Connect with us

Sosial

Hidup Penuh Kekhawatiran, Dua Janda Ini Jadi Potret Buram Kemiskinan Yang Dialami Sebagian Warga Gunungkidul

Diterbitkan

pada

BDG

Saptosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Potret kemiskinan warga masih jamak dijumpai maupun dialami warga di Kabupaten Gunungkidul. Seperti yang dialami oleh Narsilah (57) dan Lagiyem (80) warga Padukuhan Klumpit RT 03 RW 01, Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari. Kedua janda tersebut tinggal dengan kondisi jauh dari kata layak. Hanya sekedar mencukupi kebutuhan primer, seperti sandang, papan dan pangan pun mereka tidak mampu.

Tiga bangunan rumah milik keduanya mirip menyerupai gubuk. Dinding bambu yang telah keropos serta bagian atap yang bolong mempertontonkan isi rumah mereka yang masih berlantai tanah. Untuk mencapai rumah yang dihuni NArsilah dan Lagiyem, hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki dengan melewati bukit kecil. Pasalnya, jalan di sana cukup sempit dan terjal.

Kondisi bangunan rumah yang amat memprihatinkan itu tak lepas dari minimnya penghasilan yang mereka peroleh. Sebab, Narsilah sendiri hanyalah seorang buruh tani, itu pun baru ia lakukan saat musim cocok tanam serta panen tiba.

Berita Lainnya  Kerjasama Kembangkan Ratusan Hektar Lahan Jagung, Petani Diberikan Benih, Pupuk, Hingga Pemasaran

“Rumah saya terakhir diperbaiki mungkin 30 tahun yang lalu. Karena tidak ada biaya untuk perbaikan,” kata Narsilah.

Narsilah menceritakan, ketika menjadi buruh tani ia memperoleh upah sepesar Rp 30 ribu per harinya. Tentu saja, jumlah tersebut sangat kurang untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari.

“Kalau dapat uang ya buat beli minyak goreng, teh dan bumbu dapur,” kata dia.

Namun selepas musim bertani selesai, ia harus memutar otak untuk mendapatkan penghasilan. Ia pun kemudian beralih profesi sebagai penjual daun pisang. Dengan harga jual cukup murah yakni Rp 500 rupiah per bendel, ia harus berusaha banyak menjual daun untuk sekedar mencukupi kehidupannya.

“Cari daunnya di kebon sekitar rumah ini kemudian dijual untuk kebutuhan hidup,” ucap dia.

Ia sedikit tertolong dengan adanya program beras miskin (raskin) dari pemerintah. Sedikit hasil panen berupa jagung, kacang dan padi menjadi tabungan satu-satunya yang ia miliki untuk tetap menyambung hidup bersama Lagiyem.

Berita Lainnya  Ribuan Wisatawan Terus Serbu Kawasan Pantai Selatan Gunungkidul

Mereka pun selalu dihantui rasa takut ketika musim hujan tiba. Terlebih lagi ketika angin datang menerpa. Bangunan rumah yang sudah keropos serta kayu-kayu yang menjadi atap pun sudah banyak yang patah. Hal ini menyebabkan di sejumlah titik, genting rumah pun banyak yang jatuh ke tanah, dan tak lagi menempel di atap.

“Mau memperbaiki tapi kalau ada uang ya untuk kebutuhan makan dan srawung. Bantuan dari pemerintah terkait dengan bedah rumah belum pernah dapat,” ucap dia.

Sementara itu, salah seorang warga setempat, Slamet menambahkan, kehidupan Narsilah dan Lagiyem memang membuat trenyuh warga sekitar. Atas hasil dari rembugan warga, tempat tinggal kedua janda itu sepakat untuk dirobohkan bangunan rumah yang saat ini ada. Sebab dikhawatirkan, jika tidak segera dirobohkan justru akan mengancam jiwa penghuninya.

Berita Lainnya  Sabet Gelar Juara Provinsi, Perpustakaan Balai Pintar Pengkol Wakili DIY Pada Lomba Tingkat Nasional

“Kayu sudah tidak ada yang layak lagi, tiga bangunan ini sudah hancur semua,” kata Slamet.

Ia menambahkan, pada hari ini, warga bergotongroyong untuk membuatkan tempat tinggal sementara bagi kedua janda itu. Meski sudah tidak banyak kayu yang layak, namun diharapkan dapat sedikit mengurangi rasa cemas ketika hujan dan angin menerpa.

“Hari ini sekitar 40 orang lebih bergotongroyong. Dua bangunan yang telah dirobohkan ini kita pilah kayunya yang masih layak kita tempelkan, tapi sudah banyak yang tidak layak,” imbuh dia.

Slamet sebagai tetangga berharap adanya bantuan dari pemerintah. Sebab, kedua penghuni rumah tersebut sangat tidak memungkinkan jika membangun rumah secara mandiri.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Pariwisata2 minggu yang lalu

Masa Angkutan Lebaran 2025, Penumpang KA Bandara Capai 390 Ribu

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – PT Railink KA Bandara Medan dan Yogyakarta mencatat sebanyak 390.475 ribu masyarakat menggunakan layanan Kereta Api...

bisnis2 minggu yang lalu

Libur Lebaran, Stasiun Yogyakarta Optimalkan Peran Sebagai Stasiun Integrasi Antarmoda

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja,(pidjar.com) – Stasiun Yogyakarta memiliki keunggulan sebagai stasiun integrasi antar moda yang mampu melayani pemudik dan masyarakat untuk berwisata...

bisnis4 minggu yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis3 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

bisnis3 bulan yang lalu

Demi Lancarnya Perjalanan KA, Pusdalopka Rela Tak Ada Libur

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Salah satu elemen penting yang memainkan peran strategis dalam menjaga kelancaran operasional kereta api adalah Pusat...

Berita Terpopuler