fbpx
Connect with us

Sosial

Pengrajin Terompet Telan Pil Pahit, Tahun Ini Hanya Laku 3 Biji

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Pergantian tahun selalu identik dengan pesta kembang api, tiup terompet dan sejumlah agenda kegiatan keramaian lainnya. Namun di tengah pandemi covid-19 seperti sekarang, pemerintah melarang kegiatan yang dapat menimbulkan kerumunan massa. Hal ini juga berdampak pada para pengrajin terompet. Mereka terpaksa menelan pil pahit dan memilih membatasi jumlah produksi.

Seperti yang diungkapkan oleh Ruyanto, warga Kalurahan Karangrejek, Kapanewon Wonosari. Pada tahun sebelum-sebelumnya, ia memproduksi 10 ribu terompet menjelang perayaan tahun baru seperti saat ini.

Bahkan dirinya dulu kewalahan memenuhi permintaan konsumen. Sebab terompet buatannya itu dulu dijual menyebar di wilayah Gunungkidul.

Namun di tengah pandemi dan adanya berbagai larangan dari pemerintah maupun kepolisian, maka pria ini memutuskan untuk membuat terompet dalam jumlah sedikit.

“Biasanya sudah mulai produksi sejak 2 bulan lalu dan sudah laku di pasaran. Diambil oleh pedagang-pedagang kecil itu, tapi kondisinya seperti ini,” kata Ruyanto, Kamis (31/12/2020).

Di rumah berbentuk limasan saat ini terdapat tumpukan bahan dan ratusan terompet setengah jadi sisa tahun lalu. Ia tidak bisa berbuat banyak dengan bahan yang ada tersebut. Meski dilanjutkan untuk menyempurnakan bentuk dan suara, namun terompet itu tidak laku keras di pasar. sampai dengan kemarin saja dari terompet yang ada hanya laku 3 buah. Itupun karena ada anak-anak yang merengek kepada orang tuanya untuk membunyikan terompet.

Berita Lainnya  Ratusan Pemegang Senjata Api Jalani Tes Psikologi, Yang Tidak Lolos Akan Ditarik

Pria yang telah 7 tahun menekuni pembuatan terompet itu mengungkapkan alasannya tidak melakukan produksi terompet karena pemerintah Kabupaten Gunungkidul melarang aktivitas warga berkerumun menikmati malam pergantian tahun. Bahkan Bupati Gunungkidul Badingah mengeluarkan surat edaran tentang penutupan obyek wisata pada malam pergantian tahun baru.

“Saya khawatir dengan kasus covid-19 masih tinggi, padahal terompet berkaitan dengan mulut,” tambahnya.

Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya selama ini, Ruyanto berjualan mainan anak-anak. ia membeli dari Solo, Jawa Tengah, lalu dikemas ulang dan dititipkan di warung. Pandemi ini juga mengakibatkan dirinya harus melakukan pengurangan pekerja. Jika biasanya ada 12 orang yang bekerja dengan dirinya saat ini hanya 6 orang saja yang membantu melakukan pengemasan dan penjualan.

“Omzetnya jelas turun. Contohnya kalau kondisi normal omzet 1 seles itu lumayan, tapi kalau kondisi seperti sekaran 3 sales baru nutup omzet di kondisi normal,” sambungnya.

Sebelumnya, Kapolres Gunungkidul, AKBP Agus Setiawan mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk melakukan pencegahan saat pergantian tahun.. Adapun dasar penindakan mengacu pada maklumat Kapolri serta instruksi dari Gubernur DIY yang kemudian ditindaklanjuti dengan surat edaran Bupati Gunungkidul

Berita Lainnya  Pandemi Covid Menggoyahkan Bisnis Hotel dan Restoran, Sejumlah Pengusaha Berniat Gulung Tikar

“Jika ada pelanggaran yang terjadi kami akan melakukan tindakan tegas untuk membubarkan kerumunan,” ucap AKBP Agus Setiawan.

Untuk pengamanan sudah menyiapkan personel dan tim gabungan yang akan melakukan patrol di titik dan kawasan yang sekiranya dapat menimbulkan kerumunan. pembatasan waktu beraktivitas juga diterapkan hanya sampai pukul 22.00 WIB. Jika diketahui lebih dari jam yang telah ditentukan maka petugas akan membubarkan.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler