigasi mandiri perpompaan yang terdiri dari sumur bor, bak penampung atau toren serta jaringan distribusi. Secara swadaya masyarakat membangun saluran irigasi ini dan dibantu oleh sejumlah donatur.

Berita Lainnya  Virus Merebak Kembali di Gunungkidul, 13 Pegawai Puskesmas Patuk 2 Dinyatakan Positif Covid

“Saluran irigasi ini dubuat di Bulak Ngrawe dsn Bulak Pindul. Tahun 2019 lalu ada bantuan sumur bor di Bulak Lodoyong, jadi ada 3 saluran,” imbuh Restu.

Dijelaskan pada gerakan tanam ada beberapa varietas bawang biji yang ditanam diantaranya Maserati, Lokananta, dan Sanren untuk yang Umbi kami menggunakan varietas Super Philip, Tajuk serta Saptosari. Selain bawang merah poktan juga menanam bawang putih asli dari Kabupaten Gunungkidul yakni Varietas Lumbu Putih yang mempunyai aroma yang khas dan pedas sehingga banyak wisatawan yang menyukai jenis ini jika dijadikan penambah rasa dalam sambal.

“Tanam bawang merah biji ini berbeda dengan tanam umbi. Untuk modal menanamnya pasti lebih irit dan hasilnya juga lebih banyak. Contohnya, dari 1.000 hektare lahan mampu menghasilkan 13 sampai 15 juta rupiah,” jelasya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengatakan guna merealisasikan petani yang maju, mandiri, dan modern maka penggunaan sarana dan prasarana pertanian berupa alat mesin pertanian modern dibutuhkan saat ini. Hal tersebut untuk mengurangi kehilangan hasil produk pertanian.

Berita Lainnya  Cerita Petani Garam Pantai Dadap Ayam, Belum Bisa Tembus Pasaran

Pada tahun anggaran 2021 lewat APBD diberikan bantuan alat mesin pertanian berupa 140 unit tractor roda dua Impala dan 75 unit kultivator serta bantuan alat mesin pertanian dari APBN Kementerian Pertanian RI berupa 8 traktor roda dua Impala dan 10 pompa air.

“Alat ini untuk mempercepat pengolahan lahan pertanian khususnya tanaman pangan. Satu alat traktor rida dua bisa digunakan untuk mengolah 20-30 hektare lahan, poktan juga diberik kebebasan untuk usaha pelayanan jasa alsintan di wilayah mereka,” terang Bambang Wisnu Broto.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler