fbpx
Connect with us

Politik

Usung Konsep Desa Kreatif, Calon Kades Ngawu Ini Bermimpi Bangun Taman Kuliner Eksotis

Diterbitkan

pada

BDG

Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Puluhan desa di Gunungkidul pada 13 Oktober 2018 nanti akan menggelar pencoblosan dalam Pilkades serentak. Momen ini tak bisa dipungkiri sangat penting bagi warga di desa-desa tersebut untuk memilih pemimpin terbaik. Dengan mendapatkan pemimpin yang berkualitas, maka dipastikan pembangunan akan bisa berjalan maksimal dan berdaya guna bagi masyarakat.

Dalam kontestasi politik semacam ini, masa kampanye adalah waktu yang tepat bagi para kandidat untuk mengadu program. Sebanyak mungkin program-program andalan diperkenalkan kepada masyarakat dan diharapkan menjadi lahan subur pendulang suara.

Seperti dalam masa kampanye Pilkades yang berlangsung di Desa Ngawu, Kecamatan Playen. Tiga orang calon kepala desa saling bersaing untuk memamerkan program serta visi dan misi kepada masyarakat. Adapun Pilkades Ngawu sendiri akan mempertarungkan tiga kandidat yaitu Heryanto untuk nomor urut satu, Suharjono mendapatkan nomor urut dua serta Wibowo Dwi Jatmiko dengan nomor urut tiga.

Yang menarik adalah yang dilakukan oleh Suharjono pada masa kampanye. Ia yang diusung para generasi muda memiliki cara tersendiri dalam meraih simpati warga. Dia bersama gerakan kaum muda menggelar aksi blusukan ke rumah-rumah warga. Cara ini dilakukan untuk mengetahui lebih dekat kondisi sosial ekonomi warga masyarakat di Desa Ngawu.

Berita Lainnya  Gelombang Terus Terjadi, Jumlah Pemudik Gunungkidul Tertinggi di DIY

Ditemui pidjar-com-525357.hostingersite.com, Suharjono mengakui memiliki konsep untuk menjadikan desa Ngawu yang kreatif. Mantan Ketua Karang Taruna Sub Dusun Tumpak inipun berusaha menggugah semangat masyarakat mengenai pentingnya perubahan. Saat ini, kata dia, Desa Ngawu harus bisa bersaing dan mengejar ketertinggalan dengan desa-desa lain di Kecamatan Playen dan juga di Gunungkidul pada umumnya.

“Harus ada perubahan untuk menjadi desa yang berdaya mandiri maju dan sejahtera. Salah satunya adalah menjadi desa kreatif,” ucapnya kepada wartawan.

Menurutnya, Desa Ngawu sebenarnya memiliki banyak aset dan potensi desa yang luar biasa. Namun demikian, belum adanya upaya kreatif baik dari Pemdes Ngawu maupun masyarakat dalam melakukan upaya pemanfaatan, membuat potensi-potensi tersebut tak berkembang secara maksimal. Untuk itu ia berpendapat, semua warga harus memiliki harapan baru agar nantinya menjadikan Desa Ngawu yang lebih maju.

Lebih lanjut ia memaparkan, tata kelola pemerintahan di era sekarang ini juga harus mencerminkan toto, titi, tentrem.

“Untuk mendukung itu, upaya kreatif bisa dilakukan lewat pemberdayaan ekonomi. Salah satunya lewat taman kuliner,” ucapnya.

Suharjono yang merupakan salah satu dari segelintir wartawan senior yang masih aktif di Gunungkidul ini mencontohkan, saat ini Desa Ngawu memiliki bangunan bekas balai desa yang memiliki arti penting dan nilai budaya dengan bangunan joglo. Selama ini, bangunan tersebut jarang sekali dimanfaatkan. Jika nantinya terpilih memimpin Desa Ngawu, ia bermimpi untuk mengembangkan bangunan tersebut menjadi Taman Kuliner Ngawu.

Berita Lainnya  PKH Dijadikan Program Kampanye Viral, Koordinator Ancam Pecat Petugas Tak Netral

Proses ini dirasanya tidak membutuhkan proses yang berbelit-belit. Tinggal sedikit saja sentuhan serta pemasaran yang bagus, Taman Kuliner Ngawu bisa berkembang menjadi salah satu kekuatan ekonomi untuk menyejahterakan warga masyarakatnya.

“Efek dominonya sangat besar. Dari sisi masyarakat menjadi tempat untuk menjajakan dagangan sehingga menambah pendapatan warga dan ujungnya mengurangi kemiskinan. Kedua pemuda bisa terlibat dalam pengelolaan taman kuliner hingga parkir. Dengan demikian bisa mengurangi angka pengangguran pemuda, ” imbuh Suharjono.

Suharjono bersama kaum muda Ngawu yang mengklaim berjuang tanpa politik uang

Hal tersebut kata dia sangat memungkinkan lantaran ke depan Ngawu akan menjadi salah satu jalur utama pariwisata. Dengan ikon taman kuliner yang didesain untuk wisatawan, maka masyarakat Desa Ngawu tidak lagi menjadi penonton dalam perkembangan pariwisata seperti yang terjadi selama ini.

Berita Lainnya  KA Bandara Angkut 208.076 Penumpang Selama Masa Angkutan Lebaran

Begitu juga dengan pemuda, menurutnya, perlu ada rekonsiliasi pemuda dalam membangun desa. Selain itu, upaya penyediaan sarana kegiatan pemuda seperti lapangan sepakbola dan voley ball yang representatif. Dengan adanya kegiatan-kegiatan postif semacam ini, dampak negatif globalisasi terhadap kalangan muda khususnya di Desa Ngawu bisa diminamilisir.

“Kreasi pemuda dan keterlibatan masyarakat dalam upaya mbangun deso harus didorong. Pemdes juga bisa menjadi lembaga yaang transparan, profesional, akuntabel dengan melibatkan semua lapisan masyarakat termasuk lembaga lembaga desa yang bisa sesuai dengan tupoksinya, “bebernya.

Membangun desa lanjutnya, merupakan kreasi bersama antara pemdes dan warga masyarakat. Jika hal ini terlaksana, maka pembangunan bisa berlangsung maksimal dan sekali lagi dampaknya bisa lebih luas dalam menyentuh warga masyarakat Desa Ngawu.

“Potensinya luar biasa dan bisa dilakukan bersama. Tentu saja dengan melibatkan jaringan, baik antara desa, supra desa seperti pemkab dan pemerintah provinsi dan pusat serta jaringan pihak lain. Ini yang harus dimiliki Ngawu dan saya akan berjanji mewujudkannya,” pungkasnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler