fbpx
Connect with us

Pendidikan

Sudah 3 Tahun Tak Terima Siswa Baru, SD Kanisius Trengguno Akan Segera Ditutup

Diterbitkan

pada

BDG

Ponjong,(pidjar.com)–SD Kanisius Trengguno, Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Ponjong merupakan salah satu sekolah swasta tertua di Gunungkidul yang berdiri sejak tahun 1973. Dulunya sekolah yang dinaungi oleh yayasan Katholik ini memiliki banyak siswa. Bahkan para siswanya tak hanya mereka yang menganut agama Katholik melainkan juga dari lintas kepercayaan. Namun seiring berjalannya waktu, sekolah ini mulai sepi pendaftar. Hal ini menjadikan pihak Yayasan memilih untuk akan menutup sekolah tersebut.

Kepala Sekolah (SD) Kanisius Trengguno, Agnes Rinawati mengatakan, sudah tiga tahun terakhir sekolah ini tidak menerima peserta didik baru. Hal ini lantaran memang pendaftarnya sangat minim. Dijelaskannya, pada tahun ajaran 2015/2016, jumlah murid kelas 1 hanya 9, 2016/2017 hanya 6 siswa yang masuk, 2017/2018 murid kelas 1 hanya 7 siswa, dan 2018/2019 hanya 6 siswa. Sedangkan pada tahun ajaran 2019/2020 hanya ada 2 orang.

Dengan jumlah tersebut, hingga tahun ajaran 2022/2023 ini tercatat hanya ada 11 siswa. Di mana jumlah itu terbagi di kelas 4,5, dan 6. Lantaran kondisi ini, maka pihak yayasan memilih untuk tidak menerima peserta didik baru dan akan menutup sekolah tersebut jika siswanya telah lulus semua.

Berita Lainnya  Posisi Tidak Aman, Banyak Wali Murid Cabut Berkas Anaknya

“Karena mulai minim siswa maka 3 tahun terakhir kami tidak membuka pendaftaran murid lagi,” papar Agnes, Senin (18/07/2022).

Meski siswanya hanya dapat dihitung dengan jari, namun Kepala Sekolah, guru hingga pegawai tetap bersemangat dan maksimal dalam memberikan ilmu pada para siswa. Kedekatan satu dengan yang lainnya pun begitu luar biasa. Para siswa pun juga bersemangat setiap harinya dalam menuntut ilmu.

Jika menengok ke belakang, ada ratusan siswa yang merupakan lulusan SD Kanisius Trengguno ini. Bahkan saat Agnes ditugaskan di sekolah ini pada tahun 1991, sekolah ini masih menerima puluhan siswa setiap tahunnya. Tak hanya mereka yang beragama Katholik saja, melainkan penduduk setempat yang memiliki beragam kepercayaan tetap menyekolahkan anak mereka SD yang satu kompleks dengan TK dan Kapel tersebut.

Berita Lainnya  Upaya Pencegahan Trend Tawuran Kelompok Pelajar Tak Merembet ke Gunungkidul

Namun memang seiring berkembangnya waktu dan dunia pendidikan, sekolah-sekolah swasta dan negeri mulai banyak di daerah tersebut. Dalam satu kalurahan yaitu Sidorejo saja, ada 6 SD yang saat ini berdiri. Tentunya dengan persaingan sangat ketat, masyarakat mulai memiliki banyak pilihan untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

“Ya mau bagaimana lagi, banyak yang lebih memilih untuk sekolah di SD Negeri,” papar dia.

Agnes mengaku, cukup sedih dengan kenyataan akan ditutupnya SD Kanisius Trengguno. Banyak sekali kenangan di sekolah ini antara guru dengan setiap siswanya. Banyak pula siswa berprestasi dari sekolah ini. Ia berharap mereka menjadi orang yang berguna bagi negara, orangtua dan daerahnya, meski nantinya sekolah ditutup.

“Tentunya banyak sekali kenangan di sekolah ini bersama dengan siswa-siswa yang mengenyam pendidikan selama 6 tahun di sini,” terang dia.

Dijelaskan, sekolah ini memiliki 3 guru dan satu Kepala Sekolah. Nantinya setelah sekolah ini ditutup atau tidak beroperasi lagi, 2 Guru yang berstatus ASN akan dipindahkan ke sekolah negeri, sedangkan 1 guru yang berstatus guru yayasan akan dipindahkan ke sekolah Yayasan Kanisius lainnya. Sedangkan operator dan penjaga perpustakaan dan pegawai tidak tetap lainnya kemungkinan juga akan ditarik oleh pihak yayasan.

Berita Lainnya  Pembangunan Kampus Vokasi UNY Dinilai Picu Munculnya Universitas Swasta

Beberapa waktu lalu, Sekretaris Dinas Pendidikan Gunungkidul Winarno mengatakan, tahun ini ada dua sekolah yang tidak menerima peserta didik. Hal ini merupakan kebijakan pihak yayasan, sebab selama beberapa tahun terakhir memang selalu kekurangan murid.

“Salah satunya adalah SD Kanisius Trengguno ini yang tidak menerima murid karena akan ditutup oleh yayasan,” kata Winarno.

Ia mengatakan dari 14 ribu kuota untuk siswa SD, banyak yang masih kekurangan siswa. Hal ini lantaran lulusan Taman Kanak-kanak hanya sekitar 7.500 saja. Kondisi semacam ini memang sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Dimungkinkan hal ini karena keberhasilan program KB yang terus digencarkan oleh pemerintah, sehingga angka kelahiran dan angka anak masuk sekolah mulai berkurang.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler