fbpx
Connect with us

Pemerintahan

PR Berat Gunungkidul di Usia ke-191, Dari Kemiskinan Hingga Tingginya Angka Bunuh Diri

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari, (pidjar.com)–Kabupaten Gunungkidul telah memasuki usia ke-191 yang diperingati pada hari ini. Dalam usia hampir dua abad itu, Kabupaten Gunungkidul masih menyisakan berbagai persoalan untuk diatasi. “Kridhaning Makarya” dipilih sebagai tema hari jadi Kabupaten Gunungkidul ke 191 memiliki makna tentang semangat kerja untuk bangkit dan membangun dalam setiap sektor dengan segala upaya dan usaha. Tema tersebut sekaligus menjadi pekerjaan bagi kepemimpinan Sunaryanta dan Heri Susanto ke depannya untuk menuntaskan persoalan di Gunungkidul.

Ketua DPRD Kabupaten Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, menyampaikan, tema Kridhaning Makarya sebagai spirit bagi Pemerintah dan masyarakat setelah sekitar dua tahun ini dihantam pandemi. Segala aktivitas khususnya perekonomian sangat terdampak dan terkendala perkembangannya sejak adanya pandemi itu.

Berita Lainnya  Pencari Kerja di Gunungkidul Didominasi Anak-anak Lulusan SMK

Di tengah dampak hantaman pandemi, di usia Gunungkidul yang ke 191 ini diakui Endah masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Ia mencontohkan seperti pembangunan infrastruktur yang belum merata, memperbaiki perekonomian masyarakat yang terdampak pandemi, angka kemiskinan, termasuk juga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Gunungkidul yang masih terendah di Provinsi DIY.

“Pekerjaan-pekerjaan rumah di Gunungkidul di usianya ke 191 tahun harus mulai diselesaikan,” ucap Endah saat ditemui.

Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) Gunungkidul, presentase penduduk miskin di Gunungkidul dalam tiga tahun ini konsisten mengalami peningkatan. Misalnya pada tahun 2019 tercatat sebanyak 16,61% penduduk miskin, pada tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi 17,07% dan naik kembali pada tahun 2021 menjadi 17,69% penduduk miskin. Selain itu, IPM tahun 2021 di Gunungkidul juga menjadi terendah di DIY dengan skor 70,16.

“Bupati dan jajarannya harus segera menyelesaikan pekerjaan seperti IPM rendah, kemiskinan, dan perekonomian masyarakat,” imbuhnya.

Menurutnya, dalam mengatasi permasalahan yang ada tentunya dibutuhkan dukungan anggaran yang memadai. Ketika anggaran daerah tidak dapat digunakan, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul harus bisa mengakses dana milik Provinsi hingga APBN.

Berita Lainnya  Anggaran Terbatas, Pemerintah Belum Bisa Pasang CCTV di Pasar Playen

“Nah ini butuh improvisasi dari kepala daerah untuk berkomunikasi dengan pemerintah pusat dan tetap bersinergi dengan legislatif,” terang Endah.

Permasalahan lainnya yang harus diatasi ialah fenomena bunuh diri yang terus berulang setiap tahun. Pada tahun ini, belasan kasus gantung diri telah terjadi dan menjadi pekerjaan bagi pemerintah. Secara instrumen hukum, Pemkab Gunungkidul telah memiliki peraturan tentang penanggulangan bunuh diri serta satgas penanggulangan bunuh diri.

“Kami juga butuh masukan dari kawan-kawan bagaimana melakukan penanggulangan bunuh diri, langkah-langkahnya agar tepat. Karena ini berhubungan dengan stigma, mitos, dan kesehatan,” jelasnya.

Gubernur Provinsi DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, menyampaikan peringatan hari jadi Gunungkidul ke 191 ini hendaknya diiringi instropeksi terkait perjalanan Kabupaten Gunungkidul selama ini. Tema Kridhaning Makarya harus dimaknai sebagai kerja cerdas, kerja keras, dan kerja bersama untuk menuju tatanan masyarakat yang lebih berkualitas.

Berita Lainnya  Pembahasan Perbup Hampir Selesai, Gaji Kades dan Perangkat Desa di Gunungkidul Setara PNS

“Pemerintah dan rakyat harus piawai dalam mengolah berbagai potensi, pembangunan fisik dan pembangunan manusia harus diselaraskan,” tutupnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler