Peristiwa
Terkendala SDM, Pemkab Belum Bisa Manfatkan Sumber Air Bawah Tanah






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Tak hanya permasalahan kemiskinan yang menjadi pekerjaan rumah Pemkab Gunungkidul yang harus dituntaskan. Melainkan masalah kekeringan yang setiap tahunnya menjadi masalah klasik, terus berulang dan belum dapat dipecahkan pun juga menjadi perhatian khusus. Setiap musim kemarau, belasan wilayah di Gunungkidul sering kali kesulitan dalam mendapatkan pasokan air bersih, sehingga warga terpaksa harus membeli agar kebutuhan mereka tetap terpenuhi.
Bupati Gunungkidul, Badingah mengatakan, dalam menuntaskan permasalahan ini membutuhkan waktu yang tidak lah sebentar. Beberapa program jangka panjang telah digagas dan mulai direalisasikan oleh pemerintah. Misalnya dengan pembangunan Spamdus hingga beberapa program pengairan lainnya. Dari pemkab juga sebisa mungkin menggandeng pihak ketiga dalam hal ini pemerintah pusat ataupun investor untuk memanfaatkan sumber air bawah tanah yang dimiliki Gunungkidul.
“Memang untuk pasokan air khususnya setiap kemarau masih menjadi masalah. Ini perlahan sejak beberapa tahun lalu kami upayakan pembangunan Spamdus, Pamsimas dan program lain agar memecah permasalahan ini,” ucap Badingah, Selasa (28/05/2019).
Lebih lanjut, permasalahan klasik ini membutuhkan waktu yang tidaklah sebentar dalam penanganannya. Butuh waktu panjang agar dapat membebaskan masyarakat Gunungkidul dari permasalahan kekeringan air. Sembari menunggu optimalnya beberapa program yang tengah direalisasikan oleh pemerintah, dropping air menjadi solusi yang dianggap tepat.
Badingah menyadari jika sumber air dari bawah tanah di Gunungkidul sangatlah besar dan melimpah. Namun kendala pengetahuan, peralatan hingga sumber daya manusia lah yang mempengaruhi hingga saat ini belum bisa memanfaatkan air tersebut dengan baik. Mimpi besar bupati bersama dengan jajarannya yakni 100 persen masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan air dengan baik setiap musimnya.







“Sudah berulang kali ada penelitian. Kami berupaya untuk melibatkan pihak ketiga atau pemerintah pusat agar hal ini dapat dengan mudah dipecahkan,” tambah dia.
Mimpi besarnya selain masyarakat terpenuhi kebutuhan air, juga air bawah tanah yang dimiliki dapat dikelola dengan baik. Kemudian juga dapat menyuplai kebutuhan masyarakat dari luar Gunungkidul dalam memanfaatkan air dari bawah tanah. Badingah mengklaim saat ini telah 83 persen warga Gunungkidul teraliri air dengan baik.
Sejumlah kritikan dan masukan atas pemenuhan air bersih ters didapat oleh pemkab dari beberapa kalangan masyarakat. Hal ini lah yang menjadi bahan evaluasi agar dalam penganannya tidak hanya sementara namun jangka panjang dan dapat lepas dari permasalahan kesulitan air.
“Selain program pembangunan ini kaminjuga sedang menggagas pembangunan SPAM regional untuk pemenuhan air bersih,” terangnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi mengatakan, koordinasi dengan OPD lain untuk pemecahan permasalahan kekeringan. Bedasarkan pengamatannya, dampak kekeringan memang cukup luas dan panjang. Tidak hanya sosial tapi perekonomian pun juga ikut goyah jika musim kemarau dan kekeringan melanda masyarakat.
“Masyarakat kan jadi harus keluar uang yang tidak sedikit untuk membeli air bersih. Seperti di kawasan Nglipar itu, kita bantu pengadaan pompa, sudah lumayan terbantu,” imbuh dia.
Musim kemarau telah melanda kabupaten Gunungkidul. Bulan ini pemerintah melalui BPBD Gunungkidul telah melakukan droping air disejumlah wilayah. Sejauh ini pemkab memang masih mengandalkan dropping air untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat.