Sosial
Belajar Merawat Perbedaan Melalui Sekolah Kebinekaan






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Di era sekarang, kehidupan damai nan penuh kebinekaan menjadi sebuah harapan besar bagi seluruh masyarakat. Gembar-gembor Bhineka Tunggal Ika seperti yang terpampang dalam lambang Pancasila terancam dengan maraknya ungkapan-ungkapan maupun tindakan-tindakan diskriminatif yang tentunya bertentangan dengan sikap dasar kebinekaan tersebut. Di tengah ujian berat semacam ini, untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa memang diperlukan gerakan-gerakan yang mendorong kawula muda sebagai generus penerus bangsa untuk bisa kembali merenda sifat-sifat kebinekaan yang mulai luntur tersebut.
Salah satu yang saat ini giat dilakukan oleh para aktifis sosial khususnya di Gunungkidul adalah dengan secara rutin menggelar sekolah kebinekaan. Para aktifis mengumpulkan para pelajar dan kemudian diberikan materi serta praktek bagaimana caranya terus memupuk kebersamaan dengan warga masyarakat lainnya.
Seperti pada Minggu (21/01/2018) sore tadi, sebanyak 45 orang siswa dan siswi menggelar aksi longmarch menyusuri pusat kota Wonosari. Para pelajar yang masih berusia belasan tahun tersebut, berjalan kaki dari Kantor Pemkab Gunungkidul menuju Bangsal Sewoko Projo sembari membawa bendera merah putih dan poster-poster berisi seruan tentang perdamaian dan pentingnya menjaga kebinekaan.
Kepala Sekolah Kebinekaan Gunungkidul, Christiono Riyadi kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com menjelaskan, aksi yang diberi nama Gema Bineka Gunungkidul ini merupakan cara pihaknya dalam terus memupuk serta mengkampanyekan persatuan dan perdamaian kepada masyarakat khususnya generasi muda. Ia menggaris bawahi pentingnya pernghargaan terhadap keberagaman di tengah masyarakat.
“Kita ingin membekali mereka mengenai pengetahuan bagaimana memahami perbedaan dan saling menghormati antara satu dengan yang lainnya,” ujar Christiono, Minggu petang.







Peran generasi muda dalam menjaga kebinekaan di Indonesia memang sangat krusial. Sebagai generasi penerus, masa depan keberlangsungan NKRI berada di tangan mereka. Adanya pembelajaran mengenai identitas yang ada di dalam perbedaan menurut Christiono nantinya akan sangat berguna ketika para pelajar tersebut terjun langsung ke masyarakat. Hilangnya prasangka buruk, rasa tidak suka serta rasa benci dan diganti dengan toleransi menjadi salah satu pondasi utama persatuan dan kesatuan.
“Jadi meskipun berbeda suku atau agama, para pelajar nantinya bisa memahami hal tersebut sebagai sebuah keberagaman tanpa menghilangkan identitas mereka,” paparnya.
Dalam sekolah kebinekaan ini, para siswa diajak tinggal di Pondok Pesantren, Pura serta juga Vihara selama beberapa hati. Tujuannya adalah untuk sekedar memperkenalkan kepada para pelajar tentang adanya keberagaman tersebut tidak harus disikapi dengan prasangka buruk.
“Kami tinggal selama 2 hari di Pondok Pesantren Al Mumtaz Patuk. Kemudian kami juga meneruskan tinggal di Pura Bendo, Ngawen dan Vihara Jina Darma Siraman, Wonosari,” imbuh dia.
Ia paparkan lebih lanjut, Sekolah Kebinakaan ini sudah dilakukan sebanyak 3 kali. Para peserta sekolah kebinekaan sendiri berasal dari seluruh kalangan yakni GP Ansor dan Fatayat dari Nahdatul Ulama; Pemuda Katholik; Klasis Gereja Kristen Jawa; BKS; Majelis Buddhayana Indonesia, Parisada Hindu Dharma Indonesia serta Forum Lintas Iman. Pada periode pertama yang digelar pada tanggal 28 – 29 Oktober 2017 silam, sekolah kebinekaan bertempat Pura Bendo, Ngawen. Kemudian dilanjutkan pada 25-26 November 2017 di Ponpes Al Mumtaz Putat, Patuk serta pada 20-21 Januari 2018 ini di Vihara Jina Darma Siraman, Wonosari.
“Terakhir para siswa angkatan pertama Sekolah Kebinekaan Gunungkidul ini akan melakukan ikrar Gema Kebinekaan dan Generasi Muda Kebinekaan. Diharapkan nanti setelah lulus, mereka bisa dapat terus menyebarkan ajakan merawat kebinekaan kepada masyarakat,” urai Christiana.
Sementara salah seorang siswa peserta sekolah Kebinekaan, Afiroses Hafida Sani menyambut baik adanya sekolah ini. Ia mengaku saat ini lebih memahami mengenai perbedaan yang ada bukan selayaknya menjadi pemisah namun justru sebagai pemersatu. Ia sangat berharap nantinya ke depan, seluruh warga masyarakat bisa mengetahui arti penting dalam menjaga persatuan dalam kehidupan.
“Perbedaan itu harusnya dirawat. Kami sebagai generasi mempunyai tugas untuk merawat dan menjaganya agar semua orang bisa hidup damai berdampingan,” tutup dia.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis4 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemeriksaan Selesai, Bupati Segera Jatuhkan Sanski Terhadap 2 ASN yang Berselingkuh
-
Sosial7 hari yang lalu
Komitmen HIPMI Gunungkidul Jaga Kebersamaan dan Dukung Kemajuan Investasi Daerah
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks