Sosial
Tak Punya Handphone Apalagi Laptop, Siswa Asal Rongkop Ini Harus Jalani PTS Sendiri di Sekolah






Rongkop,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Berbicara mengenai permasalahan Pembelajaran Jarak Jauh memang tidak ada habisnya. Dari keberadaan sinyal yang sulit hingga smart phone yang tidak semua dimiliki seakan menjadi permasalahan mengakar bagi dunia pendidikan di masa pandemi ini. Seperti yang dialami oleh Muhammad Agung Wahyudi (16). Siswa kelas X IPS2 di SMA Negeri 1 Rongkop ini terpaksa harus belajar bersama teman-temannya yang memikiki handphone. Ia sendiri tidak memiliki handphone karena keterbatasan ekonomi.
Selasa (22/09/2020) pagi ini, Agung, remaja ini akrab disapa menggunakan sepeda motor butut milik kakeknya. Pagi ini, remaja yang tinggal bersama kakek neneknya di Padukuhan Pringombo C, Kalurahan Pringombo, Kapanewon Rongkop ini berangkat ke sekolah.
Berbeda dengan hari-hari biasanya dimana ia pergi ke rumah temannya untuk belajar daring, jadwal Penilaian Tengah Semester (PTS) mengharuskan satu handphone atau laptop untuk satu siswa membuatnya harus pergi ke sekolah. Ia diberi fasilitas khusus dari sekolah berupa laptop untuk mengerjalannya di sekolah karena keterbatasannya.
“Memang se rumah tidak ada handphone, di rumah ada mbah kakung, mbah uti, sehari-hari ke sawah, memang petani,” papar Agung.
Ayahanda Agung sendiri meninggal dunia sejak ia berusia 12 tahun. Saat itu pula ibunya memutuskan untuk menikah lagi.







“Ibu tinggal di Girisubo, datang ke rumah paling sebulan sekali,” imbuhnya.
Agung sendiri merupakan sulung dari tiga bersaudara. Dua adiknya kini hidup bersama ibunya.
“Sejak awal memang diajak tinggal sama ibu, tapi saya ndak mau,” jelas Agung.
Siswa yang bercita-cita menjadi dokter ini hanya berharap pandemi segera usai. Ia tak mau banyak tuntutan kepada kakek dan neneknya.
“Ya bagaimana lagi, sekarang ya saya cuma nebeng hp temen, kadang ngasih sepuluh ribu seminggu untuk uang ganti kuota,” tutur Agung.
Saat dikonfirmasi, Kepala SMAN 1 Rongkop, Sariyah mengatakan hanya ada satu siswa di sekolahnya yang tidak memiliki handphone. Ia sendiri terpaksa meminta Agung datang ke sekolah untuk mendapatkan fasilitas laptop dari sekolah untuk mengerjakan PTS.
“Kami mengeluarkan opsi ini karena di lokasi rumahnya tidak ada sinyal, disini kan ada wifi,” jelasnya.
Dikatakan Sari, selama pandemi ini pihaknya telah melalukan pembelajaran dalam jaringan dan luar jaringan. Pembelajaran dalam jaringan digunakan selama pandemi bagi siswa yang memiliki handphone.
“Tapi di sekolah kami hanya ananda Agung yang tidak punya, kami dampingi jika ujian kami persilakan ke sekolah dengan protokol ketat, saya rasa tidak masalah ya karena di SE Gubernur juga gak masalah kalau ini mendesak,” tandas Sari.