fbpx
Connect with us

Pariwisata

Pariwisata Gunungkidul Dinilai Butuh Hotel Berbintang dan Tempat Hiburan Malam

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Dalam kurun waktu dua tahun terakhir jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata dapat dikatakan selalu tidak maksimal. Selain banyaknya bencana alam yang melanda, destinasi yang ada dianggap kurang memberikan kesan bagi para wisatawan. Sehingga mereka tidak banyak yang tertarik untuk tinggal lebih lama atau bahkan kembali berkunjung.

Hal tersebut disampaikan oleh anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gunungkidul, Elsaddai Anggoro Putro. Ia beranggapan bahwa perlu ada terobosan baru agar pariwisata di Gunungkidul semakin berkembang dan bisa bersaing dengan daerah lainnya. Selama ini, konsep pengembangan pariwisata di Gunungkidul sangat monoton. Sehingga pada akhirnya membuat kunjungan wisatawan cenderung stagnan dan bahkan menurun.

“Misalnya harus ada hotel berbintang, karena selama ini wisatawan yang datang menginapnya di Jogja. Mereka bawa uang Rp 1 juta yang Rp 900 ribu dihabiskan di sana dan hanya Rp 100 ribu yang dibelanjakan di Gunungkidul,” ungkap Anggoro, Jumat (22/11/2019).

Ia menambahkan, selain itu perlu adanya upaya khusus untuk menempatkan adanya hiburan malam di kawasan wisata. Konsep semacam ini disebutnya memang benar-benar diperlukan untuk kawasan wisata khususnya untuk menarik wisatawan asing. Dengan perkembangan zaman, sudah tidak selayaknya pariwisata Gunungkidul hanya mengincar wisatawan lokal.

“Selama ini sepertinya kita belum menyasar wisatawan asing, sebagian besar masih wisatawan domestik atau bahkan wisatawan lokal. Kalau ada hotel untuk tempat mereka menginap dan mungkin hiburan lainnya juga tentu bakal menarik mereka datang,” kata dia.

Namun begitu, ia tak menampik jika wacana semacam ini nantinya bakal terjadinya konflik sosial. Maka dari itu, penting adanya sosialisasi untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa perkembangan pariwisata yang demikian tidak akan menghapus budaya dan tradisi di wilayah Gunungkidul. Ia berharap ada kajian matang dari pemerintah maupun investor agar konflik sosial semacam ini tak terjadi dan pengembangan pariwisata dengan tradisi serta budaya masyarakat bisa berjalan seiring sejalan.

Berita Lainnya  Kades Jagoan Dilantik, Dua Pemuda Laksanakan Nadzar Jalan Kaki 17 Jam Dari Yogyakarta ke Hargosari

“Seperti di Bali misalnya, di sana pariwisata maju dan berkembang diminati wisatawan mancanegara. Tetapi adat dan tradisi masih sangat kental, masyarakatnya sangat bisa mendunkung dan menjaga budaya yang justru menjadi kekuatan utama,” urai Elsaddai.

Selain itu, menurutnya akses menuju kawasan wisata harus diperhatikan. Selama ini masih banyak jalan yang sempit sehingga menyebabkan kemacetan dan membuat wisatawan malas datang ke Gunungkidul.

“Nanti kita harapkan dengan beroperasinya bandara YIA dan rampungnya proyek JJLS akan menigkatkan kunjungan dan berdampak pada kenaikan PAD,” sambungnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul, Harry Sukmono mengatakan, libur akhir tahun harapannya bisa meningkatkan kunjungan wisatawan. Hingga Senin (18/11/2019) kemarin, baru ada 2,6 juta pengunjung datang ke Gunungkidul. Jumlah ini masih sangat jauh dari target yang ada di mana pada tahun 2019 ditargetkan sebanyak 3,8 juta wisatawan bisa berkunjung ke Gunungkidul.

Berita Lainnya  Koperasi Gunungkidul Didominasi Jenis Simpan Pinjam

“Semoga libur akhir tahun bisa meningkatkan kunjungan wisata,” kata Harry.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler