Budaya
Berkenalan Dengan Nata, Seniman Remaja Serba Bisa Yang Bertekad Abdikan Diri di Dunia Seni dan Budaya Tradisional






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Melihat usianya, mungkin Margareta Nadea Natalia warga Rejosari RT 04 RW 04, Desa Baleharjo, Kecamatan Wonosari ini bisa dikatakan sebagai remaja yang langka. Di usia yang masih 17 tahun, biasanya seorang remaja akan dengan getol menyerap budaya kebarat-baratan yang mungkin dianggap keren oleh kawan-kawan sepermainannya. Namun bagi gadis yang akrab disapa Nata tersebut, sudah memantapkan diri untuk mengabdi di bidang seni dan budaya tradisional.
Nata sendiri memang dapat dikatakan sebagai seniman muda penuh talenta. Segudang prestasi telah berhasil direngkuhnya di bidang dunia tari dan olah vokal yang ditekuninya. Yang terbaru, ia berhasil terpilih menjadi satu dari segelintir seniman muda untuk tampil di ajang internasional Asean Youth Day di Jogja Expo Center Bantul beberapa waktu silam. Nata didaulat memerankan sosok Dewi Sri dalam pentas tari kolosal bertajuk Sri Mulih. Penampilannya yang apik berhasil memukau para peserta yang berasal dari berbagai negara.
Ditemui pidjar-com-525357.hostingersite.com, Nata mengungkapkan bahwa seni tradisional telah menjadi pilihan hidupnya. Ia bahkan mempunyai mimpi besar untuk bisa menjadi dosen di bidang seni dan budaya. Dengan menjadi dosen semacam ini, ia bisa berbagi ilmu sekaligus juga melestarikan budaya tradisional yang terus terdesak oleh gerusan globalisasi.
Untuk menggapai mimpinya tersebut, saat ini ia mulai lebih serius dalam mempelajari dengan belajar secara teori maupun berlatih.
“Saat ini saya prihatin karena banyak dari generasi saya yang menganggap seni dan budaya tradisional itu kuno. Sehingga kemudian partisipasi generasi muda dalam melestarikan seni sangat minim,” beber Nata, Minggu (14/10/2018) siang.







Ia sendiri memiliki mimpi besar yang lain yaitu bisa menghasilkan karya yang bisa dinikmati oleh banyak orang. Meski demikian, ia sadar bahwa upaya ini bukanlah hal yang mudah. Memiliki karya adalah sebuah anugerah lantaran selain harus sarat nilai, juga harus pula kreatif dan unik. Sebuah karya juga harus memiliki ciri khas dan kualitas yang tinggi. Untuk bisa menghasilkan karya tentunya harus memiliki banyak pengetahuan maupun pengalaman.
“Saya ingin menjadi sosok yang mampu menyempurnakan budaya bangsa dengan penuh sukacita dan hasil karya saya bisa dinikmati oleh banyak orang tak hanya di Indonesia saja akan tetapi juga di dunia. Sebuah karya seni selain memiliki nilai plus di masyarakat juga membantu perkembangan kebudayaan di Indonesia, khususnya di Yogyakarta,” tutur dia.
Nata mengaku mempelajari hampir semua jenis kesenian tradisional. Selain menari, ia juga mempelajari seni musik tradisional hingga seni kethoprak. Ia beranggapan bahwa semakin banyak pengetahuan yang ia dapat dan kuasai, tentu semakin berpengaruh kepada pengembangan kemampuannya. Dalam setiap hal yang dipelajari, Nata tak pernah main-main. Seperti misalnya di dalam seni kethoprak, ia merupakan bagian dari kontingan Wonosari yang berhasil meraih juara dalam Festival Kethoprak 2017 silam.
Sementara di dunia seni musik dan suara, berbeda dengan para penyanyi seusianya, Nata memfokuskan diri untuk menekuni langgam campursari. Saat ini, tawaran dari panggung ke panggung semakin sering ia terima. Meski laris manis sebagai musisi muda, uang menurutnya bukanlah yang utama. Nata tak pernah mematok tarif dalam penampilannya.
“Kalau semacam ini saya sekalian menyalurkan hobi nyanyi saya, sehingga tidak elok kalau sampai mematok tarif,” imbuhnya.
Gadis yang duduk di bangku SMK Negeri di Wonosari itu merasa bahagia dengan geliat perkembangan seni budaya di Gunungkidul yang ia sebut semakin membaik. Menjamurnya sanggar dan pusat pelatihan seni membuatnya optimis bahwa keberadaan budaya bisa terus ada dan lestari di Gunungkidul.
Dikatakan Nata, saat ini banyak kelompok, sanggar, ataupun lembaga latihan menari, menyanyi, teater dan sebagainya mampu mengubah kegiatan pelestarian seni yang tadinya kuno menjadi asyik dan menyenangkan untuk dipelajari tanpa meninggalkan budaya aslinya. Hal ini menurutnya akan menambah daya tarik bagi generasi muda untuk kemudian tertarik mengenal, berlatih dan bahkan menekuni kesenian tradisonal.
“Kita harus bangga terhadap budaya yang ada,” jelas Nata.
Namun di sisi lain, dirinya merasa khawatir jika generasi muda enggan mempelajari seni. Seperti ia ungkapkan sebelumnya, banyak dari kawan-kawannya yang tidak tertarik untuk bergelut di dunia seni tradisional. Padahal, generasi muda adalah generasi dan menjadi penerus terus eksisnya sebuah budaya dan seni tradisional.
“Jangan melestarikann seni kalau ada maunya saja, tapi lestarikanlah seni sepenuh hati. Karena berkreasi di dunia seni itu ibadah. Ini menjadi tanggung jawab kita agar nantinya seni bisa kita wariskan ke anak cucu kita,” pungkas Nata.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis4 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Sosial1 minggu yang lalu
Komitmen HIPMI Gunungkidul Jaga Kebersamaan dan Dukung Kemajuan Investasi Daerah
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemeriksaan Selesai, Bupati Segera Jatuhkan Sanski Terhadap 2 ASN yang Berselingkuh
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks