Connect with us

Sosial

Pernikahan Dini dan Kekurangan Gizi, Hampir 6000 Bayi di Gunungkidul Masih Terlahir Stunting

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Warga Gunungkidul masih memiliki permasalahan sosial yang belum dapat terpecahkan. Salah satunya yakni ancaman stunting atau bayi kerdil yang terlahir. Pendataan dan upaya penanganan terkait kasus ini terus dilakukan oleh pemerintah kabupaten Gunungkidul. Hal ini penting dilakukan mengingat terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan banyaknya anak di Gunungkidul yang menderita stunting. Sejak tahun 2017 lalu, jumlah bayi stunting terus berkurang seiring dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah.

Berdasarkan data yang ada pada Dinas Kesehatan Gunungkidul, tahun 2017 lalu terdapat 6.396 atau 20,60 persen anak Gunungkidul menderita stunting. Berbagai penanganan kemudian terus dilakukan oleh pemkab melalui berbagai program kemudian jumlah ini dapat ditekan di tahun 2018 lalu menjadi 5.938 anak-anak atau berkurang menjadi 18,47 persen.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Gunungkidul, Kartini menjelaskan jika pihak dinas sendiri menggandeng organisasi perangkat daerah lain untuk ikut serta dalam penanganan kasus ini. Beberapa program untuk ibu hamil dan bayi terus diberikan. Perkembangan mereka pun juga terus dipantau oleh pihak dinas.

Berita Lainnya  Baru Dilantik, Pengurus PTMSI Gunungkidul Langsung Usung Target Tinggi

“Kita berikan beberapa program misalnya dengan pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil, bayi dan pemantauan selama kurang lebih 1000 hari pertama untuk anak dan 210 hari untuk ibu hamil,” kata Kartini, Minggu (14/07/2019).

Jika dua tahun terakhir jumlah stunting terus turun, untuk di tahun 2019 ini pihaknya masih melakukan pendataan. Pada bulan Januari lalu hingga awal Februari ini sudah berapa bayi yang terlahir dengan indikasi stunting atau bayi kerdil. Pendataan ini juga nantinya akan berpengaruh pada keberhasilan pemkab dalam menekan permasalahan sosial yang masih tak kunjung dapat dituntaskan ini.

“Masih kami lakukan pendataan untuk yang tahun ini, kalau untuk faktor sebenarnya banyak yang menyebabkan anak stunting. Mulai dari gizi, perilaku pola asuh, hingga faktor keturunan,” imbuh dia.

Hampir semua kecamatan di Gunungkidul ditemukan bayi dengan penderita stunting. Tersebar di kecamatan Semanu, Rongkop, Gedangsari, dan beberapa kecamatan lainnya. Pernikahan anak-anak yang masih belia kisaran umur 14-18 tahun diklaim menjadi penyumbang terbesar stunting karena perkembangan dan pertumbuhan yang tidaklah seimbang.

Berita Lainnya  Camping Syahdu di Kali Lemusur, Berlokasi di Dekat Calon Taman Safari

Menurutnya tak ada target stunting di Gunungkidul mencapai 0 persen. Pasalnya sangat sulit untuk sampai di titik ini. Menurutnya, jika dihitung secara target nasional, sebenarnya Gunungkidul telah melampaui batas. Di mana target nasional mencapai 20 persen sedangkan Gunungkidul telah 18 persen.

Adapun langkah antisipasi yang saat ini terus dilakukan yakni dengan membentuk kelompok pendamping ibu, forum laktasi, keluarga sadar gizi. Paling tidak bayi yang baru lahir haruslah mendapat haknya dengan nendapatkan 6 bulan asi eklusif dan gizi seimbang. Ia menghimbau pada ibu hamil untuk menjaga kondisi kesehatan. Biasanya bayi stunting terlahir lantaran kurangnya sel darah merah serta ibu hamil kekurangan makanan tambahan.

“Salah satu indikasinya yakni panjang bayi hanya 40 centimeter,” terang dia.

Disadarinya, dalam penanganan permasalahan yang satu ini memang membutuhkan kesadaran dari masyarakat pula. Kemudian dari pemerintah daerah, mulai dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat harus andil dalam penyediaan sarana prasarana yang memadahi. Untuk dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, KB dan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa melakukan pendekatan pada kaum perempuan dan anak untuk lebih menjaga diri.

Berita Lainnya  Hindari Bayar Retribusi, Sejumlah Wisatawan Nekat Terobos Cegatan Petugas TPR

Dari dinas Pendidikan, Pemuda dan Olaharaga juga memiliki andil yang kuat, memberikan pengertian pada peserta didik untuk lebih mengedepankan pendidikan dan memilah-milah pergaulan. Semua lini harus bergerak, agar permasalahan ini dapat teratasi dan menjadikan daerah yang lebih maju kembali.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Pariwisata2 minggu yang lalu

Masa Angkutan Lebaran 2025, Penumpang KA Bandara Capai 390 Ribu

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – PT Railink KA Bandara Medan dan Yogyakarta mencatat sebanyak 390.475 ribu masyarakat menggunakan layanan Kereta Api...

bisnis2 minggu yang lalu

Libur Lebaran, Stasiun Yogyakarta Optimalkan Peran Sebagai Stasiun Integrasi Antarmoda

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja,(pidjar.com) – Stasiun Yogyakarta memiliki keunggulan sebagai stasiun integrasi antar moda yang mampu melayani pemudik dan masyarakat untuk berwisata...

bisnis4 minggu yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis3 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

bisnis3 bulan yang lalu

Demi Lancarnya Perjalanan KA, Pusdalopka Rela Tak Ada Libur

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Salah satu elemen penting yang memainkan peran strategis dalam menjaga kelancaran operasional kereta api adalah Pusat...

Berita Terpopuler