Sosial
Ilmu Titen Petani Mulai Tak Mempan Hadapi Perubahan Suhu dan Hujan Ekstrem






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Cuaca di Indonesia mengalami perubahan sejak 30 tahun terakhir ini. Peningkatan suhu 1 derajat berdampak pada petani di Gunungkidul. Pasalnya, selama ini para petani menggunakan ilmu titen, atau kebiasaan yang diterapkan dalam menentukan masa tanam atau memulai musim bercocok tanam.
Seperti diungkapkan oleh petani di Padukuhan Buyutan, Kalurahan Ngalang, Kapanewon Gedangsari. Selama ini petani di wilayahnya menggunakan ilmu titen dalam menghitung bulan jawa guna menentukan masa penanaman padi maupun palawija.
“Kalau mangsa kedua kita memanen bambu pasti akan tidak awet, karena dimakan ngengat,” ucap Rohmat, Selasa (25/08/2020).
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Sumber Rejeki Gedangsari, Sajikan menambahkan, terkait dengan ilmu titen memang masih dipegang erat oleh para petani di wilayahnya. Hal ini dikarenakan, para petani memang sudah tua dan mereka mengandalkan pengalaman bertani yang telah dilakukan selama puluhan tahun.
“Contohnya, masa tanam akan dilakukan pada ‘mangsa ke 5’ atau bulan Oktober dan awal November akan dimulai masa tanam padi. Kalau ditempat lain sebelum hujan sudah mulai menanam atau disebut ‘ngawu-awu’, disini biasanya menunggu hujan karena sebagian sawah,” kata Sajikan.







Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Bambang Wisnu Broto menyampaikan, ngawu-awu biasa dilakukan warga Gunungkidul. Ngawu-awu berarti menanam sebelum musim hujan tiba, sesuai dengan penghitungan bulan jawa atau ilmu titen petani. Bagi yang beruntung tanaman akan berkembang dengan baik, namun jika tidak ada hujan akan mati.
“Ilmu pranoto mangsa masih sering digunakan petani Gunungkidul untuk menentukan masa tanam, jadi sering salah menentukan masa tanam,” kata Bambang.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, data BMKG sudah ada pemantauan cuaca sejak tahun 1900, diketahui sejak 30 tahun terakhir ada tren kenaikan suhu 1 derajat di wilayah Indonesia dan hujan ekstrem sering terjadi. Hal ini sejak era Industri dan transportasi berkembang.
“Hujan ekstrim itu semakin sering terjadi 30 tahun terakhir ini,” ucap Dwikorita.
Menanggapi hal itu, pihaknya saat ini secara konsisten menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) untuk mendampingi petani dalam menentukan masa tanam. Petani tetap menggunakan ilmu titen didampingi teknologi mengenai prakiraan cuaca.
Hal ini penting karena cuaca di Indonesia dipengaruhi oleh dua benua besar dan dua samudra di Dunia, karena posisi Indonesia berada ditengah. Dia mencontohkan saat musim kemarau tetap ada hujan dengan curah kurang dari 50 mm 10 hari terjadi 3 kali kurang dari 150 mm. Angin di Australia menuju ke Asia melintasi Indonesia. Saat itu angin kering dan dingin.
Saat itu juga ada tekanan udara dari Samudra Pasifik membawa uap air dan letak Indonesia kepulauan. Sehingga cuaca dan musim di Indonesia tidak bisa seragam.
“Mulai kemarau bertahap, mulai kemarau lebih dahulu di lintang selatan khatulistiwa (jawa sampai nusa tenggara) dipengaruhi angin kering Australia,” ucap dia.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis4 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemeriksaan Selesai, Bupati Segera Jatuhkan Sanski Terhadap 2 ASN yang Berselingkuh
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks
-
Sosial7 hari yang lalu
Komitmen HIPMI Gunungkidul Jaga Kebersamaan dan Dukung Kemajuan Investasi Daerah