fbpx
Connect with us

Pemerintahan

Murkanya Ketua Komisi B Saat Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Absen Rapat Bahas Anthraks

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gunungkidul mendesak Pemkab Gunungkidul untuk lebih serius dalam penanganan dugaan temuan anthraks yang terjadi di Desa Gombang, Kecamatan Ponjong. Langkah cepat sendiri menjadi mutlak dilakukan mengingat saat ini, dugaan temuan tersebut telah meluas ke Kecamatan Semanu. Pada Senin (13/01/2020) siang tadi, Komisi B DPRD Gunungkidul memanggil jajaran Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) serta Asek I Pemkab Gunungkidul untuk membahas pemaparan eksekutif dalam penanganan anthraks.

Rapat sendiri berlangsung cukup panas. Ketua Komisi B DPRD Gunungkidul murka lantaran Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam hal ini, Dinas Pertanian dan Peternakan (DPP) Gunungkidul dianggap tidak serius dalam penanganan temuan anthraks di Gunungkidul.

Ketua Komisi B DPRD Gunungkidul, Wulan Tustiana mengatakan, dirinya sempat kecewa dengan tidak hadirnya Kepala DPP, Bambang Wisnu Broto dalam rapat yang digelar oleh pihaknya tersebut. Sebab dalam rapat tersebut hanya diwakilkan oleh Kabid dan Kasi. Dirinya sempat berniat menunda rapat sebelum dihadiri penentu kebijakan.

“Tapi rapat kita paksakan berjalan dan mengundang secara susulan Asek 1 Sekda Gunungkidul, Azman Latif agar hasil rapat ini nantinya disampaikan ke Bupati secepatnya. Buat apa rapat-rapat saja kalau tidak ada pejabat pembuat kebijakan yang hadir, padahal yang penting sekarang adalah tindakan nyata,” ucap Wulan, Senin (13/01/2020).

Wulan mengatakan, penanganan secara serius dan cepat merupakan langkah mendesak yang harus dilakukan Pemerintah Gunungkidul menyikapi permasalahan ini. Pasalnya, dugaan temuan anthraks tidak hanya menyerang ternak, namun diduga sudah menjangkit kepada manusia dan bahkan menimbulkan korban jiwa.

Berita Lainnya  Tahun Depan 58 Kalurahan Akan Gelar Pilihan Lurah Serentak, Tim Siapkan Perbup

“Ini urusannya dengan nyawa manusia loh. Gunungkidul juga merupakan gudang ternak di DIY. Harus secepatnya ditangani menurut saya karena imbasnya bakal domino kalau hanya seperti ini saja penanganannya,” kata dia.

Apa yang disampaikan Wulan tersebut bukan tanpa alasan. Sebab di pertengahan tahun 2019 lalu kasus anthraks sempat muncul di wilayah Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo. Wulan beranggapan, jika waktu itu pemerintah serius dalam penanganan kasus kejadian seperti saat ini mungkin tidak akan terjadi.

“Pemerintah belum serius, waktu itu mungkin sudah dilakukan vaksin tetapi kan hanya di lokasi tertentu. Selain penanganan juga butuh monitoring, kalau tidak masalah semacam ini nanti timbul terus,” paparnya.

Dalam rapat ini, juga dibahas perihal pembuatan SOP penanganan anthraks. Nantinya, Pemkab akan mengumpulkan seluruh Kades dan Camat di seluruh Gunungkidul untuk mengajak melakukan sosialisasi serentak terkait larangan mengkonsumsi hewan ternak mati. Menurutnya, cara ini akan lebih mudah sampai kepada masyarakat jika sosialisasi ditangani oleh pemerintah desa dan kecamatan. Selain itu, hasil dari rapat ini juga akan dimasukkan sebagai bagian dari pembuatan SOP manakala peristiwa serupa terjadi.

Berita Lainnya  SDM Kurang Karena Tenaga Medis Bertumbangan, Dinas Kesehatan Usulkan Rekruitmen Relawan Kesehatan

“Kita beri waktu maksimal seminggu dalam rencana ini, kita lihat nanti dilakukan beneran atau hanya rencana saja,” bebernya.

Ke depan, DPRD Gunungkidul menurut Wulan siap untuk membahas penganggaran yang nantinya akan digunakan untuk penanggulangan anthraks. Dalam rapat tersebut, sempat dibahas gambaran kasar anggaran untuk pemberian vaksin dan diketahui bakal menelan angka miliaran rupiah.

“Tadi dihitung sekitar Rp 11 miliar, tapi ini baru hitungan kasar saja,” pungkas dia.

Sementara itu, pihak DPP sendiri enggan dikonfirmasi terkait hasil rapat. Menurut Kabid dan Kasi yang hadir, mereka tidak berhak untuk menyampaikannya tanpa izin kepala dinas.

“Tadi katanya satu pintu di Kominfo (Dinas Komunikasi dan informasi). Atau hubungi Pak Bambang dulu,” ucap Kabid Peternakan, Suseno Budi.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, saat ini dugaan kasus anthraks ditemukan di Desa Gombang, Kecamatan Ponjong. Akibat penyakit berbahaya ini, sejumlah ternak milik warga baik sapi maupun kambing mengalami mati mendadak. Tak hanya itu, penyakit ini bahkan telah menular ke manusia. Tercatat sedikitnya 12 orang dilarikan ke RSUD Wonosari atas dugaan penyakit anthraks di mana 1 orang diantaranya meninggal dunia sementara 1 lainnya mengalami kritis. Selain ratusan warga 2 padukuhan di Desa Gombang, tercatat juga puluhan warga Kecamatan Semanu telah ditetapkan sebagai suspect anthraks.

Berita Lainnya  PAUD Bukan Sekedar Tempat Penitipan Anak

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler