Connect with us

Pariwisata

Ridho, Pengusaha Muda Membawa UMKM Gunungkidul dalam Kancah Ekspor Enceng Gondok

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Usaha memang tak mengkhiatani hasil, mungkin itulah hal yang pas dalam kehidupan bisnis Ridho warga Ngaglik, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu. Meski pernah mengalami bangkrut saat mengeluti usaha mebel pada 21 tahun silam, ia mampu bangkit dengan menggeluti usaha kerajinan berbahan baku enceng gondok.

Ridho menceritakan, ia pernah bangkrut saat menggeluti mebel dengan bahan baku rotan pada tahun 1996-1998. Dulunya Ia berbisnis mebel rotan di Cirebon, namun saat itu kondisi ekonomi sedang tidak baik sehingga membuat dirinya bersama pengrajin lainnya jatuh bangkrut. Setelah banyak pengrajin jatuh bangkrut, ia kemudian banting stir ke bahan baku lainnya yakni enceng gondok.

“Enceng gondok lebih murah dan lebih mudah didapat dibanding rotan ditambah lagi untuk pasar peminat kerajinan dari enceng gondok tak kalah dari yang terbuat dari rotan,” ujar Ridho, Minggu (08/12/2019).

Kemudian pada tahun 2002 pindah ke Gunungkidul sekaligus merintis usaha barunya yaitu membuat berbagai perabotan yang terbuat dari enceng gondok. Beberapa perabot yang diproduksi adalah keranjang dengan berbagai ukuran ada juga meja dan kursi namun jumlahnya tidak banyak.

Berita Lainnya  Sasar Tempat Pembuangan Sampah, Komunitas Wartawan Salurkan Bantuan Sembako

“Saat itu saya pindah ke Gunungkidul baru mengetahui bahwa masyarakat sini ternyata banyak yang bisa membuat tikar anyaman. Saya pikir tidak akan membutuhkan waktu lama untuk belajar membuat kerajinan dengan enceng gondok,” katanya.

Memang tidak mudah baginya untuk mengawali usahanya tersebut. Semua ia hanya mengerjakan kerajinan tersebut bersama beberapa orang tetangganya yang kebanyakan ibu rumah tangga. Kini sudah ada sekitar 300 bekerja berada dibawah naungannya.

“Awalnya jelas kesulitan saya butuh waktu dari tahun 2002-2007 baru bisa dikenal seperti sekarang. Awalnya setelah bangkrut saya diberitahu oleh pabrik atau perusahaan untuk membuat kerajinan menggunakan enceng gondok,” katanya.

Ia saat ini menjadi pengepul para pengrajin yang sudah tersebar di Gunungkidul, tiap harinya ia mendapatkan kiriman dari para pengrajin sebanyak 400 buah dengan target pasar ekspor.

Berita Lainnya  Buka Taman Edukasi Pertanian Jadi Upaya Petani Milenial Pampang Regenerasi Petani

“Peminatnya bikan dari Indonesia tetapi malah dari luar negeri kebanykaan dari negara-negara Eropa seperti Jerman, Perancis, kami bekerjasama dengan 8 perusahaan jadi disini saya hanya menerima desain ukuran lalu yang mengerjakan adalah pengrajin,” ujarnya.

 

Meski selalu mentarget tinggi dalam angannya, namun ia tetap realistis dalam memberikan target kepada pengrajin yang merupakan ibu rumah tangga itu. Sebab bagi Ridho, ia hanya memberikan pekerjaan sampingan bagi tetangganya itu.

“Mereka hanya sambilan saja untuk mengisi waktu luang. Saya tidak mentarget harus selesai berapa,” imbuhnya.

Untuk bahan baku sendiri, dirinya memngaku mendapatkannya dari luar Gunungkidul seperti dari Ambarawa, Salatiga, dan daerah Jawa Tengah lainnya. Sebab bentuk enceng gondok di Yogyakarta memiliki bentuk yang lebih pendek sehingga tdak maksimal jika digunakan sebagai bahan dasar kerajinan.

Berita Lainnya  Belum Ada Rumah Sakit di Gunungkidul Yang Miliki Ruang Isolasi Standar Penanganan Corona

“Untuk kendala yang dihadapi saat musim penghujan sulit mendapatkan bahan baku karena pertama para pencari enceng gondok akan kembali kepada pekerjaan sebagai petani karena musim penghujan adalah musim tanam, lalu kedua sulit mendapatkan enceng gondok yang sudah kering karena minimnya sinar matahari untuk menjemur,” urainya.

Untuk satu keranjang Ia jual kepada para sksportir atau pabrik satu box kontainer seharga Rp 45 juta. Sedangkan para ekspotir bisa menjual hingga ratusan juta kepada para pembeli di Eropa.

“Kalau kerjasama dengan orang luar negeri terutama Eropa mereka samngat disiplin jika saya telah beberapa hari saya akan mendapatkan pinalti yang harus saya bayarkan,” katanya. (kelvian)

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Pariwisata2 minggu yang lalu

Masa Angkutan Lebaran 2025, Penumpang KA Bandara Capai 390 Ribu

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – PT Railink KA Bandara Medan dan Yogyakarta mencatat sebanyak 390.475 ribu masyarakat menggunakan layanan Kereta Api...

bisnis2 minggu yang lalu

Libur Lebaran, Stasiun Yogyakarta Optimalkan Peran Sebagai Stasiun Integrasi Antarmoda

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja,(pidjar.com) – Stasiun Yogyakarta memiliki keunggulan sebagai stasiun integrasi antar moda yang mampu melayani pemudik dan masyarakat untuk berwisata...

bisnis4 minggu yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis3 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

bisnis3 bulan yang lalu

Demi Lancarnya Perjalanan KA, Pusdalopka Rela Tak Ada Libur

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Salah satu elemen penting yang memainkan peran strategis dalam menjaga kelancaran operasional kereta api adalah Pusat...

Berita Terpopuler